DAFTAR ISI
BAB 2 – THE
REGULATORY AND LEGAL ENVIRONMENT OF UNDERWRITING (2): OTHER KEY ASPECTS
BAB 3 – MAIN INFLUENCES ON UNDERWRITING
BAB 4 – UNDERWRITING
POLICY AND PRACTICE
BAB 5 – NUMERICAL
ANALISIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES UNDERWRITER
BAB 6 – PERANAN
DAN FUNGSI DARI REASURANSI
BAB 7 – PRINSIP
DAN PRAKTEK PENENTUAN HARGA PREMI
BAB 1:
THE REGULATORY AND LEGAL ENVIRONMENT OF UNDERWRITING (1): THE FINANCIAL
SERVICES AUTHORITY (FSA)
Materi Pembahasan :
A. BACKGROUND AND OBJECTIVES
B. APPROACH TO REGULATIONS
C. IMPACT ON THE UNDERWRITING
FUNCTION
D. CAPITAL AND SOLVENCY
REQUIREMENTS
E. COMPENSATION AND DISPUTE
RESOLUTION
F. PREVENTION OF FINANCIAL
CRIME
A. BACKGROUND AND OBJECTIVES
FSA merupakan badan independen bukan
bagian dari pemerintah dan diberikan oleh Financial Services and Markets Act
2000 untuk mengatur industri keuangan di UK.
Menurut FSMA, tujuan dari FSA adalah:
- Mempertahankan
kepercayaan financial system di UK
Untuk
menjaga kepercayaan Sistem Financial di UK, penting bagi FSA untuk mengawasi
dan memonitor perusahaan-perusahaantersebut berjalan dengan benar dan
meyakinkan bahwa merekatelah memiliki modal yang cukup untuk membayar kerugian finansial sebagaimana yang diperjanjikan dan
peningkatan financial system di UK
- Stabilitas
Keuangan – berkontribusi untuk perlindungan
FSA
harus memperhatikan konsekuensi kebijakan ekonomi dan fiskal terhadap Financial
System di UK.
- Menjamin
hak-hak perlindungan kepada konsumen
FSA
akan melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap standar yang digunakan dalam
Financial System di UK.
- Mengurangi kemungkinan penggunaan kejahatan financial
FSA
fokus kepada pelanggaran pencucian uang, kecurangan dan ketidak jujuran dan
pelanggaran kriminal pada pasar seperti insider dealing.
Sejak 14 Januari 2005, FSA bertanggung
jawab untuk mengatur aspek penjualan dan administrasi untuk asuransi kerugian,
termasuk perantara untuk asuransi kerugian. Pada akhir tahun 2012, FSA akan
dibubarkan dan tanggung jawab yang diberikan oleh FSMA akan dikelola oleh Bank
of England, Prudential Regulatory Authority, Consumer Protection and Markets
Auhtority dan Economic Crime Agency.
B. APPROACH TO REGULATIONS
FSA berusaha untuk mengidentifikasi
risiko-risiko kunci pada peraturan yang dimiliki oleh setiap perusahaan; pasar
dan mekanismenya; pengembangan baru beserta kejadian-kejadiannya; dan alokasi
setiap pengawasan sumber daya sehubungan dengan tingkat risiko yang dinilai .
Dengan demikian, semakin besar risiko yang dirasakan dalam halkepercayaan
terhadap sistem keuangan, perlindungan konsumen, atau kejahatan keuangan; maka
semakin tinggi bagi Regulator untuk
memprioritaskan pengawasannya.
FSA menyatakan bahwa hal ini
dimaksudkan untuk menjauh daripendekatan berbasis peraturan menuju pendekatan
berbasisprinsip (principles-based) dengan regulasi mana pun yang didapat. Pendekatan
berbasis prinsip berarti bahwa, sedapat mungkin, FSA akan menghapus aturan preskriptif
(bersifat mengarahkan) dan menggantinya dengan apa yang mereka sebut sebagai
‘outcomes’ (hasil yang sesuai).
Diperkirakan hal ini akan memberikan
perusahaan lebih banyak fleksibilitas untuk memperhatikan keadaan mereka
sendiri secara individu .Sehingga menjadi cara yang lebih efisien untuk
industri dan FSA dalam mencapai tujuannya.
C. IMPACT ON THE UNDERWRITING FUNCTION
FSA sudah mengeluarkan 11 prinisp
berbisnis untuk mencapai standar yang tinggi sesuai dengan manual code PRIN:
1.
Perusahaan harus melakukan bisnis dengan integritas
2.
Perusahaan harus melakukan bisnis dengan keterampilan, perawatan (care),
dan ketekunan
3.
Perusahaan harus mengambil langkah wajar untuk mengatur dan mengontrol
tanggung jawabnya dan juga efektif dalam sistem manajemen risiko yang memadai
4.
Perusahaan harus mempertahankan sumber daya keuangan yang memadai
5.
Perusahaan harus memperhatikan standard of market conduct (standar
perilaku pasar)
6.
Perusahaan harus lebih memperhatikan kepentingan pelanggan dan memperlakukan mereka dengan
adil
7.
Perusahaan harus lebih memperhatikan kebutuhan informasi klien dan
menyampaikan informasi kepada mereka dengan cara jelas, adil dan tidak
menyesatkan
8.
Perusahaan harus mengelola konflik kepentingan secara wajar, baik antara
dirinya dan pelanggan serta antara pelanggan dan klien lain
9.
Perusahaan harus mengambil langkah yang sewajarnya untuk memastikan
kesesuaian saran dan keputusan diskresioner (bijak) untuk setiap pelanggan yang
berhak mengandalkan penilaiannya
10. Perusahaan harus mengatur
perlindungan yang memadai bagi aset nasabah yang menjadi tanggung jawabnya
11. Perusahaan harus berhubungan
dengan regulatornya secara terbuka, kooperatif, dan harus mengungkapkan kepada
FSA secara tepat apa pun yang dengan perusahaan
Dari kesebelas prinsip, mungkin akan lebih adil untuk menyatakan bahwa
underwriter harus memperhatikan semua prinsip. Tetapi ketika berhadapan dengan
pengusul atau pelanggan yang sudah ada, mereka merujuk pada integritas,
kejelasan informasi, standar yang tepat dan sejenisnya; menjadi sangat relevan.
Harus dilihat dari :
1.
Treating customers fairly (principles 6,7,8, and 9)
2.
Monitoring and auditing the business (principles 2 and 3)
3. Training and competence
(principle 2)
C1.
Treating customers fairly
Beberapa faktor kunci dalam memperlakukan
konsumen secara adil adalah:
- Kurangnya
pemahaman konsumen atas produk2 keuangan
- Tingkat
literasi
- Pemahaman
numeric
- Komplesitas
suatu produk
- Kualitas dan
jumlah dokumentasi
- Fokus pada konsumen dan
prioritasnya
Dalam hal ini, FSA juga berpendapat sbb:
- Pengembangan
produk seringkali tidak memperhatikan target customer
- Insentif
volume penjualan terhadap kesesuaiannya atau kualitasnya
- Perusahaan
perlu review dampak TCF terhadap seluruh perputaran produk
- Pembebanan
biaya terkadang kurang transparan / jelas
- Perusahaan
tampak menempatkan kepercayaan yang besar atas loyalitas konsumen; kepada
adviser
C2.
Monitoring and auditing of the business
Menurut prinsip FSA: (Nomor 2 dan Nomor
3)
2.
Perusahaan
harus melakukan bisnis dengan keterampilan, perawatan (care), dan ketekunan
3.
Perusahaan
harus mengambil langkah wajar untuk mengatur dan mengontrol tanggung jawabnya
dan juga efektif dalam sistem manajemen risiko yang memadai
Untuk itu dalam hal monitoring,
manajemen suatu perusahaan harus memastikan bahwa bisnis yang dilakukanberjalan
sesuai dengan budget yang direncanakan. Manajemen Underwriting akan melakukan
monitoring hasil tergantung keperluan mereka., seperti frekwensi klaim, trends,
kemampulabaan dan data penjualan.
Auditing yang dilakukan pada perusahaan
asuransi mengadopsi prinsip risk based approached FSA. Perusahaan yang dirasa
high risk seringkali diaudit, dalam hal ini perlu sifat terbuka dan tidak
defensive dari para pelaku usaha.
C3.
Training and competence
Salah satu FSA rule book, mengatur
mengenai training and competence, hal ini berkaitan dengan prinsip no 2, yaituPerusahaan
harus melakukan bisnis dengan keterampilan, perawatan (care), dan ketekunan.
Banyak perusahaan asuransi yang
menyadari bahwa staff underwiting yang terlatih merupakan kunci sukses untuk
mencapai healthy profit target. Berdasarkan peraturan mengenai training
and competence (TC), sebuah perusahaan diharapkan untuk memastikan:
•
Karyawannya memiliki kompetensi
•
Karyawannya tetap kompeten untuk
pekerjaan yang dilakukannya
•
Karyawannya diawasai secara baik
•
Karyawan di review secara reguler
•
Tingkat kompetensi
yang sesuai dalam lingkup usaha
D. CAPITAL AND SOLVENCY REQUIREMENTS
Sesuai
dengan prinsip FSA no. 4 bahwa: perusahaan harus mempertahankan sumber
daya keuangan yang memadai.
Semua
bisnis harus mampu setidaknya untuk mencocokkan Kewajiban dengan asset Semua
bisnis harus mampu setidaknya untuk mencocokkan kewajiban mereka dengan aset
mereka dianggap layak.
Perusahaan
asuransi tidak benar-benar memproduksi barangtetapi menerima pengalihan risiko
dari orang lain.Semua asuransi akan menganalisis risiko mereka untuk memastikan
bahwa mereka memiliki assets cukup, kas yang tersedia; sejatinya memang FSA
mengharuskan merekamelakukannya.
Setiap
roda usaha harus memiliki modal atau asset untuk mencukupi kewajibannya
seperti
hutang dan operasional bisnis.
D1. Modal
Sama seperti bisnis lain, perusahaan
asuransi memerlukan modal dalam menjalankan bisnisnya. Sumber modal bisa
berasal dari Simpanan pemilik, Pinjaman atau saham. Sebagian modal dialokasikan
sebagai long term investments dan sebagian lagi menjadi working capital for
acquisition / running cost.
D2.
Statutory requirement for capital
Pengelolaan dan kecukupan modal di UK diatur oleh EU dan FSA.FSA menyarankan agar 15-20% dari premi dialokasikan
sebagai buffer.
D3. The
relationship of the requirements for capital to the underwriting function
Perusahaan Asuransi harus memiliki
sumber daya yang mencukupi dalam menerima suatu ukuran dan nature dari bisnis.
Dengan kata lain semakin berisiko sebuah bisnis, maka semakin besar modal yang
dibutuhkan, sehingga sebuah bisnis yang berisiko tinggi diharapkan memiliki
return on premium yang tinggi juga.
Ketergantungan pada hasil investasi
potensial terhadap asetyang dimiliki, membuat underwriter percaya bahwa mereka
mampu mengatur premi sehingga mencapai
tingkat pengembalian yang rendah,impas atau bahkan situasi kehilangan -
keuntungan perdagangan yang dihasilkan.
D4.
Management of capital
Perusahaan Asuransi harus jelas dalam pengertian ataupemahaman :
- Seberapa
besar modal yang dimiliki saat ini
- Seberapa besar modal yang
dibutuhkan untuk mendukung dalam pencapaian volume dan tipe bisnis yang di
rencanakan
- Seberapa besar modal yang
dibutuhkan untuk memenuhi peraturan permodalan saat ini dan masa yang akan
datang
- Rencana dimasa yang akan datang,
jika:
ü
Memiliki modal yang terlalu besar untuk
sebuah rencana bisnis
ü
Memiliki modal yang terlalu kecil untuk
menjalankan sebuah rencana bisnis.
E. COMPENSATION AND DISPUTE RESOLUTION
Salah satu tujuan FSA adalah memastikan
kepercayaan masyarakat terhadap UK financial system. Berikut beberapa skema
yang ada di FSA dalam rangka mencapai tujuan tersebut:
1. Financial Services Compensation Scheme
(FSCS)
Berfungsi
mengkompensasi claimants yang berhak dan pemegang
polis di mana orang yang berwenang tidak dapatmemenuhi klaim terhadap mereka
dalam hubungannyadengan kegiatan yang terkait
2. Financial Ombudsman Service (FOS)
Untuk
membantu para pemegang polis terhadap perselisihan yang timbul dengan
perusahaan asuransi. The FOS dibangun untuk menyelenggarakan “GoodInsurance
Practice”
F. PREVENTION OF FINANCIAL CRIME
Tujuan dari FSA salah satunya juga
mengurangi tindakan uang. Aspek yang difokuskan adalah Pencucian uang (Money
Laundering).Pencucian Uang (Money Laundering),
adalah suata processkriminal dan bahkan teroris yang mendapatkan uang
merekasecara illegal kepada institusi keuangan yang legitimate.
Berkaitan dengan Money Laundering, the
FSA’s Handbookmenspesifikasi hal-hal sebagai berikut :
- Harus ada alokasi kepada Senior
Management untukmembangun dan memelihara system yang efektif serta pengawasan money laundering
- Perusahaanharusmelakukanpenilaian,manage,danmonitor
tindakanrisikopencucianuangsecarasistematik, beserta dokumenyangsesuai.
- AMoneyLaunderingReportingOfficer(MLRO)harusfokus
terhadapaktivitasanti-moneylaunderingdidalam
perusahaandanharusdiberikansumberdayayangmencukupiuntukmelakukanpekerjaantersebutsecaraefektif
BAB 2:
THE REGULATORY AND LEGAL ENVIRONMENT OF UNDERWRITING (2): OTHER KEY ASPECTS
Materi Pembahasan :
- LEGISLATIVE
INFLUENCES
- INTERNATIONAL
BUSINESS
- DELEGATED AUTHORITY
- CONTRACT CERTAINTY
Selain FSA, terdapat beberapa pengaruh
legislatif lain yang dapat mempengaruhi seorang underwriter dalam menerima
account termasuk pertimbangan peraturan dan hukum.
A. LEGISLATIVE INFLUENCES
Asuransi kerugian dipengaruhi oleh
beberapa perundangan, yang tidak hanya berdampak terhadap bagaimana perusahaan
menjalankan bisnis, tetapi juga tanggung jawab terhadap pihak ketiga.
A1. Unfair
Contract Terms in Consumer Contracts Regulations 1999
Peraturan ini mengatur unfair terms
dalam kontrak antara konsumen dan penjual atau supplier.Definisi dari unfair
terms adalah sesuatu yang tidak dinegosiasikan secara khusus dan yang mana,
bertentangan dengan syarat itikad baik, dan menyebabkan ketidak seimbangan
antara hak dan kewajiban setiap pihak dalam kontrak.
Peraturan ini mengatur beberapa hal
penting yaitu :
- Semua kondisi dalam kontrak harus
dalam bahasa yang mudah dimengerti
- Dalam hal suatu kontrak telah
disetujui secara individual, kewajiban untuk membuktikan adanya
persetujuan tersebut ada di pihak Penanggung.
- Jika terdapat kondisi yant tidak
adil (unfair) maka kondisi tersebut diabaikan, tetapi kontrak tetap
berjalan.
A2.
Contracts (Right of Third Parties) Act 1999
Peraturan ini memodifikasi peraturan
“privity to the contract” yang berarti hanya pihak yang membuat perjanjian yang
memiliki kewajiban untuk mematuhi isi kontrak, dimana pihak ketiga dapat
memiliki manfaat dan kewajiban untuk mematuhi isi kontrak.
A3. Data
Protection Act 1998
Peraturan Data Protection Act 1998,
mengatur perpindahan data dan tidak terbatas pada data computer, perpindahan
data yang dimaksud disini termasuk informasi mengenai data individu yang
disimpan dalam sebuah sistem.
A4.
Compulsory insurance
Terdapat beberapa peraturan yang
mengharuskan Persuahaan asuransi memiliki ijin dari FSA untuk memenuhi
peraturan yang berlaku. Beberapa tipe asuransi yang diwajibkan adalah:
1. Third party motor insurance
merupakan
asuransi wajib bagi setiap individu atau perusahaan yang menggunakan kendaraan
bermotor – Road Traffic Act 1988
2. Public Liability Insurance
merupakan
asuransi wajib bagi pemilik hewan atau anjing berbahaya dan ketika mengendarai
kuda – Dangerous Wild Animals Act 1976, Dangerous Dogs Act 1991, Riding
Establishments Act 1970
3. Employers Liability
setiap
profesi dan pengusaha yang memiliki pekerja harus memiliki asuransi ini –
Employers Liability (Compulsory Insurance) Act 1969
4. Professional Indemnity Insurance
Setiap
solicitors dan perantara asuransi harus memiliki asuransi ini – Solicitors
(Amendmnet) Act 1974 dan Financial Services and Markets Act 2000
5. Marine Pollution Liability
Setiap
operator untuk reactor nuklir melalui konvensi internasional harus memiliki
asuransi Marine Pollution Liability 0 Energy Act 2004
A5. Motor
Insurers’ Bureau (MIB)
MIB merupakan central fund yang dibuat
untuk memberikan kompensasi bagi korban kecelakaan kendaraan bermotor yang
tidak di asuransikan.Sebagian dari premi asuransi kendaraan bermotor yang
diterima Perusahaan Asuransi dialokasikan kedalam fund tersebut.
A6.
“Social” Legislation
Terdapat beberapa peraturan yang
bertujuan untuk mencapai kesamaan dan perlakuan yang sama untuk setiap
individu. Beberapa peraturan yang berkaitan dengan asuransi adalah:
- Disability Discrimination Acts
1995 and 2005
- Sex Discrimination Act 1975
- Equality Act 2010
B. INTERNATIONAL BUSINESS
Merupakan kewajiban Manajer Senior
untuk mengambil keputusan strategis mengenai rencana untuk menutup asuransi di
international business dan di teritori yang mana.
B1.
Strategic issues
Beberapa isu strategis yang menjadi dasar perusahaan asuransi untuk
melakukan ekspansi:
- Kebutuhan untuk mendifersifikasi
risiko lebih luas
- Keinginan untuk mendukung konsumen
UK yang melakukan perdagangan diluar UK
- Tekanan dan peluang kompetisi
- Adanya potensi profit
- Keinginan untuk mendapatkan
keuntungan dari perbedaan siklus underwriting/ekonomi pada belahan dunia
lain.
B2.
Practical issues
Perusahaan asuransi dapat melakukan
ekspansi dengan cara:
- Menunjuk lokal agen atau
perwakilan
- Melakukan
joint venture dengan perusahaan asuransi lain
- Mengakusisi
perusahaan asuransi lokal
- Menggunakan
anak perusahaan asing didalam grupyang dimiliki atau membuka cabang
Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan
untuk ekspansi adalah:
- Peraturan
lokal
- Beberapa
teritori mengharuskan Perusahaan asuransi negara menjamin sebagian dari
tipe risiko tertentu
- Pajak
setempat yang harus dibayarkan
- Kendali nilai
tukar dan potensi inflasi yang dapat berdampak terhadap tingkat luas
jaminan yang diberikan dan tingkat klaim
- Kebutuhan
untuk dokumentasi diterbitkan secara lokal
- Beberapa luas
jaminan, mungkin saja tidak laku dipasar lokal.
C. DELEGATED AUTHORITY
Pemberian delegasi wewenang underwriting kepada pihak ketiga, misalnya
perantara berupa skema belakangan ini terus berkembang. Pendelegasian dapat
menggunakan Managing General Agents (MGA).
MGA dapat bekerja secara independen atau dimiliki perusahaan asuransi atau
broker. Umumnya, pemilik dan staf dari MGA memiliki keahlian spesifik pada
salah satu sektor, sehingga memungkinkan bagi Pperusahaan asuransi untuk
mendapatkan akses terhadap laba tanpa perlu memikirikan biaya staf dan sumber
daya.
Umumnya perantara berada di pihak Tertanggung, namun dengan adanya wewenang
ini maka perantara harus berada dikedua belah pihak yaitu Tertanggung dan
Penanggung. Posisi perantara tersebut dapat memunculkan benturan kepentingan.
D. CONTRACT CERTAINTY
Penanggung memerlukan kejelasan mengenai risiko dan eksposur dalam polis.
Ketidakjelasan dalam kontrak dapat membuat pencadangan klaim dan sebagai
konsekuensinya penentuan premi tidak akurat. Sedangkan dari sisi Tertanggung,
memerlukan kejelasan mengenai luas jaminan, jika tidak maka akan muncul
ketidakpastian mengenai modal yan dibutuhkan.
FSA mengatur mengenai kejelasan kontrak dalam Contract Certainty Code of
Practice yang diterbitkan pada Juni 2007. Definisi kejelasan kontrak dalam
peraturan tersebut adalah: Kejelasan kontrak dicapai dengan cara melengkapi dan
menyetujui semua kondisi antara Tertanggung dan Penanggung pada saat kontrak
dimulai, dengan dokumentasi kontrak diberikan dengan segera.
BAB 3:
MAIN INFLUENCES ON UNDERWRITING
Materi Pembahasan :
- CORPORATE STRATEGY AND UNDERWRITING
STRATEGY
- COMPETITION FOR CAPITAL
- MARKET SHARE AND PROFIT
- THE UNDERWRITING CYCLE
- MAJOR EVENTS AND TRENDS
- LEGAL CHANGES
- MARKETING STRATEGY
Bab ini akan membahas mengenai faktor utama, eksternal dan internal, yang mempengaruhi
perusahaan Asuransi dalam memutuskan pencapaian tujuan.
A. CORPORATE STRATEGY AND UNDERWRITING STRATEGY
A1.
Corporate strategy
Setiap perusahaan komersial pasti
memiliki strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.Strateg
perusahaan meliputi tujuan melakukan bisnis di daerah tertentu, untuk
berkembang atau mendapatkan laba.Tujuan ini dipengaruhi oleh kondisi market dan
kesempatan serta modal yang dimiliki dan kemauan perusahaan. Strategi ini akan
ditinjau dan disesuaikan secara periodic.
A2.
Underwriting strategy
Tujuan Utama perusahaan, diturunkan
kedalam underwriting strategy melalui suatu rencana bisnis yang meliputi
beberapa elemen kunci, seperti:
- Premium targets
- Claims and expense ratio
- Expected investment returns
Senior underwriting management secara
periodik akan melakukan memeriksa tujuan perusahaan terakhir dan mengambil
langkah untuk memastikan strategi underwriting yang sudah ada dapat mencapai
hasil yang dinginkan.Hal terpenting dalam implementasi strategi underwriting
adalah memastikan bahwa strategi tersebut telah disosialisasikan dan dipahami
oleh para Underwriter dan tenaga pemasaran.
B. COMPETITION FOR CAPITAL
Setiap investor memiliki harapan hasil
dari setiap modal yang diinvestasikan dan strategy underwriting perusahaan
harus dibuat untuk mencapai harapan investor. Beberapa pilihan yang dapat
diambil jika perusahaan memiki kelebihan modal, yaitu:
- Membeli
anak perusahaan baru atau melakukan ekspansi melalui produk baru atau
masuk ke sector asuransi alternative atau market lain.
- Mengakusisi
atau membanung lokasi baru, yang mana dapat menjad tangible asset, yang
umumnya modal tersebut dapat dengan mudah diakses atau di jula untuk
memenuhi liabilities
- Mengembalikan
modal ke shareholders, atau tidak melakukan apapun
Setiap pilihan yang diambil harus memperhitungkan
proeyksi return on capital, biaya yang timbul, potensi laba/rugi, dan biaya
dividen.Jika modal tersebut didapatkan dari pinjaman, maka biaya bunga yang
harus dibayar juga harus diperhitungkan.
C. MARKET SHARE AND PROFIT
Tidak selalu setiap tahun sebuah
perusahaan mendapatkan laba.Laba yang didapat perusahaan juga dipengaruhi oleh
kondisi market dan underwriting cycle.
C1.
Profitable growth
Suksesnya sebuah perusahaan tidak hanya
dinilai dari kemampulabaan, tetapi pertumbuhan laba.Untuk dapat tetap tumbuh,
perushaan harus mengendalikan biaya dan harpan investor. Faktor eksternal dan
internal akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Contoh faktor eksternal adalah
kondisi pasar atau ketersediaan kapasitas, untuk itu perusahaan harus dapat
membaca kondisi market dan mengetahui posisi market saat ini.
C2.
Internal tensions
Internal tensions juga dapat
mempengaruhi kemampulabaan perusahaan, seperti kegagalan untuk
mengkomunikasikan tujuan strategis dan rencana bisnis secara efektif.Sukses
tidak hanya berkaitan dengan pricing yang akurat dan pengendlian biaya yang
ketat, tetapi juga setiap divisi dalam organisasi harus terlihat sebagai satu
kesatuan.
C3. New
entrants to the market
Dengan masuknya pemain baru kedalam
suatu market akan menciptakan kondisi market yang lebih soft. Umumnya
perusahaan baru akan masuk ke suatu market pada saat kondisi market sedang
hard.
D. THE UNDERWRITING CYCLE
D1. Operation of the cycle
Ketika profit market tinggi, maka
investasi pada market tersebut akan ditingkatkan, sehinga kapasitas untuk
market tersebut meningkat. Peningkatan kapasitas akan membuat harga menjadi
rendah karena tingginya kompetisi. Keadaan inilah yang disebut sebaga soft market. Rendahnya harga akan
membuat profit mengecil, bahkan menyebabkan kerugian. Karena itu maka investor
akan menarik atau mengalihkan investasi ke market lain. Dengan penarikan
investasi, membuat kapasitas berkurang dan membuat tingkat kompetisi menjadi
turun.Penurunan tingkat kompetisi membuat premi menjadi meningkat dan laba
meningkat.Kondisi ini disebut hard
market.
D2.
Influences on the cycle
Tidak ada keseraaman pattern mengenai
durasi dan bagaimana siklus tersebut diperpanjang atau diperpendek.Namun siklus
tersebut dapat mempengaruhi strategi perusahaan dan underwriting.
Beberapa faktor utama yang dapat
mempengaruhi siklus adalah:
·
Siklus ekonomi (termasuk dampang resesi
dan tingkat investment return)
·
Pengaruh politik
·
Klaim yang berkaitan dengan cuaa
·
Perubahan legislasi atau keputusan
hukum yang menimbulkan peningkatan tanggung jawab hukum dari yang sudah ada.
D3.
Managing the cycle
Pada saat kondisi market sedang hard,
maka perusahaan asuransi dapat membangun cadangan yang berasal dari laba. Pada
saat kondisi market sedang soft, perusahaan asuransi akan dituntut untuk
memperluas luas jaminan tanpa penambahan premi dan peningkatan tingkat komisi.
Perusahaan asuransi dapat membatasi
dampak siklus tersebut dengan cara menerima risiko dengan sangat selektif dan
menetapkan limit pada risiko yang akan mereka terima.namun pada market yang
kompetitif, perusahaan asuransi tidak dapat melakukan seleksi dengan bebas
karena adanya tuntutan untuk mempertahankan market share.
E. MAJOR EVENTS AND TRENDS
Berikut beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi siklus underwriting:
E1.
Economic Trends
Tren ekonomi memiliki siklus sendiri
dan dapat mempengaruhi siklus underwriting dan strategi underwriting. Inflasi
umunya akan mengikut perkembangan ekonomi dan berdampak terhadap kenaikan harga
property, yang mempengaruhi kenaikan sum insured, peningkatan kebutuhan akan
property dan meningkatkan kebutuhan akan asuransi.
Sedangkan peningkatan pengangguran yang
disebabkan oleh resesi dapat mempengaruhi peningkatan klaim fraudulent dan
klaim pencurian, malicious damage dan pembakaran.
E2.
Political influences
Konflik global dapat mempengaruhi
siklus ekonomi dan asuransi.Misalnya konflik timur tengah dapat mempengaruhi
kenaikan harga minyak dan meningkatkan nflasi serta biaya operasional.Selain
itu serangan teroris juga dapat mempengaruhi ketersediaan kapasitas reasuransi
untuk luas jaminan tersebut.
E3. Weather
related claims
Klam yang berkaitan dengan cuaca dapat
mempengaruhi siklus underwriting karena dapat berdampak katastropik jika
terjadi. Berikut klaim yang berkaitan dengan cuaca:
·
Storm and flood
Asuransi
Property sangat dipengaruhi oleh klaim storm and flood. Klaim tersebut jika
terjadi akan menimbulkan biaya yang sangat besar bagi perusahaan asuransi.
·
Subsidence
Di UK, klaim subsidence jarang terjadi, namun jika terjadi dampaknya dapat
sangat besar, sehingga klaim tren tersebut sangat berfluktuasi.
E4. Long
term industrial diseases
Asuransi memiliki peranan penting dalam
memberikan kompensasi atas penyakit jangka panjang seperti asbestos dan
mesothelioma.Penyakit ini memiliki waktu yang lama untuk berkembang dan
terdiagnosa.
E5.
Pandemic and emerging risks
Pandemic adalah aturan yang digunakan
untuk mendeskripskan penyakit dan masalah mediis yang menyebar secara luas dan
mempengaruhi banyak orang.Pandemic dapat mempengaruhi asuransi travel, business
interruption, asuransi ternak.
Gunung berapi timbul dari pergerakan lempengan tektonis,
dan menghasilkan keluarnya hot magma, debu dan gas dari bawah bumi. Bencana
gunung berapi ini dapat mengganggu perjalanan bisnis dan berdampak terhadap
klaim cancellation and delay pada asuransi travel.
Gempa bumi timbul dari pelepasan energi
dari dalam bumi secara tiba-tiba sehingga menebabkan getaran dan retakan pada
permukaan.Klaim gempa bumi berdampak sangat besar terhadap asuransi property
baik property damage maupun business interruption.
E6.
Contaminated land
Kontaminasi berkaitan denan proses dan
aktifitas industry. Perusahaan asuransi harus melakukan pemantauan terhadap
perubahan peraturan yang mengatur polusi.Umumnya kontaminasi dijamin dalam
environmental and pollution insurance.
F. LEGAL CHANGES
Terdapat beberapa perubahan signifikan
di UK yang dipengaruhi oleh litigasi dan timbul dari perubahan peraturan dan
kasus hukum, yaitu:
1. Funding
litigation
Merubah
bagaimana pengumpulan uang untuk klaim cidera badan.
2. Periodical
Payment Orders (PPOs)
Peraturan
ini memberikan kekuasaan bagi pengadilan untuk memerintahkan pembayaran secara
periodic tanpa memerlukan peersetujuan pihak yang terkait.
3. Discount
rates
Perubahan
pada perhitungan discount rate, sehingga memungkinkan perhitungan menggunakan
rate yang lebih rendah.
G. MARKETING STRATEGY
Proses pemasaran meliputi pengambil
keputusan pada produk, harga, promosi dan tempat (distribusi). Distribusi
merupakan komponen terpenting dalam marketing
mix.
G1.
Distribution channels
Umumnya asuransi mendistribusikan
produknya melalui perantara seperti broker dan agen. Pada perkembangannya saat
ini perusahaan asuransi menggunakan internet untuk mendistribusikan asuransi.
Intermediary channel
Pada asuransi komersial, distribusi asuransi
menggunakan perantara.Pada perusahaan asuransi personal, selain menggunakan
perantara, asuransi didistribusikan menggunakan agen.
Direct channel
Pada direct business, distribusi
asuransi sebagian besar melalui sambungan telepon dan internet.
Multiple distribution channel
Asuransi umumnya beroperasi menggunakan
perantara independent.Beberapa asuransi memiliki perjanjian ekslusif dengan
perantara. Khusus asuransi personal, asuransi bekerja menggunakan channel
direct adan intermediary.
G2. Choice
of distribution channel
Pemilihan channel distribusi berdampak
secara luas terhadap struktur organisasi, seperti kebutuhan pekerja, kompetensi
dalam mendistribusikan asuransi. Selain itu juga akan mempengaruhi model
penentuan premi karena adanya biaya, komisi dan retensi bisnis.
G3.
Branding
Branding merupakan aspek kunci dalam
pemasaran, untuk memberikan persepsi pada masyarakat mengenai produk yang akan
dipasarkan. Beberapa perusahaan asuransi menggunakan media iklan guna membuat
sebuah branding yang kuat.
G4.
Underwriting Control
Pada asuransi yang menggunakan direct
channel, pengendalian underwriting menggunakan metode audit untuks setiap
pekerja.
G5.
Regulation
Di UK, peraturan mengenai promosi
lembaga keuangan diatur oleh FSA
BAB 4:
UNDERWRITING
POLICY AND PRACTICE
Materi Pembahasan :
- PHYSICAL
AND MORAL HAZARD
- RISK
CLASSIFICATION AND CATEGORIZATION
- UNDERWRITING
AND RISK IMPROVEMENT CRITERIA
- POLICY
COVER, TERMS, CONDITIONS AND RESTRICTIONS
- RISK
EXPOSURE AND CONTROL
- DELEGATED
AUTHORITIES AND LINE SLIP
- LIASION
BETWEEN UNDERWRITING AND CLAIMS FUNCTIONS
- COUNTER-FRAUD
INITIATIVES
Bab ini membahas emngenai bagaimana isu
dan keputusan strategic diterjemahkan kedalam pengembangan kebijakan
underwriting.
A. PHYSICAL AND MORAL HAZARD
Hazard, baik fisik maupun moral, adalah
fitur sebuah risiko yang mempengaruhi kejadian dan/atau dampak suatu kerugian.
A1.
Physical hazard
Physical hazard dapat didefinisikan
sebagai aspek fisik dari sebuah risiko yang secara langsung berdampak terhadap
insurability atau terms, kondisi dan pengecualian jika risiko tersebut
diasuransikan. Berikut beberapa contoh physical hazard
·
Material damage
o
Konstruksi dari premises
o
Loksi premises
o
Sprinkler, alarm dan alat pengurang
kerugian lainnya seperti dinding api, alat pemadam dan lain-lain.
·
Business interruption
o
Alternative back-up sites for revenue
generating sites
o
Alternative suppliers for key
ingredients or components
·
Liability
o
Compliance with health and safety
requirements
o
Condition of the premises
o
Nature of the activities
o
Proximity of third parties
·
Motor
o
Usia dan kondisi kendaraan
o
Pengalaman dan pelatiha pegemudi
o
Kepatuhan terhadap jumlah jam pengemudi
o
Jumlah kendaraan dalam satu fleet dan
nature dari kendaraan
·
Personal accident/travel
o
Usia dan kesehatan seseorang yang
dipertanggungkan
o
Aktivitas dan okupasi
o
Tempat yang dikunjungi
A2. Moral
Hazard
Moral hazard umumnya lebih sulit untuk
didefinisikan, karena berkaitan dengan tindakan dan perilaku calon
Tertanggung.berikut beberapa scenario moral hazard dapat muncul.
1. Pre-inception
tindakan moral hazard yang umumnya muncul pada saat sebelum inception adalah
ketidakjujuran calon Tertanggung dalam memberikan informasi mengenai risiko.
2. Post-inception
Perilaku moral hazard dari Tertanggung pada saat periode asuransi misalnya,
tindakan tertanggung dalam memenuhi rekomendasi surveyor, response atas
permintaan untuk mengunjungi premises, keterlambatan pembayaran premium,
keterlambatan dalam mendeklarasikan yang berkaitan dengan premium adjustment
3. Post-loss
pada situasi ini, moral hazard yang buruk dapat diperlihatkan, misalnya
keterlambatan dalam pemberitahuan kerugian, kurangnya kerja sama dalam
menentukan jumlah kerugian, memperbesar nilai kerugian, keagalan dalam
memberikan catatan yang akurat untuk percepatan penentuan kerugian.
B. RISK CLASSIFICATION AND CATEGORIZATION
Untuk memfasilitasi proses
underwriting, perusahaan asuransi membagi risiko berdasarkan klasifikasi dan
kategori kedalam beberapa grup yang dapat diperbandingkan.
B1.
Classification
Risiko pertama-tama diklasifikasikan
berdasarkan account dan kemudian diklasifikasikan berdasarkan bisnis, sebagai
contoh:
Personal
Insurance |
Motor |
Property |
Private car |
Commercial vehicle |
Material damage |
Household |
Motor fleet |
Business interrupt |
Personal
accident |
Motor trade |
Theft |
Pet |
|
Money |
Klasifikasi dapat dilakukan secara berbeda
tergantung dari kebutuhan perusahaan asuransi.
B2.
Categorization
Sama seperti klasifikasi risiko,
perusahaan asuransi juga mengkategorikan risiko kedalam grup yang dapat
diperbandingkan untuk kemudahan analisa dan rating. Tujuannya adalah untuk
mengelompokan risiko yang memiliki karakterisitik sama, yang mana akan memiliki
tingkat hazard dan profil klaim yang sama.
Berikut contoh kelompok rating private
car dan theft.
·
Car
rating group
perusahaan asuransi membuat model dari
kendaraan berdasarkan kesamaan karakteristik. Beberapa faktor yang digunakan
adalah biaya kerusakan dan parts, waktu perbaikan, nilai kendaraan, performaa,
dan keamanan kendaraan.
·
Theft
rating group
perusahaan asuransi mengkategorikan
risiko berdasarkan kode pos.
C. UNDERWRITING AND RISK IMPROVEMENT CRITERIA
Setelah sebuah risiko dikategorisasikan
dan diklasifikasikan, langkah selanjutnya adalah menetapkan kriteria risiko
yang dapat dieterima.Kriteria dibuat sebagai turunan dari underwriting strategy
dan implementasi kebijakan underwriting.Kriteria dibuat untuk
mengidentifikasikan risiko yang menjadi taeget market perusahaan asuransi.
Berikut beberapa contoh kriteria
underwriting untuk beberapa klas bisnis:
·
Material damage
o
Hanya menerma risiko yang terproteksi
dengan baik
o
Membatasi trades yang dapat diterima
o
Membatasi lokasi geografi yang dapat
diterima
·
Liability
o
Mengecualikan trades yang menggunakan
asbestos
o
Membatasi penggunaan panas dan alat
pengelasan
·
Motor
o
Hanya memberikan jaminan ntuk pengemudi
muda dan tidak berpengalaman
o
Tidak menerima fleet dari kendaraan
dengan performa tinggi atau nilai yang tinggi.
Risk improvement criteria ditentukan
untuk:
·
Membuat risiko menjadi risiko yang
dapat diterima bagi perusahaan asuransi dan mengurangi kemungkinan terjadinya
klaim.
·
Sebagai counter impact dari klaim yang
berasal dari penyebab yang sama.
D. POLICY COVER, TERMS, CONDITIONS AND RESTRICTIONS
D1. Policy
wordings
Luas jaminan dibuat berdasarkan kebijakan
underwriting dan secar akurat direfleksikan dalam wording polis. Perusahaan
asuransi umumnya akan menggunakan standar polis yang dibuat dengan tujuan:
·
Untuk memberikan luas jaminan yang
ingin diberikan oleh perusahaan asuransi
·
Untuk memenuhi kebutuhan pemegang polis
di suatu sector atau niche market yang dituju
·
Sebagai alat pembanding dengan
competitor
·
Untuk mencapai keseimbangan yang sesuai
antara eksposur risiko dan premium yang dibayarkan
·
Untuk memberikan kejelasan (kepada
departemen klaim) pada saat terjadinya klaim, untuk merubah penetapan klaim
tanpa memerlukan persetujuan.
Wording
polis dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:
1.
Operative clause,
Bersikan mengenai kejadian yang dijamin
dalam asuransi
2.
Exemptions or exclusions clause
Sebagian besar polis berisikan dua tipe
pengecualian, yaitu pengecualian umum yang berlaku bagi seluruh polis dan
pengecualian spesifik yang berlaku untuk bagian polis tertentu. Kriteria yang
digunakan dalam mengaplikasikan pengecualian adalah: kebijakan underwriting,
proteksi reasuransi yang tersedia, dan biaya untuk memberikan luas jaminan
3.
Condition clause
Condition clauses mencantumkan hak dan
kewajiban pemegang polis. Merupakan aturan kontraktual yang telah disepakati
untuk dipatuhi oleh pemegang polis selama periode polis.
4.
Schedule
Berisikan deskripsi dari obyek pertanggungan dan nilai
pertanggungan.dibuat secara spesifik untuk satu Tertanggung.
D2.
Endorsements and Memoranda
Sebuah risiko diluar target kriteria
underwriting tetap dapat diterima oleh perusahaan asuransi pada terms tertentu.
Polis wording akan dibuat (tailored) secara sesifik agar risiko tersebut dapat
diterima dengan menambahkan endorsement atau memoranda yangberlaku untuk bagian
dari spesifik terms.
D3.
Warranties
Warranty dalam polis asuransi mengatur
Tertanggung untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu atau memastikan sesuatu
hal ada atau tidak ada. Penanggung mengaplikasikan sebuah warranties untuk
memastikan:
·
Tertanggung memenuhi persyaratan untuk
membuat risiko dapat diterima.
·
Beberapa fitur hazard yang lebih tinggi
yang tidak dideklarasikan pada saat penerimaan risiko tidak muncul.
D4. Excess
Compulsory excess diaplikasikan
perusahaan asuransi sebagai ukuran underwriting dengan tujuan:
·
Mengurangi biaya klaim
·
Menghilangkan klaim kecil yang dapat
meningkatkan biaya administras
·
Mengecualikan sebagian atau semua laim
yang memiliki frekwensi sangat tinggi sehingga premi tetap kompetitif.
·
Membuat tertanggung lebih berhati-hati
dan melaksanakan prevention of loss
Dalam menetapkan excess, Underwriter
akan menggunakan kriteria kesesuaian (suitability) dan accurate costing.
D5.
Deductibles
Deductible mirip dengan excess, hanya
saja digunakan untuk polis komersial.
D6. Policy
limits
Kebijakan underwriting akan mengatur
limit polis, dipengaruhi oleh kapasitas Asuransi dan ketersediaan kkappasitas
reasuransi. Penentuan limit juga dipengaruhi oleh sifat risko.
E. RISK EXPOSURE AND CONTROL
Perusahaan asuransi harus mengendalikan
eksposur yang diahadapi, hal ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan membayar
klaim, kapasitas reasuransi dan kepatuhan untuk menjaga batas solvency yang
diatur secara hukum.
E1. Single
risk
Sebagai bagian dari strategy
underwriting, perusahaan asuransi harus dapat menilai dan menentukan kapasitas
maksimum yang dapat diterima untuk sebuah single risk.
E2. Single
events
Selain single risk, underwriter harus
memperhatikan single events yang dapat menimbulkan agregasi.Aggregat secara
umum didefinisikan sebaai sebuah akumulasi dari risiko yang diasuransikan
terhadap sebuah perusahaan asuransi yang menimbulkan aliran klaim signifikan
dari sebuah penyebab klaim single.
E3.
Identification and control of exposure
1. Property
insurance
·
Single risk
Metode pertama yang dapat dilakukan
adalah menghitung nilai pertanggungan secara penuh berkaitan dengan sebuah
lokasi.Metode lainnya adalah dengan menggunakan Estimated Maximum Loss (EML)
pada sebuah lokasi.
·
Accumulation logging
Untuk dapat mengidentifkasi dan
menanalsa akumulai pada sebuah lokasi, perusahaan asuransi harus membuat
pencatatan risiko sebuah lokasi.
·
Single events
Setelah menentukan kapasitas maksimum
untuk sebuah single risk, perusahaan asuransi memperhitungkan kapasitas
psesifik dalam suatu area geografi sehingga sebuah risiko dapat dikendalikan
·
Controlling exposure
Jika pada sebuah situasi dimana aggregate telah melebihi
kapasitas perusahaan asuransi, namun penanggung tidak ingin menolaknya, maka
penanggung data membeli kapasitas reasuransi diatas (in excess) kapasitas
maksimum atau membagi risiko tersebut dengan perusahaan asurasi lain (co-insurance).
2. Liability
insurance
·
Single risk
kapasitas maksimum dari sebuah
perusahaan asuransi tergantung kualitas dan sifat risiko.
·
Single events
sifat dari legal liability adalah sebuah kejadian dapat
berdampak terhadap beberapa polis, ketika sejumlah pemegang polis terlibat.
Untuk itu sebuah perusahaan asuransi harus dapat mengambil langkah identifikasi
dan kendali potensi aggregasi.
E4.
Approaches to issues of aggregation across a class of business
Perusahaan asuransi akan
mempertimbangkan sebuah dampak agregat kerugian dari sebuah account untuk
memastikan kesuksesan dan kemampulabaan untuk masa panjang. Salah satu metode
untuk mengendalikan agregat, perusahaan asurns dapat menggunakan reasuransi.
F. DELEGATED AUTHORITIES AND LINE SLIP
Pemberian wewenang kepada pihak lain,
dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, dari sisi Peruahaan
asuransi:
·
Mendapatkan akses terhadap bisnis yang
mungkin tidak umum
·
Menerima risik disektor yangmana tidak
memiliki expertise
·
Dapat mendapatkan bisnis di belahan dunia
lain, meskipun tidak memiliki kantor
·
Mendapatka manfaat dari keahlian dan
pengetahuan local
·
Mendapatkan pendapatan dengan biaya
yang rendah dan tanpa ada biaya atau risiko untuk membangun cabang atau
mempekerjakan underwriter
Keuntungan bagi perantara:
·
Biaya yang rendah dalam menempatkan
bisnis
·
Data menawarkan keputusan dan respon
yang cepat, dalam beberapa kasus mereka dapat memberikan jaminan dengan segera
·
Menerima komisis yang lebih besar,
merefleksikan pekerjaan tambahan yang diambil
·
Mendapatkan sebagian laba dari risiko
yang diterima dalam skeme.
F1.
Operation of a delegated authority
Binding authority yang diberikan harus
dinegosiasikan secara hati-hati dan dengan detail yang spesifik seperti
periode, risiko apa saja, rating minimum, limit dan jaminan serta wording yang
digunakan.
Beberapa masalah dalam melakukan transaksi dengan metode
ini adalah:
·
Conflict of interest
·
Poor performance of the coverholder
·
Ambiguous terms
F2. Line
slips
Line slip adalah persetujuan antara
broker dan grup lebih dari dua perusahaan asuransi, dimana setiap perusahaan
asuransi setuju untuk menerima spesifik tipe asuransi sesuai dengan
proporsinya. Line slip digunakan sebagai bukti administrative ketika broker
menempatkan sejumlah besar risiko yang sama dengan grup underwriter yang sama.
G. LIASION BETWEEN UNDERWRITING AND CLAIMS FUNCTIONS
Fungsi underwriting dan klaim harus
terintegrasi secara efektif guna mencapai tujuan perusahaan.
G1. Policy
wording
Fungsi klaim akan berperan sebagai
pemantau apakah wording polis sudah sesuai dengan tujuan underwriting yang akan
dicapai. Sebelum wording polis dijual, maka bagian klaim akan berperan sebagai
counterpart untuk membahas wording polis tersebut dengan underwriter.
G2.
Recording of statistical data
Fungsi klaim dibutuhkan unuk
mengalokasikan spesifik kode untuk setiap klaim baru dicatat pada database
untuk memudahkan underwriter dalam melakukan analisis.Penetapan kode tersebut
harus sudah disepakati diawal oleh kedua fungsi klaim dan underwriting.
G3.
Individual claims
Review meetings menjadi bagian penting
dalam hubungan antara fungsi klaim dan underwriting. Pertemuan tersebut dapat
memberikan sebuah forum bagi fungsi klaim untuk memberikan informasi
perkembangan dan hasil yang diperkirakan pada sebuah klaim besar.
G4. Backlogs
Underwriters harus mendapatkan
informasi setiap backlogs yang terjadi di fungsi klaim, karena data loss ratio
dapat tidak akurat ila terjadi baklogs.
G5. Fraud
Aktifitas kecurangan adala area yang
memerlukan dialok berkelanjutan antara fungsi klaim dan underwriter, sheingga
kelemahan dalam proses penjualan dan underwriting dapat ditangani secara ceat
dan efektif.
G6.
Emerging trends
Fungsi klaim harus memantau tipe dan
jumlah klaim yang dilaporkan dan memberikan saran ke underwriter atas pattern
yang tidak biasa dan emerging trends.
H. Counter-fraud initiatives
Dalam melihat kecurangan terhadap
perusahaan asuransi, kita dapat melihat dalam beberapa cara, yaitu:
·
Opportunistic fraud
Opportunistic
fraud dilakukan oleh seseorang yang dikategorikan sebagai kejahatan tanpa
korban dengan tingkat deteksi rendah.Umumnya pemegang polis melakukan ini untuk
mendapatkan pendapatan tambahan atau mengganti atau memperbagus property
mereka.
·
Premediated fraud
Premedated
fraud merupakan criminal yang disengaja. Mereka mengasuransikan propertinya
dengan tujuan untuk melakukan fraud atau secara sengaja mmerekayasa suatu
kejadian untuk melakukan fraudulent claims.
Beberapa teknik yang dilakukan untuk
mencegah fraud dan mendeteksinya secara efektif adalah:
·
Mempekerjakan staf ahli dan terlatih
dalam hal fraud.
·
Melakukan investigasi dengan cara
interview untuk menganalisa perilaku dan psikologi untuk kasus yang dicurigai
sebagi fraud
·
Melakukan penyamaran dan pemantauan
secara langsung.
·
Menggunakan fotografi aerial, untuk
memverifikasi layout jalan, bangunan dan kerugian badai. Dengan peta yang
detail, perusahaan asuransi dapat melakukan simulasi kecelakaan kendaraan secara
virtual.
Untuk mencegah terjadinya fraud, di UK
terdapat beberapa lembaga yaitu:
·
Insurance fraud investigators’ group
(IFIG)
·
Insurance raud Bureau
Selain lmbaga tersebut, terdapat
beberapa database informasi yang dapat digunakan oleh penanggung yaitu:
·
Claims and underwriting exchange
·
Motor insurance anti fraud and theft
register
·
Motor insurance database.
NUMERICAL ANALISIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES UNDERWRITER
Materi Pembahasan :
- PENGUKURAN TENDENSI TENGAH
- PRINSIP-PRINSIP PROBABILITAS
- HUKUM
BILANGAN BESAR DAN POOL BERSAMA
- FREKUENSI
DAN SEVERITAS
- KORELASI
DAN REGRESI
- APLIKASI
DALAM ASURANSI
Pada chapter ini kita akan melihat
penggunaan dari numerical analysis dan penerapan teknik statistic yang menjadi
pertimbangan utama dalam proses underwriting.
Tahap pertama, penting bagi seorang
underwriter untuk memahami penggunaan numerical methods untuk mengukur risiko
dan hubungannya, agar dapat memutuskan dalam penerimaan suatu risiko.Metoda ini
dapat secara lebih jauh digunakan untuk melihat performance dari business yang
telah diterima.
Dunia perasuransian saat ini dipenuhi
oleh aturan yang harus ditaati oleh para underwriter terutama mengenai audit
dan data2 penting lainnya yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
Langkah pertama dalam numerical
analysis adalah collection of data.Insurance department membuat banyak data
yang dapat digunakan untuk analisa berkelanjutan, dengan teknologi yang sudah
ada pengumpulan data ini lebih mudah dilakukan.
A.
PENGUKURAN NILAI TENGAH
Perhitungan nilai tengah (atau rata2)
membantu kita secara visual untuk memahami data secara jelas.
Sebagai contoh, jika kita memiliki 25
data claim untuk motor insurance dan seseorang meminta untuk melakukan gambaran
dari data yang ada maka rata2 nilai klaim dianggap lebih informative dan
berguna dibandingkan dengan individual data claim.
Metoda pengukuran yang digunakan untuk
menghitung rata2:
-
arithmetic mean
-
median
-
the mode
Arithmetic
mean
Metoda yang sering digunakan untuk
menghitung nilai rata2. Rumus yang digunakan adalah menjumlahkan nilai
keseluruhan (sum of value) kemudian dibagi dengan total value (number of value)
Contoh: total nilai claim untuk 25
motor insurance $ 3,000, maka nilai
rata2nya $ 3,000/25 = $ 120
Median
Median atau nilai tengah adalah nilai
yang berada ditengah dari serangkaian angka yang telah disusun secara urut.
Contoh: 1, 3, 8, 12, 20, 23, 26, 33, 40 median dari urutan
angka tersebut adalah 20. Contoh diatas dapat dengan mudah dicari mediannya
karena urutan angka tersebut merupakan angka ganjil (ada 9 angka) sehingga
nilai tengahnya adalah nilai ke 5.
Dalam banyak situasi apabila urutan
angka tersebut berjumlah genap maka mediannya harus dibuat rata2 dari kedua
nilai tengahnya.
Contoh: 45, 56, 90, 100, 120, 150, 175, 200 median dari
urutan angka ini adalah 100 dan 120 (angka ke 4 dan 5, karena total angka ada
8, genap), langkah selanjutanya kedua median ini harus dibuat rata2, menjadi
(100+120)/2= 110
Mode
Didefinsikan sebagai angka yang sering
muncul dalam suatu rangkaian data. Bias terjadi ada lebih dari satu mode dalam
suatu data
B. PRINSIP
PROBABILITAS
Dalam proses underwriting, kita mempertimbangkan
mengenai kemungkinan suatu event loss terjadi. Lebih jauh lagi kita sering
menghitung berapa besar dampak kerugian financial dari loss yang terjadi.Dasar
pemikiran ini dapat digunakan untuk pertimbangan potensial losses.
Probabilitas diukur dengan skala angka
0 s/d 1, dimana angka 0 berarti tidak mungkin terjadi event, dan angka 1
berarti kepastian akan terjadinya event.
Probabilitas dapat ditulis sbb:
-
decimal i.e 0.99
-
fraction i.e 99/100
-
percentage i.e 99%
Notation
notasi yang digunakan untuk mewakili
kemungkinan event yang terjadi adalah huruf ‘P’. sedangkan eventnya digunakan
notasi ‘R’. penulisan untuk kemungkinan terjadinya hujan badai adalah P(R).
ada 3 metoda yang digunakan untuk
menghitung probabilitas sbb:
Method 1
Dapat digunakan dimana situasinya:
-
kemungkinan terjadinya suatu event
diketahui
-
semua kejadian memiliki peluang yang
sama
contoh, kemungkinan terpilihnya ‘black
jack’ dari satu pack kartu remi dapat dihitung:
p(black jack) =
dalam kehidupan nyata, metoda
penghitungan seperti ini sulit diterapkan karena beberapa data tidak dapat
dipastikan dan sulit untuk didapatkan.
Contoh: ketika menentukan rate polis
kebakaran, seorang underwriter tidak dapat mengetahui accident yang akan
terjadi dalam satu tahun kedepan atau jumlah accident yang dpat terjadi dalam
satu tahun kedepan.
Method 2
Metoda ini menggunakan relative
frequency dari particular loss event yang diamati secara bertahap disampaikan dengan percentage, jumlah
relative freq harus 100%
Contoh: suatu persh asuransi memiliki
data 85 accident pada tahun lalu dengan biaya claim terdistribusi sbb: sehingga
relative frequensi dapat dicari
dengan mengasumsikan kemungkinan
terjadinya loss pada tahun depan sesuai dengan pola loss tahun sebelumnya maka analisa
menggunakan metoda ini dapat digunakan oleh underwriter untuk menganalisa
risiko.
Method 3
Metoda ini menggunakan subjective
probabilities, ketika underwriter menggunakan kemampuan dan intuisinya untuk
mencari probabilitas untuk suatu event.
Dalam dunia asuransi, sulit untuk
mendapatkan data tentang probabilitas, laporan/jurnal yang ada pun lebih suka
menuliskan dalam kata (bukan angka) seperti probabilitas terjadinya loss:
either certain, probable, neutral, improbable or impossible, kemudian tugas kita
adalah untuk menerjemahkannya dalam angka antara 0 – 1, katakanlah 0.75; 0.5
atau 0.25
Metoda ini subjektif tergantung dari
underwriternya, tatapi hasilnya dapat terukur.
C. HUKUM
BILANGAN BANYAK DAN COMMON POOL
Hukum bilangan banyak mengatakan bahwa
event yang diharapkan terjadi dapat terjadi sebanyak jumlah yang diharapkan
apabila terdapat kumpulan angka yang cukup banyak dengan situasi yang seragam.
Contoh apabila kita melempar koin
sebanyak 10x akan mendapatkan kombinasi yang beragam untuk gambar muka atau
buntut (heads or tails), dapat berupa 3 heads dan 7 tails; 6 heads dan 4 tails
dan kombinasi lainnya jarang terjadi kemungkinan 5 heads dan 5 tails. Dengan
jumlah lemparan koin semakin banyak maka kemungkinan munculnya heads dan tails
akan semakin seimbang.
Dari sudut pandang underwriter, semakin
banyak dapat menutup risiko sejenis maka dapat memprediksi jumlah klaim
kedepannya.
Common pool
Untuk memfasilitasi proses
underwriting, insurer membawa seluruh bisnisnya kedalam common pool. Dalam pool
ini insurer berkontribusi untuk menerima risiko yang masuk kedalam pool dan
menerima pembayaran premi.Dalam common pool ini insurer menerima keuntungan
dalam hukum bilangan banyak.
D.
FREKUENSI DAN SEVERITY
Dalam suatu loss event terdapat
kombinasi frequency (kemungkinan) dan severity (financial cost). Kombinasi ini
penting untuk diketahui oleh underwriter dalam memahami risiko dasar dari
business yang akan diterima.
Contoh:ndalam motor insurance business
terdapat banyak claim yang berhubungan dengan windscreen (kaca depan) dengan
severity yang rendah, akan tetapi sedikit claim yang berhubungan dengan bodily
injury claims (tipically high severity)
E. KORELASI
DAN REGRESI
Seorang underwriter harus
mempertimangkan hubungan antara variable yang penting, sebagai contoh rata2
claim dalan household insurance dan jumlah room dalam household.
Pada bab ini kita akan membahas
hubungan antara 2 variable dimana salah satu dependent dan yang lainnya
independent. Value untuk dependent variable bergantung kepada independent
variable.
Hal termudah untuk meng-identifikasi
hubungan antar variable ini adalah menggunakan scatter plot. Independent
variable selalu ditaruh pada sumbu-X
dan dependent variable pada sumbu-Y
gambar dapat dilihat pada fig 5.1 (halaman 5/15) buku 107
Dengan memahami hubungan antara 2
variable, underwriter dapat memprediksi value dari dependent variable (contoh
average cost of household ins claim) berdasarkan value dari independent
variable (contoh jumlah room dalam household)
F. APLIKASI
TERHADAP ASURANSI
Penggunaan mathematical techniques yang
kita diskusikan pada bab2 sebelumnya digunakan oleh asuransi dalam dunia nyata
untuk:
-
menghitung prediksi nilai claim
-
menerapkan regresi untuk memperkirakan
kejadian masa mendatang
-
menghitung korelasi untuk menentukan
hubungan antar variable
Expected
value
Apabila kita perkirakan dalam tahun
depan property account akan menerima 1,2,3,4 atau 5 claim dan probabilitas claim ini berdasarkan
experience tahun sebelumnya, sesuai table dibawah
Number of claim |
Probability |
x |
P(x) |
1 |
0.20 |
2 |
0.30 |
3 |
0.40 |
4 |
0.09 |
5 |
0.01 |
total |
1.00 |
Informasi dalam table mengatakan
kemungkinan terjadi 1 claim ditahun mendatang adalah 0.2; dua claim 0.3 ; tiga
claim 0.4 dan seterusnya.
Ketegori tambahan dibutuhkan untuk
dapat memprediksikan hasil yang lebih akurat. Untuk contoh ini kemungkinan
lebih dari lima claim muncul.
Dengan cara mengalikan number of claim
dengan probability maka kita dapat memprediksi jumlah klaim yang akan muncul di
tahun mendatang.
Number of claim |
Probability |
Expected value |
x |
P(x) |
P(x)x |
1 |
0.20 |
0.20 |
2 |
0.30 |
0.60 |
3 |
0.40 |
1.20 |
4 |
0.09 |
0.36 |
5 |
0.01 |
0.05 |
total |
1.00 |
2.41 |
Application
of regression
Kita bias menetapkan regression sebagai
“mathematical expression yang dapat menangkap hubungan antara dependent dan independent
variable”.
Dependent variable = a + b*
(independent variable)
Dimana nilai ‘a’ dan ‘b’ harud dapat
ditentukan, lebih tepat lagi, persamaan diatas alan berupa garis lurus dimana:
-
‘a’ merupakan garis lurus yang memotong
aksis Y dan
-
‘b’ merupakan gradient, atau kemiringan
dari garis lurus
contoh gambar dan perhitungan ada di
halaman 5/25
Risiko
homogen terhadap personal dan motor risk
Untuk beberapa class of business
seperti personal dan motor lines, underwriter sering menggunakan data historis
claim untuk membuat indikasi claim
dimasa mendatang, dan juga sebagai dasar menghitung premi yang cukup.
Tentu saja, bisnis yang diterima saat
ini berbeda dengan bisnis yang telah diunderwrite tahun sebelumnya, akan tetapi
historical claim experience dapat dijadikan dasar oleh underwriter untuk
estimasi.
Personal dan motor lines of business
merupakan bisnis dengan skala yang besar dan melibatkan claim seragam. Dengan
variable dependent pada claim tahun lalu dan dengan indicator yang tepat maka
underiter dapat mempertimbangkan claim2 yang kemungkinan akan timbul.
PERANAN DAN FUNGSI DARI REASURANSI
Materi Pembahasan :
- TIPE REASURANSI
- PENDEKATAN PROGRAM REASURANSI
- PEMODELAN
KATASTROPIK
- SIKLUS
PENETAPAN HARGA REASURANSI
- KEBUTUHAN
INFORMASI
Ketika perusahaan asuransi setuju untuk
menerima risiko, maka akan menghadapi risiko ketidakpastian (uncertainty)
seperti yang dihadapi oleh Tertanggung. Ketidakpastian ini dapat mempengaruhi
financial/non financial, waktu terjadinya loss dll.
Untuk menghadapi ketidakpastian ini
asuransi hanya mengandalkan data yang berasal dari common pool, akan tetapi
tidak dapat melindungi dari loss yang lebih besar dari expected loss.
Banyaknya ketidakpastian ini membuat
perusahaan asuransi mencari proteksi yang sering disebut dengan reasuransi. Penyedia proteksi sering
disebut dengan reinsurer dan
penerima proteksi disebut reinsured
/ cedant.
Perusahaan asuransi dapat mentransfer
sebagian atau seluruh risikonya kepada reinsurer.
Keuntungan menggunakan reinsurance sbb:
-
Maintains
stability
Dengan
memiliki reinsurance, perusahaan asuransi tidak perlu takut dengan fluktuasi
claim antara tahun sebelumnya dengan tahun berjalan. Variasi yang besar dalam
hasil underwriting dapat merusak reputasi perusahaan dan menjadi perhatian
pemegang saham serta pemerintah.Reasuransi dapat merubah hasil underwriting
dengan mengcover fluktuasi claim tersebut.
-
Provides
capacity
Perusahaan
asuransi memiliki financial limit untuk menerima risiko yang ditawarkan oleh
Tertanggung, karena limit ini Asuransi dapat menolak penawaran yang ada. Dengan
memiliki reasuransi, kapasitas financial akan naik sehingga dapat menerima
bisnis lebih besar lagi. Bahkan beberapa risiko yang unusual juga dapat
diterima.
-
Protects
against catastrophes
Seperti
yang dijelaskan sebelumnya, perusahaan asuransi menggunakan hukum bilangan
banyak untuk dapat menentukan expected losses. Dengan menggunakan reasuransi
maka menghindari kejutan yang terjadi dimasa mendatang akibat claim yang sangat
besar.
A.
TIPE REASURANSI
Dalam section ini akan dibahas 2 tipe
dasar dari reasuransi, kegunaan serta keuntungan dan kerugian apabila
menggunakannya
2 tipe dasar reasuransi tersebut adalah
facultative dan treaty
Facultative
Reinsurance
Merupakan tipe reasuransi paling tua,
meskipun tidak sering digunakan seperti treaty reinsurance tetapi metoda ini
sangat berguna.
Facultative digunakan untuk mencari
backup secara individual dan memiliki risiko yang tidak biasa dan juga risiko2
yang dikecualikan dalam treaty.
Facultative berarti optional, kedua
belah pihak (reinsurer dan reinsured) memiliki hak yang sama untuk ikut serta
dalam kontrak yang ditawarkan. Reinsured tidak memiliki kewajiban untuk
menawarkan risiko dan reinsurer tidak memiliki kewajiban untuk menerima risiko.
Facultative dapat digunakan untuk
kondisi sbb:
-
ketika kapasitas reinsured tidak
mencukupi untuk menerima risiko
-
apabila risiko yang ingin diterima
dikecualikan didalam treaty
-
ketika reinsured tidak ingin memasukkan
risiko yang akan diterima kedalam treatynya
-
apabila risiko yang hendak diterima
merupakan risiko yang tidak biasa, hazardous, particulary complex dan reinsured
tidak memiliki experience
-
merupakan alas an financial atau
strategic
Keuntungan
-
masing2 pihak memiliki tujuan masing2,
sehingga premi dapat di negosiasikan sesuai dengan portofolionya
-
ada kebebasan untuk menerima / menolak
risiko uang ditawarkan
-
facultative dapat meningkatkan daya
saing reinsured dengan memberikan pricing yang kompetitif
-
treaty reinsurance dapat di-cover
dengan facultative untuk risiko2 tertentu untuk mendapatkan result keseluruhan
yang lebih baik dan premi rendah
-
ceding company memperoleh benefit dari
expertise dan experience yang dimiliki facultative reinsurer
-
hubungan yang baik antara keduabelah
pihak untuk membangun successful dan professional relationship
Kerugian
-
karena risiko ditangani secara
individual, reinsured terkadang tidak mampu mengontrol bisnisnya dan
mempengaruhi dalam kemampuan untuk mengunderite bisnis.
-
administrasi untuk facultative sangat
memakan tenaga dan waktu
-
ceding company harus memberikan seluruh
data/informasi mengenai risiko yang akan ditawarkan, ini menjadi problems
apabila reinsurer ternyata juga berperan sebagai competitor.
-
Ada kemungkinan reinsurer mengajukan
suatu perbaikan risiko dengan menerapan subjectivity yang mempengaruhi premium
-
Insurer tidak memiliki control lagi
terhadap account yang telah dilakukan facultative, contoh apabila ada
amendments harus selalu dengan persetujuan reinsurer
-
Treaty
reinsurance
Tipe kedua dari reinsurance adalah
treaty, treaty merupakan kontrak yang melindungi sejumlah portofolio risiko,
berbeda dengan facultative yang hanya meng-cover single risk.
Dengan tipe reasuransi ini, ketika
reinsured menawarkan sebuat risiko maka reinsurer memiliki kewajiban untuk
menerimanya.
Treaty merupakan perjanjian kontrak
damana hanya risiko2 yang sesuai dengan persyaratan kontrak saja yang dapat
masuk ke dalam treaty ini.
Keuntungan
-
berbeda dengan facultative reinsurance,
reinsured secara otomatis memiliki reinsurance cover dan tidak perlu menyusun
individual contracts
-
reinsured menerima kontribusi untuk
menutupi brokerage atau biaya lain yang keluar untuk menyusun treaety, disebut ceding commission
-
untuk beberapa type treaty, reinsured
dapat menerima tambahan kontribusi apabila treaty profitable, disebut profit commission
-
administrasi untuk treaty reinsurance
lebih cepat dan mudah jika dibandingkan dengan facultative reinsurance
-
prosedur pelaporan accounting juga
lebih simple karena menggunakan quarterly accounting
-
reinsurance treaty berhubungan dengan
sejumlah besar homogenous risk, teknologi computer dapat digunakan untuk data
storage dan analisis profitability
Kerugian
-
tidak ada kebebasan, karena keduabelah
pihak terikat kontrak yang tidak dapat dibatalkan sebelum kontrak berakhir
-
terlalu banyak premium yang dikeluarkan
oleh reinsured kepada reinsurer untuk risiko2 kecil yang sebenarnya dapat
diretain sendiri.
B. PENDEKATAN
PROGRAM REASURANSI
Ada 2 cara utama dalam menyediakan
reinsurance: proportional dan non-proportional. Kedua tipe reasuransi
(facultative dan treaty) dapat digunakan baik dalam proportional maupun
non-proportional basis.
Proportional
reinsurance
Dengan perjanjian proportional,
reinsured akan menentukan berapa banyak risiko yang ingin ditahan (dinyatakan
dalam %tage) dan sisanya akan dicover oleh reinsurer.
Jumlah premium dan claim akan dibagi
secara proportional sesuai dengan share masing2, contoh apabila perusahaan
asuransi memiliki 25% perjanjian proportional untuk particular risk itu artinya
akan memberikan 25% premi yang masuk dan 25% claim (bila ada) kepada reinsurer,
perusahaan asuransi sendiri menahan risiko sebanyak 75%. Gambar dapat dilihat
pada halaman 6/6.
Proportional reinsurance berhubungan
dengan pembagian risiko berdasarkan sum insured maupun indemnity limits.
Dua tipe proportional reinsurance:
quota share dan surplus reinsurance akan dijelasakan dibawah
Quota share reinsurance
Dengan quota share reinsurance, premium
dan loss dari risiko yang dicover akan dibagi secara rata sesuai dean
proporsinya/quota masing2.
Surplus reinsurance
Berbeda dengan quota share, proporsi
premium dan loss yang dibagi dalam surplus reinsurance berbeda antar risiko.
Reinsured diawal menentukan berapa
risiko yang ingin ditahan berdasarkan expected financial loss /estimated max
loss, retain amount ini berdasarkan potential hazard yang ada. Penentuan ini
dilakukan individually untuk per risk.
Reinsurer memiliki kewajiban untuk
menerima risiko yang diberikan oleh reinsured.
Kewajiban reinsurance terbatas pada limit yang telah disepakati
sebelumnya, biasanya dinyatakan dalam ‘line’ atau kelipatan dari insurer
original retention (OR)
Contoh, persh.Asuransi memiliki own
retention U$ 200k, kemudian untuk memperbesar kapasitasnya mereka membeli
surplus reinsurance sebanyak 9 line. Dengan memiliki tambahan 9 line maka
kapasitas perusahaan tersebut meningkat menjadi U$ 200k + (9x 200k) = U$
2,000,000
Non-proportional
reinsurance
Dalam non proportional reinsurance,
tidak ada aturan sharing premi dan loss antara reinsured dan reinsurer, malah
reinsurer setuju untuk membayar loss yang terjadi apabila melewati retention
dari insurer.
Retention tersebut disebut deductible
atau excess point.
Seperti yang kita bahas sebelumnya, ada
beberapa keuntungan signifikan yang dapat diperoleh apabila membeli
reinsurance, yang utama adalah membatasi loss untuk limit tertentu. Tipe non
proportional reinsurance: excess of loss dan stop loss.
Excess of loss reinsurance
Tipe ini merupakan perjanjian dimana
reinsured setuju untuk membayar loss yang terjadi sebesar maksimum (U$ x) dan
reinsurer juga menyetujui membayar loss sebesar limit (U$ y).
Contoh, reinsured menahan risiko U$
300k setiap loss yang terjadi, dan ia juga membeli proteksi excess of loss
treaty sebesar U$ 700k in excess of U$ 300k (U$ 700k xs. U$300k)
Stop-loss reinsurance
Menyediakan protection untuk seluruh
portofolio bisnis, tidak hanya individual risk, tetapi dapat mengcover untuk
annual period.
Reinsurer setuju untuk membayar annual
losses yang melewati retensi reinsured yang diekspresikan dalam %tase dari
premi tahunan.
Stop loss didefinisikan “X% in excess
of Y%” dimana X% merupakan value yang dicover oleh reinsurance dan Y% merupakan
annual premium yang diterima reinsured.
Contoh: stop loss 25% xs 100%, apabila
annual premium incone U$20mio maka reinsurance akan mengcover loss sampai
dengan limit U$5mio (25% of U$ 20mio) apabila terjadi loss diatas U$ 20mio.
Tipe reinsurance semacam ini digunakan
untuk memprotect akumuasi claim2 kecil yang berpengaruh significant terhadap
underwriting result.
C. PEMODELAN KATASTROPIK
Akumulasi of event dan penggunaan catastrophe modeling
Beberapa event atau catastrophe
biasanya terjadi karena natural peril, contoh banjir atau gempabumi, meskipun
dalaam beberapa waktu disebabkan karena ulah manusia seperti serangan terroris.
Kita juga mengetahui peristiwa
catastrophe dapat mengakibatkanlarge number of individual risk terkena
efectnya.
Penggunaan
catastrophe modeling
Modeling of aggregation sering
digunakan untuk catastrophe risk, disini perusahaan akan menganalisa beberapa
kemungkinan akan terulangnya lagi bencana, contoh gempabumi dahsyat California
di simulasikan terjadi lagi dalam 10 tahun, 50th bahkan 200th
mendatang.
Catastrophe modeling (atau CAT
modeling) dapat digunakan sebagai panduan insurers dan reinsurer untuk
mengambil keputusan dibeberapa area penting antara lain:
-
pricing CAT oatau event excess of loss
reinsurance
-
perencanaan dan forecasting
-
cadangan premium untuk CAT event
-
capital assessment dan allocation
-
design dan arrange reinsurance protection
Fitur catastrophe models
Meskipun CAT medelling menggunakan
pendekatan dengan historical event, kunci utama dalam melakukan analisa adalah
panjangnya timescale yang digunakan.
Dalam analisa CAT modeling beberapa
pendekatan diperbolehkan seperti:
-
merubah frq of event
-
merubah severity of impact
-
merubah portofolio
perubahan yang dilakukan juga
berdasarkan analisa mendalam mengenai:
-
seismology
-
meteorology
-
hydrodynamics
-
structural dan geo technical
engineering
Catastrophe
excess of loss reinsurance
Special type untuk non proportional
reinsurance yang menyediakan proteksi risiko CAT adalah Catastrophe excess of
loss (CAT XL), reasuransi ini bekerja each and every loss occurrence.
D. SIKLUS PENETAPAN HARGA REASURANSI
Reinsurance pools
Untuk menjaga market agar tidak terkena
impact akibat CAT event, reinsurance pool dapat digunakan untuk memproteksi
semua class of business.Partisipasi seluruh anggota pool untuk bekerjasama
saling memproteksi sangat membantu mengatasi permasalahan CAT event.
Pricing
Reasuransi
Reinsurance product memiliki market
cycle tersendiri, terms dan condition yang sudah disepakati diawal tidak dapat
diubah pada pertengahan tahun, contoh mengatasi loss yang besar. Efeknya pada
saat renewal (perpanjangan) akan terjadi lonjakan harga.
Hard and
soft reinsurance market
Hard market merupakan suatu kondisi
dimana pencarian support reinsurance amat sulit dan kalaupun ada harganya
sangat tinggi, hal ini biasanya terjadi setelah terjadinya big loss atau CAT
event. Beberapa perusahaan reinsurance menaikkan harganya karena kapasitas di
market tidak banyak.
Kebalikan dari hard market, soft market
berarti kapasitas yang ada di market sangat banyak dan berlimpah, sehingga
mudah untuk mencari dukungan reinsurance, masing2 perusahaan reinsurance berlomba
untuk memberikan supportnya sehingga harga di market akan turun.
Managing
performance underwriting
Hasil reinsurance underwriting
digunakan untuk menentukan underwriting performance, terutama dalam hard
market.Dalam soft market, underwriting oerformance dapat diukur dari kualitas
pemilihan risiko dan penentuan harga yang cocok.
E. KEBUTUHAN
INFORMASI
Section ini akan membahas informasi
yang dibutuhkan serta kualitasnya dan impactnya terhadap biaya yang
dikeluarkan.
Merupakan suatu hal yang penting bari
reinsurer untuk menrima infrmasi yang berkualitas dari insurers sehingga dapat
melakukan review terhadap risiko yang ada. Dengan basis informasi ini,
reinsurance akan memutuskan untuk menerima risiko serta mengatur terms and
condition yang sesuai.
Tipe
informasi yang dibutuhkan
Secara umum tipe informasi yang
dibutuhkan merupakan detail polis yang di-cover oleh insurer, termasuk
eksposure dan historical claimnya.
Untuk lebih spesifik, tipe informasi
yang dibutuhkan sbb:
-
underwriting strategy dan risk appetite
: target area bisnis yang akan di garap, area bisnis yang dihindari, new bisnis
serta strategy yang akan dilakukan
-
portfolio analysis: detail underlying
portofolio yang diunderwrite insurer, termasuk number (frequency) dan size
(severity) of risk, income premium, sum insured.
-
geographical scope: insurer harus
menyediakan data dimana lokasi risiko terdapat, informasi ini untuk mengetahui
penyebaran risiko yang ada.
-
basis of acceptance: dasar pemikiran
yang digunakan oleh underwriter saat menerima risiko, ini penting diketahui
untuk mengetahui alur pemikiran underwriter.
-
claims experience: historical claim
untuk mengetahui result underwriting selama ini.
informasi
tersebut diminta detail per class of business
Cost
implication
Reinsurer membutuhkan informasi yang
spesifik untuk dapat melakukan review secara komprehensif, insurer dalam hal
ini harus dapat memenuhi seluruh data yang dibutuhkan.Tentunya penyediaan data
yang detail membutuhkan biaya.
Dalam kenyataannya , dibutuhkan
pandangan yang luas dalam menerima suatu risiko, dan tentunya hubungan baik
dengan reinsurance juga dibutuhkan.
PRINSIP DAN PRAKTEK PENENTUAN HARGA PREMI
Materi Pembahasan :
- ELEMEN
DASAR PREMIUM
- BURNING
COST DAN PROSPECTIVE RISK ANALYSIS
- INTERPRETASI
DATA KLAIM
- KLAIM
IBNR
- ANALISA
PESAING
- DATA
RISIKO LAINNYA
- HUBUNGAN
ANTARA UNDERWRITING DAN KLAIM
- PERANAN
AKTUARIS
A. ELEMEN
DASAR PREMIUM
Dalam melakukan setting harga premi,
ada 3 faktor yang harus diperhatikan oleh insurer
-
risk premium
-
expenses
-
profit and return on capital employed
(ROCE)
kita akan membahas ketiga faktor diatas
Risk
premium
Risk premium dapat diartikan sebagai
“merupakan biaya keseluruhan claim yang
telah diprediksi untuk risiko yang telah diterima, termasuk allowance untuk
ketidakpastian atas risiko yang dapat terjadi” dapat juga didefinisikan lebih
jauh sebagai sejumlah uang yang dibutuhkan hari ini, untuk membayar claim yang
akan terjadi.
Ketika melakukan analisa premi, tugas
underwriter adalah melakukan review terhadap risiko yang ditawarkan dan forecast
biaya claim ditahun mendatang. Dalam melakukan review ini, underwriter harus
mempertimbangkan:
-
subject matter
-
exposure
-
scope of cover
-
rating factors
-
historical claims experience
-
large and CAT claims
-
the future
Subject matter
Merupakan object, property atau
potential liability yang dicover dan tercatat dalam polis. Contoh subject
matter di marine insurance : actual vessel atau cargo
Dalam beberapa kasus dapat saja terjadi
polis mengcover beberapa/combinasi subject matters.
Type of Insurance |
Subject matter |
Property |
Building and contents |
Liability |
Householder’s
legal liability |
Money |
Cash and credit card |
Personal Injury |
Personal
accident |
Underwriter dapat menganalisa beberapa
element dari subject matter secara terpisah sesuai dengan kecukupan premi, hal
ini dianjurkan agar perhitungan premium dapat lebih akurat.
Exposure/size
Pertimbangan selanjutnya adalah size of
risk dan exposure to loss, ada berbagai macam cara pengukuran yang dapat
digunakan, antara lain:
Type of Insurance |
Measure of exposure |
Household |
Number of bedroom |
Employers liability |
Wage roll |
Commercial property |
Sum insured or EML |
Fleet insurance |
Number of
vehicle |
Scope of cover
Jika underwriter telah menentukan
subject matter dan eksposure risiko maka langkah selanjutnya adalah menganalisa
luas jaminannya.
Secara umum underwriter harus
menentukan tingkat jaminan, deductible, limit polis, perluasan dan juga batasan
yang dapat mempengaruhi perkiraan claim yang terjadi.
Tingkat jaminan
Dalam polis property ada banyak opsi
untuk membeli polis dengan / tanpa cover “accidental damage”.Perbedaan harga
antara kedua opsi ini sangat besar sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi
oleh insurer.
Deductible
Dalam hal Tertanggung memilih opsi
deductible yang cukup besar, maka tingkat risiko yang dihadapi oleh Insurer
semakin mengecil karena sebagian risiko akan beralih ke Tertanggung atau “self
Insured”. Insurer harus berhati-hati dalam melakukan assessment ini, dan
perubahan yang terjadi akan mempengaruhi risk premium.
Limit polis
Perbedaan dalam menentukan limit polis
dapat menghasilkan profil claim yang berbeda, bayangkan claim untuk polis
senilai USD 7,500,000 dan memiliki limit USD 1,000,000 dan polis senilai USD
10,000,000 ini merupakan area penting untuk diperhatikan dalam melakukan setting
harga premium.
Perluasan dan batasan
Dengan melakukan perluasan atau
pembatasan risiko, underwriter harus menganalisa implikasinya terhadap claim
profile dan harus menyesuaikan premi yang akan diterapkan.
Rating factors
Jika underwriter sudah memahami risiko
yang akan diterima, maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses rating.
Insurer menggunakan “rating factor” untuk menentukan risiko dan mempengaruhi
preminya.
Kembali ke diskusi pada bab.5 kita tahu
bahwa “factor ini” telah melalui analisa statistic dan pengembangan yang
cukup mendalam dimana risiko yang
spesifik berkolerasi dengan frekuensi dan severity claims. Temuan ini digunakan
sebagai dasar dalam penentuan rating.
Contoh rating factor sebagai berikut :
Property Insurance |
Liability Insurance |
Private car Insurance |
Postcode/situation |
Occupation |
Make and model of vehicle |
Type of construction |
Health and
safety procedures |
Age of driver |
Occupation of premises |
Proximity to third parties |
Occupation of driver |
Quality of intruder alarm |
Hazardous
processes, eq. machinery, welding eq, blow lamps |
Postcode of
garaging address |
Dalam menentukan pricing, underwriter
harus dapat menggali informasi sebanyak mungkin agar dapat menganalisa lebih
akurat, sumber informasi yang dapat digunakan adalah:
-
proposal form atau underwriting
presentation
-
risk survey
Claim experience
Setalah menganalisa subject matter,
exposure, luas jaminan dan rating factor, bagian penting lainnya adalah claim
experience, penggunaan claim experience secara akurat dan efektif merupakan hal
vital dalam pricing process
Large and catastrophe claims
Dalam bab.5 claim CAT yang besar dapat
menjadikan area yang sulit, dikarenakan CAT merupakan kejadian yang jarang
rerjadi sehingga informasi statistic
tidak akan berguna apabila memasukkan factor CAT didalam datanya.
The future
Factor yang mempengaruhi biaya claim
dimasa mendatang adalah:
-
perubahan hukum dan/atau undang-undang
-
perubahan cuaca
-
perubahan tingkat kejahatan
-
tingkat ekonomi Negara
-
kombinasi risiko diatas
underwriter harus peduli terhadap
kemungkinan adanya faktor2 diatas, untuk long-tail business, claim bias saja
terjadi beberapa tahun setelah premi diterima.
Expenses
Jika risk premium sudah ditentukan,
elemen selanjutnya dari harga yang perlu diperhatikan adalah biaya (expenses).
Insurer memiliki banyak biaya
operational dan biaya lainnya dalam menjalankan bisnis dan seluruh biaya ini
harus tercakup dalam premi. Biaya2 tersebut sbb:
Fixed expenses
Biaya tetap berupa operation cost
seperti sewa gedung, gaji, IT cost, head office cost etc. biaya ini harus
dimasukkan kedalam premium secara proportional.
Variable expenses
Biaya variabel tergantung dari risiko
individual yang akan di-accept. Contoh biaya survey, site visit dll. Biaya2 ini
akan dimasukkan kedalam komponen premium apabila account akan dilakukan survey.
Claim handling cost
Biaya penangan claim, seperti
administrasi, selama periode polis, biaya akan semakin besar untuk claim yang
kompleks.
Calculation of expenses
Meskipun underwriter membutuhkan
analisa mengenai biaya ini hanya untuk particular risk namun mereka juga tetap
membutuhkan panduan dari bagian finance agar data yang dimasukkan dapat akurat.
Reinsurance costs
Dalam bab.6 kita telah mempelajari
perbedaan antara facultative dan treaty cover, jika insurer treaty maka biaya
penggunaan treaty ini akan dipotong dari premi yang didapatkan dalam tiap
bisnisnya.
Levies and taxes
Setiap wilayah memiliki aturan pajak
yang berbeda, ada yang dibayar oleh insurer dan reinsurer.
Intermediary remuneration
Komisi yang dibayarkan kepada
intermediary dalam setiap bisnis yang melibatkan mereka harus diperhitungkan
dalam premium.Komisi yang dibayar bervariasi dari 7.5% sampai 25% of premium.
Profit and
return on capital employed (ROCE)
Strategi underwriting dilakukan untuk
menghasilkan:
a.
underwriting profit, dimana cliam +
expenses lebih kecil dari premium
b.
break even situation dimana claim +
expenses sesuai dengan premium
c.
underwriting loss dimana claim +
expenses lebih besar dari premium
banyak opsi yang diambil berdasarkan
poin (a) dan (b) karena lebih prudent dan menyebabkan insurer memiliki opsi
yang cukup luas. Dalam kondisi tertentu seperti kompetisi dan agresit market,
terkadang insurer mengambil opsi (c).
dalam bab.1 insurer tetap profit
meskipun mengambil opsi (c) hal ini karena investment returns dan claim reserve
yang lebih besar dibandingkan dengan loss yang terjadi.
Dalam beberapa situasi dana yang
dimiliki insurance akan digunakan untuk investment, dana akan disebar
kebeberapa instrument untuk mendapatkan keuntungan, dan tentunya tetap menjaga
aturan dari regulasi.
Calculation
of premium
Metoda perhitungan premium:
-
untuk high volume, strightfoward risk
(i.e household insurance, private car ins atau SME package risk), penentuan
premi menggunakan data statistic
-
untuk risiko lain, underwriter
menggunakan data statistic yang sudah dimodifikasi dengan memperhitungkan claim
experience.
-
Sedangkan untuk largest dan complex
risk menggunakan metoda burning cost (akan dibahas pada sub bab berikut)
Minimum
premium
Insurer menerapkan minimum premium yang
akan diterapkan terhadap class of business tertentu apabila perhitungan
preminya mencerminkan lowest economic level. Minimum premi ini akan
memperhitungkan allowance untuk CAT loss dan tentu saja expenses lainnya.
Adjustable
premium
Sering terjadi dalam commercial
business, size atau nature of risk untuk tahun mendatang baru dapat diestimasi
saat polis sudah berjalan, dalam kondisi seperti ini premium akan dihitung
menggunakan estimasi value dan akan di-adjust saat polis berakhir. Insured
memiliki kewajiban untuk mendeklarasi actual value kepada insurer. Contoh untuk
wage rolls pada employers liability policies atau stock values pada property
policy
Market
influences
Meskipun selalu ada technical “cost
based” premium yang berdasarkan 3 elemen pricing, insurer harus memahami bahwa
premi yang mereka tetapkan akan di-compare dengan competitor. Daya beli insured
biasanya tergantung dari tinggi/rendahnya premi yang ditawarkan.
B. BURNING
COST DAN PROSPECTIVE RISK ANALYSIS
Untuk risiko yang memiliki signifikan
number of claim biasanya dalam menghitung preminya digunakan pendekatan burning
cost.
Untuk medium sampai large risk,
underwriter menggunakan metoda untuk membandingkan dengan standar rate,
meskipun burning cost method merupakan salah satu metoda effektif yang dapat
digunakan dalam penghitungan premi.
Burning
cost
Merupakan experience based rating
method. Metoda ini menghitung dan mentransformasi loss yang ada menjadi rate
untuk mendapatkan risiko yang mencukupi. Untuk membuat perhitungan burning cost
yang valid seluruh data claim yang ada harus dianalisa dengan statistic.
Penghitungan yang paling cocok adalah
untuk account yang memiliki high frequency of claim, tetapi yang memiliki size
distribution yang sempit.Yang dimaksud disini adalah risiko yang disebabkan
oleh large number of claim tetapi value tiap claim tidak jauh berbeda dengan
nilai claim lainnya. Contoh pada employers liability risk, dimana wage roll
digunakan sebagai basis rating
Column A |
Column B |
Column C |
Column D |
Underwriting year |
Wage Roll |
Incurred claims |
Burning cost (column C/column B) x 100 |
2001 |
20,000,000 |
197,000 |
0.985% |
2002 |
20,700,000 |
140,000 |
0.676% |
2003 |
21,500,000 |
210,000 |
0.977% |
2004 |
22,400,000 |
175,000 |
0.781% |
2005 |
23,100,000 |
120,000 |
0.519% |
Total / Average |
107,700,000 |
842,000 |
0.782% |
Untuk menghitung burning cost, cara
yang mudah adalah membagi incurred claim dengan wage roll dan merubah hasilnya
menjadi percentage.
Rata2 burning cost yang dipakai selama
5 tahun (untuk contoh diatas) didapat 0.782% dengan kata lain, untuk
mendapatkan dana yang cukup untuk membayar claim maka premium untuk tahun
berikutnya menggunakan rate 0.782%
Prospective
risk analysis
Untuk dapat memetakan kemungkinan
kekurangan/kelemahan metoda burning cost, underwriter harus dapat menggunakan
semua data yang dimiliki untuk turut diperhitungkan dalam mentoda ini (ie.
Prospective risk)
Dalam melakukan hal ini mereka
cenderung untuk:
-
analisa data claim dan project the
ultimate net loss untuk setiap underwriting year
-
re evaluasi historical claim sampai
data update per hari ini
-
factor in the potential untuk large
loss
-
adjust pengalaman claims, in line
dengan cover dan risiko yang akan dihadapi
-
analisa trends in data dan memahami
effeknya ketika melakukan forecasting future losses
-
factor in “risk if the future
C. INTERPRETASI DATA CLAIM
dalam bab.5 kita telah mempelajari
teknik statistic yang digunakan untuk menganalisa risk premium untuk
underwriter dan karakteristik serta future of risk data yang digunakan untuk
forcast future losses. Estimasi yang valid membutuhkan skill dan kemampuan
underwriter dalam menentukan nilai premium.
Credibility
of data
Sebelum underwriter mulai untuk
menganalisa claim experience, mereka harus mempertimbangkan kredibilitas sata
yang dimilikinya.
Underwriter harus percaya terhadap
kualitas dan quantity dari data dan untuk memenuhi hal tersebut beberapa cara
dapat dilakukan antara lain:
-
data yang digunakan harus cukup banyak
dan merupakan homegenus risk
-
classification coding telah dilakukan
secara akurat dan konsisten
-
estimasi claim telah direview secara
berkala
-
terdapat data historical selama 3 atau
5 tahun terakhir
Segmenting
data
Ketika underwriter sudah meyakini data
yang dimiliki telah akurat dan reliable, mereka dapat menyusun urutan analisa.
Review yang dilakukan: risk classification coding, kemudian menyaring data agar
dapat menggunakan data homogeny sesuai yang diinginkan.
Data dapat di segmentasi dalam beberapa
cara, contohnya:
-
trade
-
area or postcode
-
type of vehicle
-
age of drive
-
cause of loss
Analyzing
data
Jika data sudah disegmentasikan kedalam
group yang diinginkan, kemudian akan dilakukan analisa yang lebih mendalam
untuk menentukan pricing risk.
Secara garis besar underwriter akan
melakukan review sbb:
-
frequency of loss: jumlah loss harus
dapat diukur dalam suatu periode waktu (biasanya per tahun) dan review untuk
mengetahui exposurenya. Untuk fleet risk, underwiter mengukur frequency of loss
dengan cara menghitung “accident frequency” (jumlah loss dibagi dengan jumlah
kendaraan)
-
severity of loss: underwriter akan
mereview value dari severity tiap loss yang terjadi. Ini merupakan bagian yang
sulit dilakukan karena tiap claim memiliki size yang berbeda untuk tiap class
of business, dan tergantung dengan risk characteristic
-
trends: selama data sudah dipersiapkan
untuk periode yang berbeda dan dapat diperbandingkan, maka underwriter dapat
menggunakannya untuk menganalisa trending terhadap data tersebut. Underwriter
akan melihat trending untuk area sbb:
o
frequency: increase or decrease?
o
Severity: average claim cost, increase
or decrease?
o
Cause of loss: apa ada trend tertentu
dalam claim?
-
Perbandingan dengan risiko lain: risiko
akan dibandingkan dengan performance (good to poor), system grading tiap risk
akan diterapkan terhadap range.
-
Loss ratio: merupakan indicator yang
digunakan untuk mengetahui performance dari account yang akan dianalisa, dengan
loss ratio dapat diketahui account ini profitable atau tidak. Loss ratio dapat
dihitung dengan membagi incurred claims (paid dan outsanding) dengan earned
premium.
Effect of
other factors on data
Saat mereview data, underwriter harus
berhati-hati terhadap effect dari factor lain yang dapat mempengaruhi hasil,
beberapa factor tersebut antara lain:
Inflation rates
Inflasi dapat mempengaruhi biaya
pembayaran claim, dan underwriter biasanya sudah melakukan setting biaya
menggunakan data inflasi per today
Exchange rates
Efek dari exchange rate perlu
diperhatikan saat pembayaran claim, terutama yang menyangkut claim menggunakan
mata uang asing
Change in cover or limit
Perubahan cover, policy limit, excess
or deductible akan mempengaruhi claim experience, untuk mengatasi ini
underwriter harus dapat menyusun kembali seluruh data seperti sebelum dilakukan
perubahan sehingga data dapat dicompare
Risk management
Keterlibatan risk management akan
mempengaruhi claim experience, contoh installasi sprinkler system dalam pabrik
atau pembatasan driver untuk usia tertentu dalam fleet policy dapat memperkecil
loss.
Reserving
Perubahan dalam “reserving philosophy”
dapat menghasilkan impact yang besar terutama dalam claim experience, perlu
dilakukan analisa yang mendalam untuk mengolah data ini.
Interpretation
tools
Triangulation
Claim triangulation digunakan untuk
menjabarkan claim experience yang telah di-compile dan menjelaskan incurred
loss (paid + outstanding) dalam satu periode waktu, data ini biasanya digunakan
untuk:
-
forecast claim experience berdasarkan
pengalaman di waktu sebelumnya
underwriter
akan menganalisa trends untuk claim reporting dan akan melakukan pengecekan
movement untuk tahun berikutnya sesuai dengan incurred loss pada “mature”
period.
-
compare data pada satu waktu untuk
mengetahui apakah claim experience mengalami improve, deteriorating atau
konstan.
dengan
melakukan perbandingan claim, underwriter dapat mengetahui apakah bisnis dapat
berjalan dengan baik. Seperti yang telah kita bahas pada section sebelumnya,
beberapa adjustment harus dilakukan terutama yang berhubungan dengan large
claim, inflation dll.
Statistical
and actuarial models
Metoda statistic sering digunakan untuk
analisa data dan memperkirakan loss dimasa mendatang. Underwriter juga sering
menggunakan jasa actuaries ketika melakukan projecting loss.
D. IBNR
CLAIM
Dalam data triangulation, belum semua
claim yang ada dilaporkan kepada insurer, kenyataannya, nilai claim baru stabil
sampai dengan 48 bulan setelah inception.
Pelaporan claim jarang dilakukan secara
instan, late notification sering muncul dengan alas an sbb:
-
accident tadinya diperkirakan under
deductible, akan tetapi setelah dianalisa lebih lanjut nilainya diatas
perkiraan dan harus mengajukan claim
-
kerugian lanjutan tidak tampak pada
saat terjadinya accident
-
prosedur melakukan report sangat
panjang dan complicated, sehingga terjadi delay sebelum sampai kepada insurer.
Ketika menganalisa claim experience,
underwriter akan menggunakan istilah IBNR (incurred but not reported) yang akan
mencakup nilai untuk claim yang terjadi, tetapi valuenya belum disampaikan
kepada insurer.
IBNER
Incurred but not enough reserved,
berhubungan dengan claim yang sudah dilaporkan kepada insurer dan meskipun
insurer sudah melakukan reserving untuk claim ini namun valuenya tidak
mencukupi untuk membayar claim.
Merupakan fungsi dari underwriter untuk
manganalisa kecukupan IBNR dan IBNER, karena akan berpengaruh pada portofolio,
apabila mereka memiliki data yang akurat maka triangulation merupakan alat
bantu yang berguna untuk mengetahui exposure sesungguhnya.
E. ANALISA
PESAING
Asuransi merupakan pasar yang
kompetitif, dan dalam beberapa kondisi
dapat memaksa persaingan harga sampai kepada level yang tidak diharapkan
(below), penting bagi underwriter untuk melakukan analisa terhadap competitor
atau potential competitor, sehingga dapat melakukan satu posisi yang
menguntungkan.
Ketika insurer beroperasi di market
yang banyak tersedia kapasitas, maka insurer akan berkompetisi dengan aggresif,
harga akan ditekan habis. Dalam kondisi seperti ini Insurer menghadapi kondisi
yang sulit, tergantung dari kebijakan perusahaan dan strategi underwriting,
beberapa langkah yang mungkin dapat dilakukan adalah sbb:
-
pull out the market, ketika harga sudah
jauh dibawah maka insurer dapat menghentikan bisnisnya dalam sector tersebut
-
reduce income, insurer dapat mengurangi
market sharenya
-
concentrate on retaining business at
profitable level, melakukan risk selection untuk lebih berkonsentrasi terhadap
sector yang dianggap masih profitable
-
lower price to compete
persaingan asuransi tidak selalu dalam
harga (price), insurer dapat juga bersaing dalam hal lainnya seperti:
-
their brand
-
security rating
-
quality of service
-
speed and generosity when handling
claims
-
value added services such as helplines
F. OTHER
RISK DATA
Ketika melakukan penilaian terhadap
suatu risiko, underwriter mencoba untuk mendapatkan seluruh informasi
sebanyak-banyaknya agar dapat melakukan review dari berbagai sisi. Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkannya antaralain:
Risk survey
Beberapa insurance mempekerjakan
specialist surveyors (risk engineer) untuk melakakukan assessment di site,
terutama untuk risiko yang complicated
Data
exchange
Pertukaran data antar insurer, untuk
mengetahui track record dari insured
Natural CAT
mapping
Akibat dari global warming, beberapa
wilayah mengalami perubahan cuaca secara ekstrem. Data CAT mapping diterbitkan
oleh badan yang berwenang menangani data ini.
Publicly
available data
Data lainnya dapat dicari melalui
internet, jurnal maupun media lain yang datanya dapat digunakan untuk membantu
underwriter dalam melakukan risk pricing.
G. HUBUNGAN
ANTARA UNDERWRITING DAN CLAIM
Hubungan antara fungsi underwriting dan
claim sudah dibahas pada bab.4 namin kita lihat lagi lebih mendalam perbedaan
antar kedua fungsi ini terutama pada setting of price.
Analisis of
data
Analisa historic claims merupakan hal
terpenting dalam pricing process.Fungsi bagian Claim adalah untuk memastikan
bahwa data yang diberikan kepada underwriter merupakan data yang kredibel dan
dapat dipertanggung-jawabkan.
Emerging
risk, unexpected claims and trends
Underwriter akan berusaha untuk
melakukan forecasting future claim, dalam hal ini claims hanlder akan membantu
underwriter menjelaskan proses claim.
H. PERANAN
AKTUARIS
Pada chapter sebelumnya kita banyak
menyinggung mengenai actuaries and actuarial models, sekarang akan kita bahas
mengenai peranan aktuaria dalam penentuan pricing risk.
Dalam risk pricing, aktuaria
menggunakan mathematical, analytical dan statistical modeling skill untuk
memprediksi ketidakpastian masa mendatang yang berkaitan dengan financial
events (ie. Jumlah dan waktu pembayaran claim). Ketika melakukan pengembangan
model, ada beberapa factor yang perlu diperhatikan, antara lain:
-
historic claims experience
-
risk environment
-
economic and financial conditions
-
how business operate
-
policy holder behavior
-
impact of legislation
banyak contoh yang dapat dijadikan
acuan dimana skill actuary dibutuhkan :
-
rating
seperti
yang kita tahu, premium untuk high volume, low premium risk (ie. Household
insurance or private car ins) mundul dari pricing structured yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Aktuaris memiliki peranan penting dalam pengembangan
pricing structure ini, dengan menggunakan kemampuannya menganalisa historical
claim, maka mereka dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara rating
factor dan claims experience.
-
individual risk analysis
aktuaria
akan menyediakan pricing support untuk commercial risk (terutama yang sangat
complex) dengan menggunakan pricing ini dapat dilakukan pendekatan terhadap
forecasting claim
-
claim reserving and IBNR
detail
claim prejection termasuk eksposure IBNR
merupakan hal yang pentingm ini
merupakan area kemampuan dari aktuaria, dengan menggunakan sophisticated models
dan digabung dengan skill aktuaria, maka dapat melakukan analisa potential
claim yang terjadi.
-
Return on capital employed (ROCE)
Jumlah
yang dibutuhkan untuk ROCE sangat bervariasi tergantung dari fluktuatid risiko
yang akan diterima (semakin berfluktuasi semakin tinggi profitnya). Aktuaria
akan membantu underwriter dengan melakukan analisa terhadap potential profit
yang ada.