1
Pendahuluan
Kredit macet adalah pinjaman yang mengalami
kesulitan dalam penyelesaian kewajiban dari calon debitur terhadap bank/lembaga
keuangan non bank dikarenakan faktor kesengajaan atau karena faktor eksternal
di luar kemampuan kendali debitur. Kredit macet juga dikenal dengan istilah
kredit bermasalah, kredit kurang lancar atau kredit diragukan.
Secara
umum, penyebab munculnya kredit macet dapat di kelompokkan menjadi 3 (tiga)
penyebab yaitu:
a. Faktor
Intern.
1)
Bank melakukan kebijakan pemberian kredit
yang terlalu ekspensif dan agresif untuk
mengejar target pemberiaan dan pertumbuhan kredit yang tinggi dan
relatif singkat hingga prosedur pemberiaan kredit yang sehat terabaikan.
2)
Bank tidak melakukan penyebaran risiko
dalam kebijakan pemberiaan kredit dan lai-lainya.
Faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet
·
Pemantauan yang tidak efektif
·
Penilaian kredit buruk
·
Proses peninjauan kredit yang tidak
efektif
·
Ketidakpatuhan dengan kebijakan kredit
·
Bahaya Moral
·
Siklus bisnis
·
Kurangnya keterampilan manajemen bisnis
pada klien
·
Pemantauan subyektif
·
Persetujuan pinjaman tertunda
b. Faktor
debitur.
1)
Itikad yang tidak baik dari debitur dan
adanya kesengajaan melakukan perbuatan melawan hukum terhadap bank dengan
bermacam modus operandi, antara lain dideteksi dari sikap perbuatan debitur
sebagai berikut:
2)
Kelemahan Manajemen,antara lain:
a) Struktur permodalan atau keuangan sangat
lemah dimana Rasio utang terhadap modal sangat tinggi.
b) Prospek keuangan kurang baik.
·
Mengalami kerugian yang besar.
·
Debitur tidak mampu memenuhi
seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan.
·
Pinjaman baru digunakan
untuk menutup kerugian operasional.
c) Kurang pengalaman dalam mengelola usaha
sesuai dengan kondisi dan situasi yang berkembang dan lain-lainya.
·
Kelangsungan usaha sangat
diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali.
·
Kehilangan pasar sejalan
dengan kondisi perekonomian yang menurun.
·
Terjadi kemogokan tenaga
kerja yang sangat sulit untuk diatasi.
c. Faktor
Ektern:
1)
Kondisi perekonomiaan / politik /
kebijakan pemerintah yang diluar jangkauan untuk di perkirakan.
2)
Adanya tekanan –tekanan dari berbagai
kekuatan politis di luar bank.
3)
terjadinya bencana alam dan sebagainya.
Tujuan
Survei Risiko / Penilaian Risiko
Kesehatan perusahaan debitur bertujuan untuk:
a.
Menjaga dan memperbaiki rasio
uncollectibility dan Non Performing Loan (NPL) yang digolongkan sehat sesuai
dengan business Plan Bank atau peraturan Bank Indonesia.
b.
Meningkatkan kesehatan Bank dan
meningkatkan pendapatan.
c.
Menjaga kesenambungan usaha Bank.
Survei Risiko / Penilaian Risiko
Kesehatan perusahaan
calon debitur adalah suatu proses Survei
Risiko / Penilaian Risiko Kesehatan perusahaan calon debitur dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan
rasio-rasio keuangan untuk menentukan kebutuhan kredit yang wajar, meliputi:
a.
Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan
penguraian dalam segala aspek,baik keuangan maupun non keuangan untuk
mengetahui kemungkinan dapat atau tidak di pertimbangkan suatu permohonan
kredit.
b.
Menyusun laporan Survei Risiko / Penilaian Risiko Kesehatan perusahaan calon debitur
yang diperlukan yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajiaan altrnatif-alternatif sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan kredit calon
debitur.
Tujuan
Survei Risiko / Penilaian Risiko
Kesehatan perusahaan calon debitur adalah untuk memperoleh keyakinan apakah
calon debitur mempunyayi kemauan memenuhi kewajibannya secara tertib kepada
bank,baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai kesepakatan dengan
bank.
Hal
yang perlu di perhatikan dalam Survei Risiko / Penilaian Risiko Kesehatan perusahaan
calon debitur,yaitu calon debitur harus memenuhi prinsip 5 C yaitu sebagai berikut:
a. Character
adalah keadaan watak/sifat calon debitur baik dalam kehidupan pribadi
maupun dalam lingkungan usaha.kegunaan karakter ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana itikad / kemampuan calon debitur umtuk memenuhi kewajibannya sesuai
dengan perjanjian yang telah di tetapkan.sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter
dari calon calon debitur tersebut,dapat di lihat melalui upaya antara lain:
1)
Melihat riwayat hidup calon calon debitur.
2)
Meneliti reputasi calon calon debitur
tersebut dilingkungan usahanya.
3)
Meminta informasi dari bank lain.
4)
Mencari informasi kepada assosiasi usaha
dimana calon calon debitur berada.
5)
Mencari informasi apakah calon calon
debitur suka berjudi atau berfoya-foya
b. Capital
adalah jumlah dana/modal sendiri
yang dimiliki oleh calon calon
debitur.Semakin besar modal sendiri dalam perusahaaan,semakin tingggi
kesungguhan calon calon debitur dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa
lebih yakin dalam memberikan kredit.
Untuk melihat
penggunaan modal apakah efektif dapat dilihat dari laporan keuangan(neraca dan
laporan laba/rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuidilitas,
solvabilitas,rentabilitas dan ukuran lainnya. Kapital juga harus di lihat dari
sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
c. Capacity
adalah kemampuan yang dimiliki calon calon debitur dalam menjalankan
usahanya guna untuk memperoleh laba yang diharapkannya.dari penilaiaan ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana
calon calon debitur mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu
dari usaha yang di perolehnya. Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan
melalui berbagai pendekatan berikut ini:
1)
Pendekatan historis, yaitu menilai past
formance apakah menunjukan perkembangan dari waktu kewaktu.
2)
Menilai pendekatan financial, yaitu
menilai latar belakang pendidikan para pengurus.
3)
Pendekatan yuridis, yaitu secara yudiris
apakah calon calon debitur mempnyanyi kapasitas untuk mewakili badan usaha yang
diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dari bank dan kemampuaannya
dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.
4)
Pendekatan manajerial, yaitu menilai
sejauh mana kemampuan dan keterampilan calon debitur melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen dalam memimpin perusahaan.
5)
Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai
sejauh mana kemampuan calon calon debitur mengelola faktor-faktor produksi, seperti
tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-oeralatan mesin admnistrasi, dan
keuangan.
d. Collateral
adalah barang-barang yang di serahkan calon debitur sebagai agunan terhadap
kredit yang di terimanya. Penilaian terhadap collateral ini dapat di tinjau
dari dua segi sebagai berikut:
1)
Segi ekonomi, yaitu nilai ekonomi dari
barang-barang yang akan di agunkan. jaminan yang di berikan calon calon debitur
baik yang berupa fisik maupun non fisik hendaknya melebihi jumlah fisik kredit
yang di berikan.
2)
Segi yudiris, yaitu apakah jaminan
tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai jaminan. Jaminan
ini juga harus diteliti keabsahanya sehingga jika terjadi sesuatu masalah,maka
jaminan yang di titipkan akan dapat di pergunakan
e. Condition
adalah situasi dan kondisi politik,
sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomiaan pada saat
sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masingmasing yang
kemungkinanya mempengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur. Prospek usaha
yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga
kemungkinan kredit tersebut bermasalah atau macet relative kecil.
Survei
Risiko / Penilaian Risiko kesehatan perusahaan calon debitur berdasarkan asas 7P dapat dilihat
sebagai berikut:
a.
Personality Atau Kepribadian yaitu
menilai calon debitur dari segi kepribadianya atau tingkah lakunya
sehari-hari.personality juga mencangkup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan
calon debitur dalam menghadapi suatu masalah.
b.
Party Atau Golongan yaitu
mengklasifikasikan calon debitur kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta krakternya. Sehingga
calon debitur dapat di golongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan
fasilitas yang berbeda dari bank.
c.
Purpose Atau Tujuan yaitu
untuk mengetahui tujuan calon debitur dalam mengambil kredit,termasuk jenis
kredit yang di inginkan calon debitur. Tujuan kredit dapat bermacam-macam
sebagai contoh apakah untuk modal kerja,investasi,komsumtif dan lainnya.
d. Prospect Atau Potensi yaitu
untuk menilai usaha calon debitur di masa yang akan datang menguntungkan atau
tidak,atau dengan kata lain mempunyanyi prospek atau tidak. Maksudnya adalah potensi bisnis,
pekerjaan, atau usaha yang dilakukan calon debitur menjadi faktor analisa
penunjang kredit yang diajukan calon debitur. Prinsip ini umumnya dipakai
ketika calon debitur ingin mencari pinjaman untuk pengembangan bisnisnya.
e. Payment Atau Pembayaran yaitu
merupakan ukuran bagaimana cara calon debitur mengembalikan kredit yang telah
di terima,atau dari mana saja sumber dana pengambialan kredit.semakin banyak
sumber dana debitur maka semakin baik sehingga jika salah satu usahnya merugi
akan dapat di utupi dari sektor lainnya.
Analisa ini bertujuan untuk melihat
dan memastikan cara pemohon membayar cicilan sampai lunas akan dipastikan.
Pemohon yang tidak memiliki cicilan di tempat lain lebih mudah diterima
daripada yang masih harus bayar cicilan lain, misalnya kendaraan, Lunasi dulu
cicilan tempat lama baru ajukan kredit baru
f.
Profitability yaitu
untuk menganalisis bagaimana kemampuaan calon debitur dalam mencari laba. Profitability
diukur dari priode ke priode apakah akan tetap sama atau akan semakin
meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang di perolehnya.
g. Protection
yaitu tujuan adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapat
perlindungan.perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang jaminan
asuransi.
Dan
Survei Risiko / Penilaian Risiko kesehatan perusahaan calon debitur yang
berdasarkan atas asas 3R terdiri dari:
a.
Returns yaitu penilaian terhadap hasil yang akan di capai
perusahaan calon debitur setelah memeroleh krredit.
b.
Repayment yaitu menghitungkan kemampuan,jadwal dan
jangka panjang wakatu pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaan
tetap berjalan.
c.
Risk
Bearing Ability yaitu menghitungkan besarnya kemampuan perusahaan
calon debitur untuk menghadapi resik. jika risiko perusahaan besar,maka kredit
tidak aan di berikan, tetapi jika risiko perusahaan kecil maka kredit dapat di
berikan.
Untuk
melihat kualitas aktiva produktif bank dan seberapa jauh kredit macet yang
terdapat pada bank tersebut dapat dinilai berdasarkan kolektabilitas kreditnya.
Klektabilitas kredit adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan
bunga kredit oleh calon debitur serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali
dana yang di tanamkan dalam surat-surat berharga. Dengan melihat kolektabilitas
kredit kita dapat menilai kualitas kredit yang diberikan: Kolektabilitas kredit
dapat di bedakan atas lima jenis yaitu:
a.
Lancar, yaitu tampa tunggakan.
b.
Dalam perhatian khusus, yaitu kredit
mempunyanyi tunggakan pokok atau bunga 1 s/d 90 hari
c.
Kurang lancar, yaitu kredit yang
mempunyanyi tunggakan pokok atau bunga 91s/d 180 hari
d.
Diragukan,yaitu kredit yang mempunyanyi
tunggakan pokok atau bunga 181 s/d 270 hari
e.
Macet, yaitu kredit yang mempunyanyi
tunggakan pokok atau bunga leboh dari 270 hari
Dalam
melakukan pengawasan kredit sering timbul permasalahan yang dapat merugikan
kepentingan kedua belah pihak, antara lain.
a.
Laporan berkala mengenai aktifitas usaha
dan keuangan tidak di sampakan oleh calon debitur atau debiur tepat pada
waktunya.
b.
Laporan usaha calon debitur penerima
kredit jauh atau sulit dijangkau oleh petugas bank.
c.
Jumlah personil bank yang bertugas untuk
melakukan pengawasan dan penaganan kredit terbatas.
d.
Calon debitur debitur sering tidak
melakukan kewajibnnya untuk menyampaikan laporan-laporansecara teratu kepada
bank.
e.
Calon debitur debitur tidak jujur dan
tidak terbuka untuk mengungkapkan atas masalah keuangan
f.
Kurang aktifnya petugas bank untuk
melakukan pemantauan atas penggunaan kredit dan kondisi perusahaan.
2. Persiapan
Survey Risiko / Penilaian RisikoKesehatan Perusahaan
2.1 Menilai Kesehatan Perusahaan
Ketika
Survey Risiko Kesehatan Perusahaan, itu
penting untuk menilai setiap bisnis secara individual. Hal ini dapat dicapai
melalui sejumlah taktik, seperti wawancara dengan personel kunci, tinjauan
kebijakan dan prosedur dan tinjauan histori keuangan dan data kunci lainnya.
Tujuannya
adalah untuk membiasakan diri dengan operasi bisnis dan pendorong utama dalam
bisnis.
Beberapa
pertanyaan yang harus dipertimbangkan termasuk:
• Apa tujuan (misi) bisnis secara
keseluruhan?
• Apakah ada masalah kualitatif dalam
bisnis yang dianggap penting untuk operasi bisnis?
• Pernahkah ada sejarah masalah keuangan,
atau bidang masalah utama lainnya, dalam bisnis?
• Apa pengalaman staf?
• Bagaimana budaya bisnis?
·
Apakah peminjam memiliki strategi
pembayaran?
·
Layanan lain apa yang dibutuhkan oleh
peminjam?
·
Mengapa perusahaan perlu meminjam?
2.2 Mengumpulkan
informasi
Setelah
semua informasi yang relevan mengenai operasi bisnis dan pendorong utama
diperoleh (termasuk informasi tambahan apa pun yang Anda yakini relevan dengan
bisnis yang bersangkutan yang belum disebutkan sebelumnya), tinjauan informasi
utama harus dilakukan. Ulasan ini dapat mencakup analisis tentang:
• Tiga tahun terakhir dari laporan keuangan
• Kebijakan yang terdokumentasi tentang
bidang-bidang operasional utama, seperti kenaikan harga dan harga, pembelian,
manajemen stok, kontrol internal, penempatan staf dan daftar nama, dan banyak
lagi
• Bagan organisasi dan deskripsi pekerjaan
• Dokumen kepatuhan, seperti perjanjian
pinjaman bank, perjanjian sewa dan kebijakan akreditasi
2.3 Informasi
industri
Informasi
lain yang bermanfaat adalah informasi apa pun yang dapat diperoleh pada
industri di mana bisnis beroperasi. Informasi ini dapat bersifat spesifik
keuangan dan informasi industri. Ketika menggunakan informasi spesifik industri
dan membandingkannya dengan hasil bisnis aktual, perbandingan akan memberikan
informasi tentang kinerja bisnis yang dapat diukur terhadap bisnis lain dalam
industri yang sama. Tentu saja, analisis komparatif ini harus dilakukan dengan
hati-hati, karena mungkin ada banyak variabel antara bisnis dalam industri yang
sama.
Informasi
spesifik industri dihasilkan oleh sejumlah perusahaan dan sumber lain seperti
Biro Statistik, dan situs web pemerintah berkaitan bisnisl. Jika bisnis adalah
anggota dari asosiasi industri, asosiasi tersebut juga dapat memiliki informasi
industri yang dapat digunakan dalam survey risiko.
2.4 Pertimbangan
lainnya
Ada
dua masalah lain yang perlu dipertimbangkan
ketika
melakukan Survei Risiko / Penilaian
Risiko Kesehatan Perusahaan. Pertama, informasi dari laporan keuangan
bersifat historis. Ketika menganalisis informasi historis, analisis harus
dilakukan dekat dengan tanggal persiapan untuk meningkatkan utilitas informasi.
Kedua, ketika menggunakan informasi keuangan harus diingat bahwa ada berbagai
metode akuntansi yang dapat diterapkan untuk mencatat informasi keuangan. Ini
dengan sendirinya tidak selalu menjadi masalah, namun, ketika melakukan
perbandingan, analis harus memastikan bahwa data telah disiapkan atas dasar
yang sama agar perbandingan untuk memberikan informasi yang bermakna.
Lampiran memberikan daftar periksa untuk membantu
mengumpulkan informasi yang relevan untuk membantu dalam suevi Risiko Kesehatan
Perusahaan.
2.5 Survei Risiko / Penilaian Risiko Analisa kesehatan Perusahaan
a.
Tinjauan Bisnis dan Strategi: Apakah
perusahaan memiliki arah yang jelas dan bagaimana menuju ke sana? Apakah bisa
dilakukan?
b.
Analisis Manajemen: Kompetensi,
integritas, kedalaman
c.
Financial Statement Analysis: Balance Sheet Analysis / Cash Flow Analysis - Efficiency / costs - Profitability - Stability of earnings - Leverage Assess the financial and competitive strength Assumptions for
projections
d.
Analisis Industri: Posisi dalam industri,
Pangsa pasar, harga, Tren inovasi
2.6 Survei Risiko / Penilaian Risiko Faktor
Penetapan Kualitas debitor
Beberapa faktor faktor yang
diperhatikan dalam penetapan kualitas debitor , yaitu:
1.
Prospek usaha.
Penilaian terhadap prospek
usaha dilakukan berdasarkan penilaian terhadap komponen komponen sebagai
berikut:
a.
Potensi
pertumbuhan usaha
b.
Kondisi
pasar dan posisi debitor dalam persaingan
c.
Kualitas
manajemen dan permasalahan tenaga kerja
d.
Dukungan
dari grup atau afiliasi
e.
Upaya
yang dilakukan debitor dalam rangka memelihara lingkungan hidup
2.
Kinerja (perfomance) debitor.
Penilaian terhadap kinerja
debitor dilakukan berdasarkan penilaian terhadap komponen komponen sebagai
berikut:
a.
Perolehan
laba
b.
Struktur
permodalan
c.
Arus
kas
d.
Sensitivitas
terhadap risiko pasar
3.
Kemampuan membayar.
Penilaian terhadap
kemampuan membayar dilakukan berdasarkan penilaian terhadap komponen – komponen
sebagai berikut:
a.
Ketepatan
membayar pokok dan bunga
b.
Ketersediaan
dan keakuratan informasi keuangan debitor.
c.
Kelengkapan
dokumentasi kredit
d.
Kepatuhan
terhadap perjanjian kredit
e.
Kesesuaian
penggunaan dana
f.
Kewajiban
sumber pembayaran kewajiban
2.7 Analisa Kelayakan Calon Debitor
Penilaian kelayakan ini dituangkan dan
dianalisa dalam nota analisa. Ada beberapa faktor dan aspek yang digunakan
dalam penilaian calon debitor, Yaitu adalah sebagai berikut:
1.
Analisa
Kualitatif
Menggunakan
analisis kualitatif dalam menilai kelayakan calon debitor yang mengajukan
kredit modal kerja. beberapa aspek yang ditimbulkan sebagai berikut:
a Aspek Legal
Aspek ini mencakup
kelegalan usaha dari pemohon kredit. Untuk UMKM ada beberapa penilaian yang
dilakukan bank yaitu dilihat adanya dokumen SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak),
dan SITU (Surat Izin Tempat Usaha). Persyaratan dokumen dokumen tersebut
disesuaikan dengan jenis usaha calon debitor
b.
Aspek
Manajemen, Teknis, Pemasaran dan Sosial
1)
Aspek
manajemen yang dinilai adalah susunan pemegang saham usaha jika ada, pengalaman
usaha lebih atau kurang dari 2 tahun, kemampuan manajemen usahanya, sifat
manajemen terbuka atau tertutup, reputasi usaha baik atau kurang baik, kemudian
dari pemenuhan kewajibannya baik finansial maupun non-finansial apakah tepat
waktu atau tidak, kerjasama dengan bank kooperatif atau kurang kooperatif.
Seluruh aspek diatas dinilai.
2)
Aspek
teknis yang dinilai adalah tempat usaha apakah milik sendiri atau sewa, lokasi
usaha strategi atau kurang strategis, kondisi usaha apakah layak atau tidak
layak. Dinilai sarana dan prasarana usaha memadai atau kurang memadai, jumlah
tenaga kerja ada berapa orang apakah mencukupi atau tidak mencukupi, apakah
usaha tersebut berketergantungan pada beberapa supplier tertentu atau tidak.
3)
Aspek
pemasaran yang dinilai adalah jenis produk, daerah pemasaran, buyer utama
apakah buyer merupakan pelanggan lama, ketergantungan, persaingan, bagaimana
langkah untuk mengatasi persaingan yang ketat, strategi harga, term conditions,
perputaran barang, trend penjualan, rencana penjualan.
4)
Aspek
lingkungan juga dinilai, jika industri relevan dengan dampak lingkungan sekitar
maka harus ada penilaian lebih lanjut, apakah pencemaran lingkungan ada atau
tidak dari industri / usaha calon debitor.
2.
Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan calon
debitor dari aspek keuangan dan jaminan-nya
a.
Rasio Keuangan
Persyaratan
untuk mengajukan permohonan kredit modal kerja harus melampirkan laporan
keuangan usaha antara lain adalah Current Ratio, EBITDA, Net Profit Margin,
DER, Aktivitas Days Receivable per hari, Days Inventory per hari, Trade Cycle
per hari, dan Net TC per hari, semuanya dinilai dan dianalisa oleh bank
kemudian dijelaskan sebab utama yang paling mendasar dari kenaikan atau
penurunan masing masing rasio keuangan (likuiditas, solvabilitas, rentabilitas,
dan aktivitas) dan dijelaskan juga kondisi keuangan secara menyeluruh.
b.
Aspek Agunan
Jenis agunan fixed asset bisa berupa tanah /
bangunan atau jaminan fixed asset lainnya. Sedangkan untuk non fixed asset
berupa stock dagangan dan piutang.
3. Survei
Risiko / Penilaian Risiko Kesehatan Perusahaan
Titik
awal untuk Survei Risiko / Penilaian
Risiko Kesehatan Perusahaan adalah meninjau kinerja bisnis masa lalu dengan
membandingkan hasil keuangan historis dengan laporan keuangan terkini dari
bisnis tersebut. Analisis komparatif ini akan memberikan informasi tentang
tren, yang sangat membantu untuk merencanakan kemajuan bisnis di masa depan.
Kunci kesuksesan bisnis apa pun akan berpusat pada lima bidang utama yang bisa
berdampak operasi bisnis dan hasil keuangan.
Ini
adalah:
a.
Profitabilitas
Sangat mudah untuk
mengikis profitabilitas jika tidak diukur dan dipantau secara teratur. Oleh
karena itu, penting untuk memahami bagaimana menggunakan alat yang tersedia
untuk terus mengevaluasi profitabilitas bisnis dan memahami arti informasi ini.
b.
Arus kas,
likuiditas dan solvabilitas
Sebagian besar
bisnis yang gagal melakukannya karena kurangnya dana yang tersedia untuk
mengelola operasi yang sedang berlangsung. Inilah sebabnya mengapa pemantauan
rutin arus kas, likuiditas dan solvabilitas merupakan bagian penting dari model
evaluasi bisnis.
Pemantauan area
ini akan mencakup analisis rasio keuangan, perkiraan arus kas, dan evaluasi
sumber pendanaan
c.
Efisiensi
Pemilik
bisnis akan ingin mencapai hasil terbaik dari investasi mereka dalam bisnis.
Pemantauan berkala atas efisiensi bisnis akan memastikan bahwa bisnis tidak
hanya beroperasi secara efektif, tetapi semua aset digunakan untuk menghasilkan
tingkat pengembalian terbaik untuk investasi.
d.
Perencanaan
bisnis, baik finansial maupun operasional
Bisnis
paling sukses akan memiliki rencana strategis di tempat yang sejajar dengan
tujuan bisnis (atau misi). Rencana ini akan didukung oleh anggaran dan
perkiraan yang mencerminkan posisi keuangan bisnis. Semua evaluasi bisnis harus
mencakup tinjauan keselarasan rencana strategis dengan anggaran dan perkiraan.
Selain itu, semua perencanaan bisnis praktik yang baik akan mencakup
pengembangan kebijakan untuk pendorong utama bisnis.
e. Masalah
eksterna dan tren.
Setiap bisnis akan
dipengaruhi oleh masalah dan tren yang berada di luar bisnis. Ketika survey
risiko bisnis, penting untuk mengidentifikasi isu-isu eksternal utama yang baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hasil bisnis dan melakukan penilaian
terhadap masing-masing masalah ini.
Tentu
saja masing-masing bidang ini dalam bisnis akan, saling terkait. Namun, ketika survey risiko bisnis, lebih baik untuk memisahkan
masing-masing bidang sehingga hasil analisis dapat diklarifikasi sebelum
melihat hubungan sebab akibat dalam hasil.
3.1
Survei Risiko / Penilaian Risiko
Profitabilitas
Keberhasilan
utama dari bisnis apa pun akan tergantung pada profitabilitas. Salah satu
masalah terpenting untuk bisnis apa pun adalah mempertahankan profitabilitas.
Bisnis yang menguntungkan akan memastikan bahwa operasi bisnis sejalan dengan
tujuan strategis keseluruhan, apakah itu untuk menumbuhkan bisnis, menjual di
kemudian hari, atau tujuan lainnya. Mengevaluasi profitabilitas dapat dilakukan
dengan menggunakan rasio profitabilitas, rasio pengembalian dan menggunakan
mark-up dan perhitungan impas. Beberapa contoh ditunjukkan di bawah ini:
Marjin laba kotor |
Gross
profit x 100 Penjualan
bersih |
Deskripsi |
Margin
laba kotor adalah persentase dari dolar penjualan yang tersisa untuk membayar
pengeluaran umum setelah dikurangi dengan harga pokok penjualan. Harga pokok
penjualan dapat mencakup biaya langsung seperti biaya bahan / barang
dagangan, pengangkutan ke dalam ini, biaya pemrosesan dan biaya produksi. |
Penggunaan |
Analisis
marjin ini akan membantu dalam menilai efisiensi bisnis, termasuk efisiensi
harga, prosedur pembelian saham, dan penanganan. Proses yang dirancang dan
dijalankan dengan baik menjaga biaya tetap rendah dan meningkatkan margin
kotor |
Mark-up |
Gross
profit x 100 Harga
pokok penjualan |
Deskripsi |
Mark-up
adalah perbedaan persentase antara biaya aktual dan harga jual |
Penggunaan |
Ini
umumnya hanya angka yang bermakna ketika merujuk pada penjualan produk
daripada layanan. Mungkin bermanfaat untuk menggunakan perhitungan mark-up
untuk memastikan Anda menetapkan harga jual pada tingkat yang mencakup semua
biaya yang dikeluarkan dengan penjualan |
Penghasilan sebelum bunga dan margin pajak |
Laba
bersih sebelum bunga dan pajak x 100 Penjualan
bersih |
Deskripsi |
Marjin
pajak ini adalah persentase dari rupiah penjualan yang tersisa setelah
dikurangi harga pokok penjualan dan semua pengeluaran, kecuali pajak
penghasilan. |
Penggunaan |
Ukuran
ini memungkinkan bisnis untuk membandingkan hasil laba secara akurat dengan
bisnis lain di industri yang sama atau serupa. Bunga dan pajak dikecualikan
karena pajak dan bunga dapat bervariasi untuk setiap bisnis. Analisis akan
memberikan informasi tentang pengembalian penjualan bisnis. Rasio ini sering
dikutip oleh analis yang mengkaji kinerja suatu bisnis dibandingkan dengan
bisnis lain di industri ini. |
Margin laba bersih |
Keuntungan
bersih x 100 Total
Pendapatan |
Deskripsi |
Margin
laba bersih dihitung setelah pajak dan bunga dan termasuk pendapatan non-perdagangan
lainnya. |
Penggunaan |
Ukuran
ini harus digunakan untuk membandingkan hasil keseluruhan bisnis terhadap
periode waktu lainnya. Dalam memutuskan periode mana yang harus digunakan
dalam perbandingan, jenis bisnis harus dipertimbangkan. Misalnya, ketika
menganalisis bisnis musiman, seperti toko peralatan ski salju, akan lebih
berguna untuk membandingkan musim dingin tahun berjalan dengan musim dingin
tahun sebelumnya daripada membandingkan bulan sebelumnya dengan bulan
berjalan |
Analisis impas |
Biaya
tetap
1
- (harga pokok penjualan) / (penjualan bersih) |
Deskripsi |
Perhitungan
titik impas menunjukkan berapa banyak penjualan yang harus dilakukan dalam
rupiah sebelum semua biaya ditanggung dan laba aktual dimulai. |
Penggunaan |
Ukuran
ini memberikan informasi tentang korelasi antara penjualan, volume dan harga.
Ini sangat berguna untuk menetapkan target penjualan untuk bisnis atau untuk
karyawan penjualan. Setelah angka impas diketahui, maka bisnis dapat memantau
penjualan untuk memastikan bahwa semua pengeluaran untuk periode tersebut
akan ditanggung. |
3.2 Survei
Risiko / Penilaian Risiko Arus kas, likuiditas dan solvabilitas
Arus
kas, likuiditas dan solvabilitas harus dipantau secara teratur untuk memastikan
kelangsungan hidup yang berkelanjutan, baik jangka pendek dan jangka panjang,
dari bisnis apa pun. Likuiditas adalah ukuran kemampuan bisnis untuk memenuhi
kewajiban utang jangka pendek sementara solvabilitas mengukur kemampuan bisnis
untuk memenuhi komitmen jangka panjang. Cashflow adalah tindakan operasional
yang memastikan bahwa bisnis memiliki uang tunai yang cukup untuk menutup semua
pengeluaran selama periode yang akan dipantau. Beberapa contoh ditunjukkan di
bawah ini:
Perkiraan arus kas |
Perkiraan
arus kas diperoleh dengan menghitung saldo bank awal ditambah semua
penerimaan untuk periode tersebut dikurangi semua pembayaran untuk periode
tersebut. Periode dapat sesingkat mingguan, namun lebih umum periode
perkiraan arus kas adalah per bulan. Untuk bisnis yang mengalami kesulitan
arus kas, direkomendasikan bahwa perkiraan dilakukan lebih teratur daripada
yang biasanya untuk bisnis. |
Deskripsi |
Perkiraan
arus kas adalah alat yang sangat penting untuk bisnis karena memberikan
informasi tentang sumber daya tunai masa depan dan bagaimana mereka akan
diterapkan pada operasi bisnis. Perkiraan arus kas merupakan bagian integral
dari perencanaan bisnis dan menunjukkan adanya kebutuhan pendanaan tambahan
dari bisnis di muka (sehingga bisnis dapat mengatasi kesenjangan potensial
semacam itu). |
Penggunaan |
Prakiraan
akan memprediksi kemampuan bisnis Anda untuk menciptakan uang tunai yang
diperlukan untuk ekspansi atau untuk mendukung operasi bisnis. Ini juga akan
menunjukkan setiap kesenjangan arus kas yang mungkin dialami bisnis - periode
ketika arus kas keluar melebihi arus kas masuk |
Modal kerja untuk total penjualan |
Total
aset lancar - Total kewajiban lancar
Total
penjualan |
Deskripsi |
Modal
kerja untuk total penjualan memberikan indikasi berapa banyak modal kerja per
rupiah penjualan yang harus dimiliki oleh bisnis. |
Penggunaan |
Analisis
rasio ini harus mempertimbangkan jenis perdagangan yang dilakukan bisnis
untuk memberikan interpretasi yang berarti. Misalnya, bisnis yang menjual
banyak barang murah dan siklus melalui stok dengan cepat (seperti kafe)
mungkin hanya memerlukan 10% -15% dari modal kerja per rupiah penjualan.
Produsen mesin berat dan barang berharga tinggi dengan perputaran stok yang
lebih lambat mungkin membutuhkan modal kerja 20% -25% per dolar penjualan. |
Rasio saat ini |
Total
aset saat ini
Total
kewajiban saat ini |
Deskripsi |
Salah
satu ukuran kekuatan keuangan yang paling umum, rasio lancar mengukur apakah
bisnis memiliki cukup aset lancar untuk memenuhi utang yang jatuh tempo
dengan margin keselamatan |
Penggunaan |
Rasio
lancar yang dapat diterima secara umum adalah 2: 1; Namun, ini akan
tergantung pada sifat industri dan bentuk aset dan liabilitas saat ini.
Misalnya, bisnis mungkin memiliki aset lancar yang sebagian besar terdiri
dari uang tunai dan karenanya akan bertahan dengan rasio yang relatif lebih
rendah. |
Rasio cepat (acid) |
Total
aset lancar dikurangi stok yang ada
total
kewajiban lancar dikurangi overdraft bank |
Deskripsi |
Rasio
cepat (acid) adalah salah satu ukuran likuiditas terbaik. Dengan
mengecualikan persediaan, yang bisa memakan waktu untuk berubah menjadi uang
tunai kecuali jika harga didiskon, perhitungan ini berkonsentrasi pada aset
riil dan likuid. |
Penggunaan |
Ini
membantu menjawab pertanyaan: Jika bisnis tidak menerima pendapatan untuk
suatu periode, dapatkah ia memenuhi kewajibannya saat ini dengan dana “cepat”
yang siap dipertukarkan? |
Leverage (gearing) rasio |
total
kewajiban x 100
Total
ekuitas |
Deskripsi |
Rasio
leverage (gearing) menunjukkan sejauh mana bisnis bergantung pada pembiayaan
utang versus ekuitas untuk mendanai aset bisnis. Rasio ini banyak digunakan
oleh pemberi pinjaman dalam perjanjian perbankan, oleh karena itu alasan lain
untuk memantau rasio ini adalah untuk memastikan bisnis tidak melanggar
perjanjian bank. |
Penggunaan |
Secara
umum, semakin tinggi rasionya, semakin sulit untuk mendapatkan pinjaman lebih
lanjut |
Rasio hutang terhadap aset |
Total
kewajiban X 100
Total
Aset |
Deskripsi |
Rasio
utang terhadap aset mengukur persentase aset yang dibiayai oleh kewajiban. |
Penggunaan |
Secara
umum, rasio ini harus kurang dari 1, menunjukkan kecukupan total aset untuk
membiayai semua hutang |
Evaluasi sumber pendanaan |
Anda
dapat mengevaluasi sumber pendanaan dengan meninjau semua dokumentasi
pinjaman dan fasilitas keuangan (seperti cerukan), termasuk sewa, pembelian
sewa dan keuangan debitur, dan memastikan bahwa setiap fasilitas keuangan
tersedia saat dibutuhkan. Bidang peninjauan harus mencakup persyaratan dan
ketentuan pinjaman serta persyaratan keuangan dan pelaporan persyaratan
kepatuhan |
Deskripsi |
Sangat
penting untuk mengevaluasi sumber pendanaan dalam evaluasi solvabilitas untuk
memastikan bahwa bisnis memiliki akses yang memadai ke sumber pendanaan saat
diperlukan. |
Penggunaan |
Evaluasi
sumber pendanaan dapat digunakan bersama dengan rasio keuangan untuk arus
kas, likuiditas dan solvabilitas dan akan sangat berguna ketika meninjau
prakiraan arus kas dan mengidentifikasi kesenjangan arus kas |
3.3 Survey
Risiko / Penilaian Risiko Efisiensi
Untuk
memastikan bahwa bisnis secara efektif menggunakan dan mengendalikan aset dan
liabilitas dalam bisnis, ada sejumlah langkah yang dapat ditinjau. Beberapa
contoh ditunjukkan di bawah ini
Perputaran
stok |
Harga
pokok penjualan Stok
rata-rata dimiliki untuk periode tersebut |
Deskripsi |
Tingkat
perputaran stok menunjukkan berapa kali stok dalam bisnis telah berubah. |
Penggunaan |
Semakin
rendah nilai tukar, semakin lama saham mengambil untuk membalikkan. Ini dapat
memberikan indikasi masalah dengan manajemen stok, seperti umur atau
kelebihan kepemilikan saham. Dana yang diinvestasikan dalam stok untuk
periode yang lebih lama dapat memiliki efek buruk pada likuiditas |
Total
stok tersedia untuk total aset |
Total
stok yang ada X 100 Total
aset |
Deskripsi |
Total
stok yang ada di tangan terhadap total rasio aset mengukur persentase stok
yang ada yang termasuk dalam keseluruhan aset bisnis |
Penggunaan |
Jika
persentase tinggi dari aset bisnis terikat dalam stok dan tidak memiliki
tingkat turnover yang relatif tinggi (tingkat turnover yang tinggi akan
kurang dari 30 hari), itu mungkin merupakan sinyal bahwa ada sesuatu yang
salah dan mungkin ada potensi untuk write-down / off stok |
Hari
debitur |
Total
debitur X jumlah hari dalam periode analisis Total
penjualan kredit untuk jumlah hari dalam periode analisis |
Deskripsi |
Rasio
hari debitur menunjukkan seberapa cepat akun dari pelanggan dikumpulkan |
Penggunaan |
Ketika
membandingkan hasil perhitungan ini dengan persyaratan perdagangan yang
ditawarkan kepada pelanggan, ini akan menunjukkan pelanggan yang membayar
lambat serta potensi kredit macet. Rasio ini paling berguna ketika digunakan
bersama dengan laporan debitur yang sudah lama. |
Laporan
debitur berumur |
|
Deskripsi |
Laporan
debitur yang lama dihasilkan oleh sistem keuangan yang mencantumkan semua
pembayaran pelanggan yang luar biasa berdasarkan jumlah hari. Daftar ini
biasanya menyediakan pembayaran terutang saat ini, 30 hari, 60 hari, 90 hari
dan lebih |
Penggunaan |
Laporan
ini sangat berguna ketika digunakan dengan perhitungan hari-hari debitur yang
disebutkan di atas. Ini akan memberikan informasi tentang semua akun
pelanggan yang luar biasa dan dapat digunakan untuk mengejar pembayaran yang
terlambat dan mengidentifikasi kemungkinan akun pelanggan yang bermasalah. |
Hari
kreditur |
Total
kreditor X jumlah hari dalam periode analisis Total
harga pokok penjualan untuk periode analisis |
Deskripsi |
Rasio
hari kreditur menunjukkan seberapa baik hutang yang dikelola |
Penggunaan |
Ketika
membandingkan hasil perhitungan ini dengan persyaratan perdagangan yang
ditawarkan oleh pemasok, hasilnya akan memberikan informasi tentang
pembayaran pemasok. Jika analisis menyoroti bahwa kreditor dibayar rata-rata
sebelum arus kas yang disepakati, berpotensi, dapat dipengaruhi. Jika
pembayaran kepada pemasok sangat lambat, ada kemungkinan hubungan pemasok
akan rusak |
Laporan
kreditor berumur |
|
Deskripsi |
Laporan
kreditor lama dihasilkan oleh sistem keuangan yang mencantumkan semua
pembayaran terutang kepada pemasok berdasarkan jumlah hari. Daftar ini
biasanya menyediakan pembayaran terutang saat ini, 30 hari, 60 hari, 90 hari
dan lebih |
Penggunaan |
Laporan
ini sangat berguna kompilasi digunakan dengan perhitungan hari kreditur yang
diterima di atas. Ini akan memberikan informasi tentang semua akun pemasok
yang ditawarkan dan dapat membantu saat menyiapkan persetujuan pembayaran. |
Perputaran
total aset |
Penjualan
bersih Total
Aset |
Deskripsi |
Total
perputaran aset mengukur kemampuan bisnis untuk menggunakan asetnya untuk menghasilkan
penjualan |
Penggunaan |
Semakin
rendah total rasio perputaran aset, dibandingkan dengan data historis untuk
data bisnis dan industri, semakin lambat penjualan bisnis. Ini dapat
mengindikasikan masalah dengan satu atau lebih dari kategori aset yang
menyusun total aset - stok, debitur atau aset tetap. Setiap kelas aset harus
ditinjau untuk menentukan di mana masalahnya. |
Pengembalian
aset (ROA) |
Laba
bersih sebelum pajak
x 100 Total
Aset |
Deskripsi |
Pengembalian
aset menunjukkan seberapa efisien laba yang dihasilkan dari aset yang
digunakan dalam bisnis jika dibandingkan dengan rasio bisnis dalam bisnis
serupa |
Penggunaan |
Rasio
hanya akan memiliki makna jika dibandingkan dengan rasio orang lain di
organisasi yang sama. Rasio yang rendah dibandingkan dengan rata-rata
industri menunjukkan penggunaan aset bisnis yang tidak efisien. |
Pengembalian ekuitas / investasi (ROI) |
laba
bersih sebelum pajak
X 100 total
ekuitas |
Deskripsi |
Pengembalian
investasi pemilik bisnis (ROI) mungkin merupakan rasio yang paling penting
dari semuanya karena memberi tahu Anda apakah semua upaya yang dimasukkan ke
dalam bisnis, selain untuk mencapai tujuan strategis, mengembalikan
pengembalian investasi yang sesuai. |
Penggunaan |
Jika
ROI kurang dari tingkat pengembalian alternatif, risiko rendah atau investasi
bebas risiko, seperti deposito berjangka, ini menimbulkan pertanyaan tentang
investasi keseluruhan dalam bisnis ini. ROI yang tinggi berarti investasi
sebanding dengan biaya investasi |
Total
penjualan ke jumlah karyawan penjualan |
Total
Penjualan Jumlah
karyawan penjualan |
Deskripsi |
Total
penjualan ke jumlah karyawan penjualan memberikan nilai rupiah rata-rata dari
penjualan yang dibuat untuk setiap karyawan yang terkait langsung dengan
fungsi penjualan selama periode analisis. |
Penggunaan |
Meskipun
ukuran ini hanya akan memberikan nilai rata-rata penjualan per karyawan, ada
baiknya mengidentifikasi tren dalam nilai rupiah rata-rata penjualan per
karyawan penjualan |
Karyawan Penjualan |
Nilai
total penjualan yang dilakukan oleh setiap karyawan untuk periode analisis |
Deskripsi |
Ukuran
penjualan karyawan berguna untuk meninjau produktivitas setiap karyawan |
Penggunaan |
Meskipun
ukuran ini hanya akan memberikan nilai total penjualan per karyawan, akan
sangat membantu dalam menentukan seberapa produktif bisnis dalam menghasilkan
penjualan. |
3.4 Survei Risiko / Penilaian Risiko Perencanaan
bisnis
Bisnis
yang paling sukses akan memiliki rencana strategis yang sesuai dengan tujuan
(atau misi) bisnis. Rencana-rencana ini akan didukung oleh anggaran dan
perkiraan yang mencerminkan posisi keuangan bisnis dan mempertimbangkan
rencana-rencana ini. Survei Risiko /
Penilaian Risiko bisnis harus mencakup tinjauan berkala tentang penyelarasan
anggaran dan perkiraan dengan rencana strategis.
Baik
penganggaran dan peramalan merupakan alat penting yang harus digunakan bisnis
untuk membantu dalam merencanakan kesuksesan bisnis di masa depan. Ketika
melakukan Survei Risiko / Penilaian Risiko bisnis harus meninjau kedua alat ini
dan rencana strategis keseluruhan untuk memastikan bahwa operasi bisnis saat
ini berada di jalurnya untuk mencapai tujuan bisnis. Bidang peninjauan harus
mencakup (tetapi tidak terbatas pada):
• Frekuensi persiapan rencana strategis,
anggaran, dan perkiraan
• Di mana informasi untuk alat penganggaran
dan prakiraan sedang bersumber, yaitu unit bisnis mana
• Asumsi yang telah digunakan dalam
mengembangkan rencana penganggaran dan perkiraan, termasuk kredibilitas dan
validitas basis asumsi
• Proses otorisasi untuk pengembangan
penganggaran dan perkiraan, seperti apakah perkiraan tersebut disetujui oleh
komisaris atau direktor
• Mekanisme pelaporan mana yang tersedia
untuk meninjau rencana strategis, anggaran, dan perkiraan.
Untuk
mendukung rencana strategis dan memastikan mereka diikuti dan dicapai, bisnis
harus mempertimbangkan penerapan kebijakan untuk pendorong utama bisnis.
Kebijakan akan memberikan panduan tentang prosedur yang akan mendukung arah
tujuan bisnis. Contoh kebijakan utama dapat mencakup (tetapi tidak terbatas
pada):
• kebijakan mark-up
• kebijakan diskon
• kebijakan pengeluaran (seperti kebijakan
perjalanan, kebijakan kendaraan, kebijakan personil)
• kebijakan otorisasi (seperti kebijakan
persetujuan anggaran)
• kebijakan kontrol internal (seperti
kebijakan pemrosesan penjualan staf).
Survei
Risiko / Penilaian Risiko Kesehatan Perusahaan untuk menemukan kelemahan kritis
strategi bisnis, sebagian besar akan masuk dalam salah satu dari yang luas ini
kriteria:
·
Konsistensi: Strategi
tidak boleh menyajikan tujuan dan kebijakan yang tidak konsisten satu sama
lain.
·
Kesesuaian: Strategi
harus mewakili respons adaptif terhadap lingkungan eksternal dan
untuk perubahan kritis yang terjadi
di dalamnya.
·
Keunggulan: Strategi
harus menyediakan untuk penciptaan dan / atau pemeliharaan yang Unggul
kompetitif dalam bidang kegiatan yang dipilih.
·
Kelayakan: Strategi
tidak boleh terlalu membebani sumber daya yang tersedia atau membuat subproblem
yang tidak dapat diselesaikan.
Strategi
yang gagal memenuhi satu atau lebih kriteria ini sangat mencurigakan. Gagal
menjalankan setidaknya salah satu fungsi utama yang diperlukan untuk
kelangsungan bisnis. Pengalaman dalam industri tertentu atau pengaturan lain
akan memungkinkan analis untuk mempertajam kriteria ini dan menambahkan yang
lain yang sesuai dengan situasi yang dihadapi.
3.5 Masalah
eksternal dan tren
Untuk
menyelesaikan Survei Risiko / Penilaian Risiko Kesehatan Perusahaan, penilaian
faktor-faktor yang dapat berdampak pada bisnis, tetapi yang bisnisnya memiliki
sedikit atau tidak ada kontrol, harus dilakukan. Untuk setiap bisnis,
faktor-faktor ini dan kemungkinan implikasinya bagi bisnis akan bervariasi.
Oleh karena itu, tidak mungkin untuk memberikan daftar komprehensif masalah
eksternal dan tren. Namun, daftar berikut membantu mengidentifikasi
faktor-faktor eksternal utama yang dapat dimasukkan dalam Survei Risiko /
Penilaian Risiko bisnis:
• Faktor ekonomi, seperti nilai tukar mata
uang asing, suku bunga, harga komoditas, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan
dan tingkat pengangguran
• Faktor politik, seperti kebijakan
pemerintah, kebijakan fiskal dan moneter, undang-undang saat ini dan yang
diusulkan
• Faktor global, seperti perjanjian
perdagangan bebas dan tarif internasional
• Masalah industri seperti akreditasi dan
kode etik
• Masalah lingkungan, seperti kekeringan,
banjir, dan perubahan iklim
• Pasar, seperti pasar spesifik global,
domestik dan industri.
4.
Tingkat Kesehatan Perusahaan
Tingkat kesehatan perusahaan
diperlukan untuk melihat apakah suatu keuangan dalam suatu perusahaan itu dalam
keadaan sehat atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara
dua elemen yang ada atau disebut dengan rasio. Dengan rasio itu, kita dapat
mengetahui tingkat rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas suatu perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Peningkatan kinerja harus selalu dikaitkan dengan
penerapan prinsip efisiensi. Artinya, dalam upaya menampilkan kinerja yang
memuaskan suatu sistem bekerja sedemikian rupa sehingga hasilnya menggunakan
sebagai sarana, daya dan dana yang dialokasikan untuk menyelenggarakannya.
Penggolongan tingkat kesehatan BUMN
sudah diatur oleh pemerintah yang dituangkan dalam SK Menteri Keuangan RI
No.826/KMK.013/1992. PT. Maju Jaya sebagai perusahaan BUMN menggunakan SK
Menteri Keuangan tersebut dalam penggolongan tingkat kesehatannya, yaitu
sebagai berikut:
1. Sehat
sekali, jika bobot kinerja tahun terakhir adalah diatas 110.
2. Sehat, jika
bobot kinerja tahun terakhir adalah diatas 100 sampai 110.
3. Kurang
sehat, jika bobot kinerja tahun terakhir adalah diatas 90 sampai 100.
4. Tidak sehat,
jika bobot kinerja tahun terakhir adalah kurang dari atau sama dengan 90.
Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas
Terhadap Tingkat Kesehatan Perusahaan
Menurut SK Menteri Keuangan RI No.
826/KMK.013/1992 tentang tingkat kesehatan perusahaan, faktor rentabilitas,
likuiditas, dan solvabilitas adalah merupakan 100% dari bobot tingkat kesehatan
perusahaan. Faktor-faktor likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas tersebut
akan dapat diketahui dengan cara menganalisa dan menginterpretasikan laporan
keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik
analisa yang tepat atau sesuai dengan tujuan analisa. Dengan kata lain laporan
keuangan suatu perusahaan perlu dianalisa karena dengan analisa tersebut akan
diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan
hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Apabila suatu perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan modalnya hanya mendasarkan pada pertimbangan solvabilitasnya
saja, maka pemenuhan modalnya haruslah selalu dipenuhi dengan modal sendiri,
karena makin besar modal sendiri maka makin tinggi tingkat solvabilitasnya.
Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode
CAMEL
Bank Indonesia menilai
tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian
tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS yaitu Capital, Asset
quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to
Market Risk. Kriteria sensitivity to market risk merupakan
aspek tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu
CAMEL. CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya Paket
Februari 1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut
dikeluarkan sebagai dampak kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto
1988). CAMEL berkembang menjadi CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997
di Amerika. CAMELS berkembang di Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai
dampak dari krisis ekonomi dan moneter.
Analisis CAMELS
digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di
Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Meskipun secara umum
faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing
faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka
penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank
umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL
Faktor
penilaian kesehatan berdasarkan metode CAMELS
Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan perbankan dalam perekonomian Indonesia dan industri perbankan
serta dalam menjaga fungsi intermediasi. Pada krisis ekonomi global, bank-bank
menengah dan kecil yang tidak menerima bantuan likuiditas dari pemerintah mengalami
penurunan dana simpanan masyarakat. Menurunnya dana simpanan masyarakat membuat
industri perbankan berusaha mempertahankan dana-dana yang mereka miliki untuk
menjaga likuiditas bank dengan cara memberikan tingkat suku bungan yang tinggi.
Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan
menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian tersebut kemudian dikenal dengan
metode CAMELS yaitu Capital, Asset
quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk. Kriteria sensitivity to market risk merupakan aspek tambahan dari metode
penilaian kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu CAMEL. CAMEL pertama kali
diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya Paket Februari 1991 mengenai
sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut dikeluarkan sebagai dampak
kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988). CAMEL berkembang
menjadi CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS
berkembang di Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari krisis
ekonomi dan moneter.
Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan
mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah.
Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:
a. Permodalan
(Capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi
komponen-komponen berikut ini :
1) Kecukupan modal
2) Komposisi modal
3) Proyeksi (trend ke depan) permodalan
4) Kemampuan modal dalam mengcover aset bermasalah
5) Kemampuan bank yang bersangkutan memelihara kebutuhan
tambahan modal yang berasal dari laba
6) Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, dan
7) Akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang
saham untuk meningkatkan permodalan bank yang bersangkutan.
b. Kualitas
aset (Asset quality)
Penilaian kualitas aset meliputi penilaian atas
komponen-komponen berikut ini :
1) Kualitas aktiva produktif
2) Konsentresi eksposur risiko kredit
3) Perkembangan risiko kredit bermasalah
4) Kecukupan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur
6) Sistem kaji ulang (review) internal
7) Sistem dikomentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif
bermasalah
c. Manajemen
(Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian atas
komponen-komponen berikut ini :
1) Kualitas manajemen umum dam penerapan manajemen risiko
2) Keputusan bank atas ketentuan yang berlaku dan komitmen
kepada bank Indonesia dan atau pihak lain.
d. Rentabilitas
(Earning)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian
atas komponen-komponen berikut ini :
1) Pencapaian return on asset (ROA)
2) Pencapaian return on equity (ROE)
3) Pencapaian NIM (Net Interest Margin)
4) Tingkat efisiensi
5) Perkembangan laba operasional
6) Diversifiksi pendapatan
7) Penerapan prinsip akuntansi dan pengakuan pendapatan dan
biaya
8) Prospek laba operasional
e.
Likuiditas
(Liquidity)
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian atas
komponen-komponen berikut ini :
1) Rasio aktiva/pasiva yang likuid
2) Potensi maturity mismatch
3) Kondisi loan to deposit ratio (LDR)
4) Proyeksi cash flow (arus kas)
5) Konsentresi pendanaan
6) Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and
liability management)
7) Akses kepada sumber pendanaan
8)
Stabilitas pendanaan
f. Sensitivitas
terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi :
1) kemampuan modal bank dalam meng-cover potensi kerugian
sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar
2) kecukupan penerapan manajemen risiko pasar
5. Teknik
penilaian dengan metode CAMELS
Penilaian
tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMEL. Seiring dengan penerapan risk based supervision,
penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini BI tengah
mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru, yang
memperhitungkan sensitivity to market risk atau risiko pasar.
Sebagai
contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut
modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva
produktifnya baik) maka apabila permasalahan tidak segera dapat diatasi maka
dapat dipastikan bank tersebut akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi
krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak semua bank dalam kondisi tidak
sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan likuiditas, maka
sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat.
Meskipun
secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot
masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar
ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan
antara bank umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan
BPR ditetapkan sebagai berikut:
Tabel Bobot CAMEL
No. |
Faktor CAMEL |
Bobot Bank Umum |
BPR |
1 2 3 4 5 |
Permodalan Kualitas Aktiva Produktif Kualitas Manajemen Rentabilitas Likuiditas |
25% 30% 25% 10% 10% |
30% 30% 20% 10% 10% |
Perbedaan penilaian
tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot masing-masing
faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada
pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan
penilaian bank adalah penilaian bank umum dan BPR.
Dalam
melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi
dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai
faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas
dan likuiditas.
Pada tahap
awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan
komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya
pengaruh terhadap kesahatan suatu bank.
Selanjutnya,
penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang dinyatakan
dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan
nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan
ketentuan-ketentuan yang lain sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan
bank.
Berdasarkan
kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan diatas, selanjutnya
masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang
secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor.
Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat
tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.
Berikut ini penjelasan metode CAMEL:
1. Capital
Kekurangan modal merupakan gejala umum yang dialami
bank-bank di negara-negara berkembang. Kekurangan modal tersebut dapat bersumber
dari dua hal, yang pertama adalah karena modal yang jumlahnya kecil, yang kedua
adalah kualitas modalnya yang buruk. Dengan demikian, pengawas bank harus yakin
bahwa bank harus mempunyai modal yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya.
Selain itu, para pemegang saham maupun pengurus bank harus benar-benar
bertanggungjawab atas modal yang sudah ditetapkan.
Pada saat ini persyaratan untuk mendirikan bank baru
memerlukan modal disetor sebesar Rp. 3 trilyun. Namun bank-bank yang saat
ketentuan tersebut diberlakukan sudah berdiri jumlah modalnya mungkin kurang
dari jumlah tersebut. Pengertian kecukupan modaltersebut tidak hanya dihitung
dari jumlah nominalnya,tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering
disebut sebagai Capital Adequency Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan
perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
Pada saat ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank
sekurang-kurangnya sebesar 8%.
2. Assets
Quality
Dalam kondisi normal sebagian besar aktiva suatu bank
terdiri dari kredit dan aktiva lain yang dapat menghasilkan atau menjadi sumber
pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva tersebut sebagai aktiva produktif.
Dengan kata lain, aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah
maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan
kontijensi pada transaksi rekening administratif. Di dalam menganalisis suatu bank
pada umumnya perhatian difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah
solvensi memang penting. Namun demikian, menganalisis kualitaas aktiva
produktif secara cermat tidaklah kalah pentingnya. Kualitasa aktiva produktif
bank yang sangat jelek secara implisit akan menghapus modal bank.
Walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar,
apabila kualitaas aktiva produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya
menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan
seperti pembentukan cadangan, penilaian asset,pemberian pinjaman kepada pihak
terkait, dan sebagainya. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif di dalam
ketentuan perbankan di indonesia didasarkan pada dua rasio yaitu:
1) Rasio
Aktiva Produktif diklasifikasikan terhadap Aktiva
Produktif
(KAP 1). Aktiva produktif diklasifikasikan menjadi Lancar, kurang lancar,
Diragukan dan Macet. Rumusnya adalah:
Penilaian
rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Untuk rasio sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0
b) Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
2) Rasio
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva
Produktif
yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah:
Penilaian
rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut
untuk rasio 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% dari 0% nilai
kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
3. Management
Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat
tidaknya suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu menejemen
sebuah bank mendapatkan perhatian yang besar dalam peneliaian tingkat kesehatan
suatu bank diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya.
Penilaian faktor menejemen dalam penilaian tingkat kesehatan
bank umum dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhaadap
bank yang bersangkutan. Penilaian tersebut dilakukan dengan mempergunakan
sekitar seratus kuesioner yang dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu
kelompok menejemen umum dan kuesioner menejemen risiko. Kuesioner kelompok
menejemen umum selanjutnya dibagi ke dalam sub kelompok pertanyaan yang
berkaitan dengan strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan,
budaya kerja. Sementara itu, untuk kuesioner menejemen risiko dibagi dalam sub
kelompok yang berkaitan dengan risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit,
risiko operasional, risiko hukum dan risiko pemilik dan pengurus.
4.
Earning
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu
bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa
apabila bank selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu
saja lama kelamaan kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam
kondisi demikian tentu saja tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu
bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam
unsur ini didasarkan pada dua macam, yaitu :
1) Rasio Laba terhadap Total Assets (ROA / Earning 1). Rumusnya
adalah :
Penilaian rasio earning 1 dapat dilakukan sebagai berikut
untuk rasio 0 % atau negatif diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap kenaikan
0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan nilai maksimum 100.
2) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(Earning 2). Rumusnya adalah :
Penilaian earning 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk
rasio sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan setiap penerunan
sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
5. Liquidity
Penilaian terhadap likuiditas dilakukan dengan nilai dua
buah rasio, yaitu rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal inti dan
rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh Bank yang dimaksud Kewajiban
Bersih Antar Bank adlah selisih antara kewajiban bank dengan tagihan kepada
bank lain. Sementara itu yang termasuk Dana yang Diterima adalah Kredit
Likuiditas Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan Masyarakat, Pinjaman
bukan dari bsnk yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan (tidak termasuk
pinjaman subordina), Deposito dan Pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu
lebih dari tiga bulan, dan surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang
berjangka waktu lebih dari tiga bulan.
Liquidity yaitu rasio untuk menilai likuiditas bank.
Penilaian likuiditas bank didasarkan atas dua maca rasio, yaitu :
1) Rasio jumlah kewajiban bersih call money terhadap Aktiva
Lancar. Rumusnya adalah :
Penilaian likuiditas dapat dilakukan sebagai berikut untuk
rasio sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0, dan untuk setiap penurunan
sebesar 1% mulai dari nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
2) Rasio antara Kredit terhadap dana yang diterima oleh bank.
Rumusnya adalah :
Penilaian likuiditas 2 dapat dilakukan sebagai berikut untuk
rasio 115 atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai
dari rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan nilai maksimum 100.
Tingkat kesehatan bank umum bisa
dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dari sisi kualitatif
dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya. Sisi kuantitatif dapat
dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kecukupan modal
(capital adequency ratio) dan Loan Deposit Ratio.
Daftar periksa
sumber informasi atau dokumen Survei Risiko / Penilaian Risiko Kesehatan
Perusahaan
Strategi |
Rencana
strategis satu dan lima tahun |
|
Rencana
suksesi |
Informasi keuangan |
Laporan
keuangan - laba rugi, neraca |
|
Anggaran
tahun berjalan |
|
Prakiraan
tahun berjalan - untung rugi dan arus kas |
|
Informasi
titik penjualan - penjualan oleh karyawan, pengembalian barang, tidak ada
barang penjualan, dan informasi terkait lainnya |
|
Catatan
manajemen stok |
|
Catatan
dan laporan sedang dalam proses |
Pelaporan kepatuhan |
Pengembalian
pajak, termasuk laporan pajak tahunan dan barang dan jasa jika diperlukan |
|
Perjanjian
pinjaman, sewa dan pembiayaan lainnya |
|
Laporan
akreditasi |
|
Laporan
keuangan |
|
Laporan
khusus industri |
Kebijakan dan prosedur |
Semua
kebijakan sumber daya manusia, termasuk uraian tugas, bagan organisasi dan
daftar nama staf |
|
Semua
kebijakan keuangan, termasuk harga, diskon, dan pembelian |
|
Prosedur
pengendalian internal, seperti pemisahan tugas |
|
Kebijakan
perencanaan bencana dan darurat, termasuk cadangan data |
Penilaian fisik |
Tinjau
kontrol yang ada, seperti kamera keamanan, keamanan stok, keamanan kata
sandi, dan metode akses lainnya |
Analisis tolok ukur industri untuk tahun
sekarang dan sebelumnya
|
Tolok
ukur industri |
Tahun
ini |
Varians
tahun berjalan ke tolok ukur |
Varian
saat ini ke tahun Sebelumnya |
tahun
Sebelumnya |
Varian
tahun sebelumnya dengan tolok ukur |
Total Pendapatan |
|
|
|
|
|
|
Harga pokok penjualan |
|
|
|
|
|
|
Marjin kotor |
|
|
|
|
|
|
Overhead yang dipilih sebagai persentase
dari pendapatan
Periklanan dan promosi |
|
|
|
|
|
|
Gaji termasuk staf untuk biaya |
|
|
|
|
|
|
Biaya operasi kendaraan |
|
|
|
|
|
|
Uang sewa |
|
|
|
|
|
|
Biaya bank |
|
|
|
|
|
|
Masukkan overhead penting lainnya untuk
bisnis |
|
|
|
|
|
|
Overhead total |
|
|
|
|
|
|
Margin laba bersih |
|
|
|
|
|
|
Jumlah Personel
Pemilik bekerja |
|
|
|
|
|
|
Karyawan bagian penjualan |
|
|
|
|
|
|
Staf lain |
|
|
|
|
|
|
Total Personil |
|
|
|
|
|
|
Informasi patokan lainnya
Tingkat perputaran stok |
|
|
|
|
|
|
Jam perdagangan per minggu |
|
|
|
|
|
|
Masukkan informasi tolok ukur kunci
lainnya |
|
|
|
|
|
|
Persentase penjualan yang dilakukan ke
pelanggan |
|
|
|
|
|
|
Profitabilitas |
Tahun ini |
Tahun lalu |
Variance |
Komentar (termasuk
referensi untuk margin anggaran dan rencana strategis) |
|
Marjin laba kotor |
Laba kotor x 100 Penjualan bersih |
|
|
|
|
Mark-up |
Laba kotor x 100 harga pokok penjualan |
|
|
|
|
Marjin Penghasilan sebelum bunga dan pajak (EBIT) |
(Laba bersih sebelum
bunga dan pajak / Penjualan bersih) X 100 |
|
|
|
|
Analisis impas |
Laba kotor x 100 Penjualan bersih |
|
|
|
|
Arus kas, likuiditas dan solvabilitas |
Tahun ini |
Tahun lalu |
Variance |
Komentar (termasuk
referensi untuk margin anggaran dan rencana strategis) |
|
Modal kerja untuk total penjualan |
(Total aset lancar -
Total kewajiban lancar) /
Total penjualan |
|
|
|
|
Rasio saat ini |
Total aset saat ini
Total kewajiban saat ini |
|
|
|
|
Rasio cepat (acid) |
(Total aset lancar
dikurangi stok yang ada ) /
total kewajiban lancar
dikurangi overdraft bank |
|
|
|
|
Leverage (gearing) rasio |
total kewajiban x 100
Total ekuitas |
|
|
|
|
Rasio hutang terhadap aset |
Total kewajiban X 100
Total Aset |
|
|
|
|
Perkiraan arus kas |
saldo bank
ditambah semua penerimaan untuk periode tersebut dikurangi semua pembayaran
untuk periode tersebut. Periode dapat sesingkat mingguan, namun, lebih umum
periode perkiraan arus kas adalah selama satu bulan. Untuk bisnis yang
mengalami kesulitan arus kas, direkomendasikan bahwa perkiraan dilakukan
lebih teratur daripada yang biasanya untuk bisnis |
Komentar |
sumber pendanaan |
Tinjau
semua dokumentasi pinjaman dan fasilitas keuangan (seperti cerukan), termasuk
sewa, sewa beli, dan pembiayaan debitur dan pastikan setiap fasilitas
keuangan tersedia saat dibutuhkan. Bidang peninjauan harus mencakup
persyaratan dan ketentuan pinjaman serta persyaratan keuangan dan pelaporan
persyaratan kepatuhan |
Komentar |
Effisiensi |
Tahun ini |
Tahun lalu |
Variance |
Komentar (termasuk
referensi untuk margin anggaran dan rencana strategis) |
|
Perputaran stok |
(Harga pokok penjualan) / Stok rata-rata dimiliki
untuk periode tersebut |
|
|
|
|
Total stok tersedia untuk total aset |
Total stok yang ada X 100 Total aset |
|
|
|
|
Hari debitur |
(Total debitur X jumlah
hari dalam periode analisis) / Total penjualan kredit
untuk jumlah hari dalam periode analisis |
|
|
|
|
Hari kreditur |
(Total kreditor X jumlah
hari dalam periode analisis) / Total harga pokok
penjualan untuk periode analisis |
|
|
|
|
Perputaran total aset |
Penjualan bersih Total Aset |
|
|
|
|
Pengembalian aset (ROA) |
Laba
bersih sebelum pajak
x 100 Total
Aset |
|
|
|
|
Pengembalian ekuitas / investasi (ROI) |
laba
bersih sebelum pajak
X 100 total
ekuitas |
|
|
|
|
Total penjualan ke jumlah karyawan
penjualan |
Total Penjualan Jumlah karyawan penjualan |
|
|
|
|
Karyawan penjualan |
Nilai total penjualan yang dilakukan
oleh setiap karyawan untuk periode analisis |
Tahun ini |
Tahun lalu |
perbedaan |
Komentar |
Karyawan 1 |
|
|
|
|
|
Karyawan 2 |
|
|
|
|
|
Karyawan 3 |
|
|
|
|
|
Laporan
debitur yang sudah lama Lampirkan laporan sistem keuangan untuk memberikan
detail pada setiap pelanggan |
Ketentuan di bawah ini harus sesuai
dengan ketentuan yang diberikan kepada pelanggan |
Tahun ini |
Tahun lalu |
perbedaan |
Komentar |
Saat ini |
|
|
|
|
|
31 – 60 hari |
|
|
|
|
|
61 – 90 hari |
|
|
|
|
|
Ø
90 hari |
|
|
|
|
|
Ø
180 hari |
|
|
|
|
|
Laporan
kreditor berumur Lampirkan
laporan sistem keuangan untuk memberikan perincian pada setiap pemasok |
Ketentuan di bawah ini harus sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh pemasok |
Tahun ini |
Tahun lalu |
perbedaan |
Komentar |
Saat ini |
|
|
|
|
|
31 – 60 hari |
|
|
|
|
|
61 – 90 hari |
|
|
|
|
|
Ø
90 hari |
|
|
|
|
|
Ø
180 hari |
|
|
|
|
|