Friday, 11 July 2025

MENDETEKSI KETIDAKJUJURAN - SURAT PERMINTAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI (SPPA)


 CARA MENDETEKSI KETIDAKJUJURAN PADA SURAT PERMOHONAN PENUTUPAN ASURANSI(SPPA)

 

Seseorang bisa melakukan ketidakjujuran saat mengisi surat permohonan penutupan asuransi karena berbagai alasan, mulai dari motif finansial hingga kurangnya pemahaman tentang pentingnya transparansi dalam asuransi. Memahami alasan ini penting untuk membantu underwriter dan tenaga pemasaran mendeteksi potensi risiko sejak awal.

 

1.           Alasan Seseorang Melakukan Ketidakjujuran dalam Pengajuan Asuransi

 

1.1     Motif Finansial (Untuk Mendapatkan Keuntungan Ekonomi)

·            Mengurangi Premi Asuransi

Calon tertanggung mungkin menyembunyikan informasi risiko (seperti riwayat klaim atau kondisi kesehatan) agar mendapatkan premi yang lebih rendah. Misalnya, menyatakan rumah belum pernah mengalami kebakaran padahal pernah, sehingga dianggap lebih aman.

·            Meningkatkan Nilai Pertanggungan

Ada yang melebih-lebihkan nilai aset yang diasuransikan, seperti mengklaim nilai kendaraan lebih tinggi dari harga pasar, untuk mendapatkan uang lebih besar saat klaim.

·            Mempercepat Proses Klaim di Masa Depan

Dengan memberikan informasi yang tidak benar, mereka berharap proses klaim akan lebih mudah atau cepat, karena risiko tampak lebih kecil di mata perusahaan asuransi.

 

1.2.     Upaya untuk Menutupi Risiko yang Sudah Ada (Adverse Selection)

·            Sudah Ada Kerusakan Sebelum Mengajukan Asuransi

Calon tertanggung mungkin mengajukan asuransi setelah mengetahui ada kerusakan atau risiko yang sudah terjadi. Contohnya, seseorang mendaftarkan kendaraan untuk asuransi setelah mengalami kecelakaan, lalu menyembunyikan informasi tersebut.

·            Kondisi Kesehatan yang Disembunyikan

Dalam asuransi jiwa atau kesehatan, pemohon bisa menyembunyikan penyakit kronis atau riwayat medis serius untuk mendapatkan perlindungan yang seharusnya tidak layak diterima.

 

1.3.     Kurangnya Pemahaman tentang Asuransi

·            Tidak Mengerti Pentingnya Kejujuran

Beberapa orang mungkin tidak memahami bahwa ketidakjujuran bisa menyebabkan klaim mereka ditolak di masa depan. Mereka menganggap hal tersebut sepele karena tidak tahu konsekuensinya.

·            Salah Persepsi tentang Pertanyaan di Formulir

Calon tertanggung bisa saja menjawab pertanyaan dengan tidak lengkap karena tidak memahami maksud dari pertanyaan tersebut. Misalnya, mereka tidak menganggap perbaikan kecil pada rumah sebagai riwayat klaim, padahal hal ini penting untuk dicatat.

 

1.4.     Moral Hazard (Risiko Moral)

·            Bersikap Ceroboh Setelah Memiliki Polis

Beberapa orang bisa saja merasa bahwa setelah mendapatkan asuransi, mereka tidak perlu berhati-hati lagi karena merasa semua risiko sudah ditanggung. Misalnya, mengabaikan pemeliharaan kendaraan atau properti.

·            Niat untuk Melakukan Penipuan Klaim di Masa Depan

Ada calon tertanggung yang sudah merencanakan penipuan klaim bahkan sebelum polis diterbitkan. Mereka bisa saja memasukkan informasi yang tidak benar untuk memudahkan proses tersebut.

 

1.5.     Pengalaman Buruk dengan Asuransi Sebelumnya

·            Merasa Dirugikan oleh Asuransi Sebelumnya

Seseorang yang pernah merasa dirugikan karena klaim ditolak atau premi yang dianggap terlalu mahal mungkin akan mencoba "membalas" dengan cara tidak jujur di pengajuan berikutnya.

·            Menganggap Asuransi Tidak Akan Mengetahui Kebohongan

Beberapa orang berpikir perusahaan asuransi tidak memiliki cara untuk memverifikasi semua informasi, sehingga mereka merasa aman untuk tidak jujur.

 

1.6.     Pengaruh dari Pihak Lain

·            Saran dari Agen yang Tidak Etis

Terkadang, agen atau perantara asuransi yang tidak bertanggung jawab bisa menyarankan calon tertanggung untuk menyembunyikan informasi tertentu agar aplikasi mereka lebih mudah diterima.

·            Tekanan dari Lingkungan atau Rekan

Seseorang mungkin didorong oleh teman atau keluarga untuk tidak mengungkapkan informasi sepenuhnya demi keuntungan finansial.

 

2.       Dampak Ketidakjujuran bagi Perusahaan Asuransi dan Tertanggung

2.1        Bagi Perusahaan Asuransi

o      Meningkatkan risiko klaim yang tidak sesuai atau fraud.

o      Mengganggu proses underwriting yang adil bagi semua nasabah.

o      Potensi kerugian finansial besar jika klaim diajukan berdasarkan informasi palsu.

 

2.2     Bagi Tertanggung

o      Penolakan Klaim: Jika ketidakjujuran terdeteksi setelah klaim diajukan, klaim bisa ditolak dan polis dibatalkan.

o      Pembatalan Polis: Polis bisa dibatalkan sepihak jika ditemukan adanya informasi palsu.

o      Masalah Hukum: Dalam kasus penipuan yang serius, tertanggung bisa menghadapi tuntutan hukum.

 

 

3            MENDETEKSI KETIDAK JUJURAN

Mendeteksi ketidakjujuran saat seseorang mengisi proposal form asuransi memerlukan pemahaman tentang pola jawaban yang tidak konsisten, analisis dokumen pendukung, serta pengamatan terhadap perilaku calon tertanggung. Berikut beberapa cara untuk mendeteksinya:

 

3.1        Pola jawaban yang tidak konsisten

Pola jawaban yang tidak konsisten dalam pengisian proposal form asuransi adalah salah satu indikator penting yang bisa menunjukkan adanya upaya ketidakjujuran atau ketidaktelitian dari calon tertanggung. Ketidakkonsistenan ini bisa berupa perbedaan informasi antara satu bagian dengan bagian lain dalam formulir, atau antara informasi yang diberikan dengan dokumen pendukung.

 

Mendeteksi pola jawaban yang tidak konsisten sangat penting dalam proses underwriting untuk meminimalkan risiko moral hazard dan penipuan asuransi. Pelatihan bagi tenaga asuransi, khususnya dalam memahami pola ini, dapat meningkatkan akurasi penilaian risiko dan menjaga integritas perusahaan.

 

3.1.1   Jenis Pola Jawaban yang Tidak Konsisten

a.       Inkonistensi Internal dalam Formulir

o      Informasi Berbeda di Bagian yang Saling Terkait

Contoh:

§    Di bagian satu, pemohon menyatakan tidak memiliki riwayat klaim sebelumnya, tetapi di bagian lain menyebutkan bahwa properti tersebut pernah diperbaiki karena kerusakan besar.

§    Pemohon menyebutkan bahwa rumahnya baru direnovasi dan dalam kondisi prima, tetapi di bagian lain menyatakan bahwa sistem listrik belum diperbarui selama 20 tahun.

b.       Inkonistensi dengan Dokumen Pendukung

o      Data Tidak Cocok dengan Bukti yang Diberikan

Contoh:

§    Pemohon mengklaim kendaraan masih baru, tetapi STNK menunjukkan bahwa kendaraan tersebut sudah berumur lebih dari 5 tahun.

§    Laporan keuangan menunjukkan pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang disebutkan dalam formulir asuransi bisnis.

c        Inkonistensi dengan Data Eksternal

o      Informasi Berbeda dengan Sumber Resmi atau Publik
Contoh:

§   Pemohon menyatakan tidak tinggal di area rawan banjir, tetapi alamat yang tertera diketahui berada di zona merah banjir menurut data pemerintah.

§   Pemohon menyatakan properti tidak pernah mengalami kerusakan akibat kebakaran, tetapi ada catatan di laporan media lokal tentang insiden kebakaran di properti tersebut.

d.      Perubahan Informasi Saat Ditanya Ulang

o      Jawaban Berubah Saat Klarifikasi

Contoh:

      • Awalnya pemohon menyatakan tidak memiliki penyakit bawaan, tetapi saat ditanya ulang atau diwawancarai lebih lanjut, mereka mengakui memiliki riwayat hipertensi.
      • Ketika diminta penjelasan lebih lanjut mengenai aset yang diasuransikan, pemohon memberikan detail yang bertentangan dengan informasi awal.

e        Pernyataan Umum yang Bertentangan dengan Detail Spesifik

o      Ketidaksesuaian Antara Pernyataan Global dan Rinciannya
Contoh:

§    Pemohon menyatakan “semua kondisi properti sangat baik,” tetapi dalam detail, mereka menyebutkan beberapa bagian bangunan sudah tua dan belum pernah diperbaiki.

§    Menyatakan kendaraan fully insured tetapi tidak dapat menunjukkan bukti asuransi sebelumnya.

 

3.1.2. Penyebab Umum Pola Jawaban yang Tidak Konsisten

a        Ketidaktelitian atau Ketidaksengajaan

o      Pemohon mungkin tidak memahami pertanyaan atau mengisi formulir dengan terburu-buru.

o      Tidak memahami bahwa beberapa informasi harus konsisten di seluruh bagian formulir.

b       Upaya Menyembunyikan Informasi (Moral Hazard)

o      Sengaja menyembunyikan informasi penting seperti riwayat klaim, kondisi kesehatan, atau usia aset untuk mendapatkan premi lebih rendah atau menghindari penolakan asuransi.

c        Kesalahan Pihak Ketiga

o      Jika formulir diisi oleh agen atau perantara yang tidak sepenuhnya memahami kondisi calon tertanggung, informasi bisa menjadi tidak akurat atau tidak konsisten.

 

3.1.3.  Cara Mengidentifikasi dan Menangani Jawaban Tidak Konsisten

a.           Pemeriksaan Menyeluruh

o      Bandingkan jawaban di berbagai bagian formulir untuk memastikan konsistensi.

o      Periksa kesesuaian dengan dokumen pendukung seperti sertifikat properti, laporan kesehatan, atau dokumen kendaraan.

b.          Menggunakan Checklist atau Template Evaluasi

o      Buat daftar poin penting yang harus diperiksa untuk konsistensi, misalnya:

§    Apakah informasi tentang riwayat klaim konsisten di seluruh formulir?

§    Apakah nilai aset yang dilaporkan sesuai dengan bukti kepemilikan atau estimasi pasar?

c.           Melakukan Wawancara atau Klarifikasi Tambahan

o      Ajukan pertanyaan lanjutan untuk mengeksplorasi area yang tampak tidak konsisten.

o      Perhatikan respons verbal dan non-verbal untuk mendeteksi ketidaknyamanan saat memberikan klarifikasi.

d.          Menggunakan Teknologi Deteksi Penipuan

o      Beberapa perusahaan asuransi menggunakan perangkat lunak fraud detection yang bisa secara otomatis mendeteksi pola ketidakkonsistenan berdasarkan data historis.

 

3.1.4.    Contoh Kasus Praktis

a.           Asuransi Properti

o      Formulir: Pemohon menyatakan bahwa bangunan tidak pernah mengalami kerusakan akibat bencana alam.

o      Dokumen Pendukung: Saat survei, ditemukan bekas perbaikan besar akibat banjir yang tidak dilaporkan dalam formulir.

b.          Asuransi Kesehatan

o      Formulir: Pemohon menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.

o      Klarifikasi: Saat diminta pemeriksaan kesehatan tambahan, ditemukan bahwa pemohon telah mengonsumsi obat untuk diabetes selama 5 tahun terakhir.

c.           Asuransi Kendaraan

o      Formulir: Pemohon menyatakan kendaraan tidak pernah terlibat kecelakaan.

o      Data Eksternal: Catatan bengkel menunjukkan kendaraan pernah mengalami perbaikan besar akibat tabrakan setahun sebelumnya.

 

3.2     Analisis dokumen pendukung tertanggung

Analisis dokumen pendukung tertanggung adalah proses penting dalam underwriting asuransi untuk memastikan keakuratan informasi yang diberikan dalam proposal form dan menilai tingkat risiko yang akan ditanggung perusahaan asuransi. Dokumen ini membantu mendeteksi potensi penipuan, ketidaksesuaian data, atau upaya untuk menyembunyikan informasi penting.

 

Analisis dokumen pendukung tertanggung adalah langkah kritis dalam memastikan integritas informasi dalam proposal form dan mengidentifikasi potensi risiko tersembunyi. Proses ini membantu perusahaan asuransi membuat keputusan yang tepat dalam menentukan premi, syarat polis, atau bahkan menolak aplikasi jika ditemukan indikasi penipuan.

 

3.2.1   Tujuan Analisis Dokumen Pendukung

a.           Verifikasi Keakuratan Informasi

Memastikan bahwa data yang diberikan oleh calon tertanggung sesuai dengan bukti fisik atau dokumen resmi.

b.          Penilaian Risiko yang Lebih Akurat

Membantu underwriter dalam menentukan tingkat risiko yang sebenarnya, sehingga premi dan syarat polis bisa disesuaikan dengan tepat.

c.           Deteksi Potensi Penipuan atau Moral Hazard

Mengidentifikasi ketidaksesuaian atau dokumen yang dimanipulasi untuk tujuan mendapatkan keuntungan tidak sah.

 

3.2.2    Jenis Dokumen Pendukung dan Cara Menganalisisnya

a.            Dokumen Identitas Pribadi

·            Contoh: KTP, SIM, Paspor

·            Tujuan Analisis:

o      Verifikasi identitas calon tertanggung.

o      Cek keaslian dokumen (periksa tanda-tanda pemalsuan seperti kualitas cetakan, hologram, atau tanda tangan).

o      Pastikan kesesuaian nama dan alamat dengan informasi di proposal form.

·            Poin yang Dicermati:

o      Alamat pada KTP harus sesuai dengan lokasi objek yang diasuransikan, terutama untuk asuransi properti.

o      Tanggal lahir sesuai untuk produk asuransi jiwa atau kesehatan.

 

b.           Dokumen Kepemilikan Aset

·            Contoh: Sertifikat tanah, BPKB kendaraan, akta kepemilikan properti

·            Tujuan Analisis:

o      Memastikan kepemilikan sah atas aset yang diasuransikan.

o      Menilai nilai aset untuk menentukan besaran pertanggungan.

·            Poin yang Dicermati:

o      Pastikan nama di dokumen kepemilikan sama dengan nama di proposal form.

o      Cek apakah ada hak tanggungan (misalnya, hipotek) yang mungkin mempengaruhi asuransi.

o      Verifikasi nilai pasar aset melalui sumber eksternal atau appraisal jika diperlukan.

 

c.        Laporan Keuangan (untuk Asuransi Bisnis)

·            Contoh: Laporan laba rugi, neraca keuangan, arus kas

·            Tujuan Analisis:

o      Menilai stabilitas keuangan dan kelayakan bisnis tertanggung.

o      Menentukan potensi risiko kerugian bisnis.

·            Poin yang Dicermati:

o      Konsistensi antara pendapatan yang dilaporkan di formulir dengan laporan keuangan.

o      Cek apakah ada tanda-tanda keuangan bermasalah seperti hutang yang tinggi atau arus kas negatif.

o      Bandingkan dengan data industri serupa untuk menilai kewajaran angka.

 

d.       Dokumen Medis (untuk Asuransi Kesehatan/Jiwa)

·            Contoh: Rekam medis, hasil pemeriksaan kesehatan, surat keterangan dokter

·            Tujuan Analisis:

o      Menilai kondisi kesehatan calon tertanggung untuk menentukan tingkat risiko.

o      Verifikasi klaim bahwa calon tertanggung tidak memiliki riwayat penyakit tertentu.

·            Poin yang Dicermati:

o      Periksa apakah ada riwayat penyakit kronis atau kondisi medis yang tidak diungkapkan dalam proposal form.

o      Konsistensi antara laporan medis dan pernyataan tertanggung.

o      Cek apakah dokumen berasal dari fasilitas kesehatan resmi.

 

e        Dokumen Riwayat Klaim Sebelumnya

·            Contoh: Surat klaim dari perusahaan asuransi sebelumnya, laporan insiden

·            Tujuan Analisis:

o      Memahami sejarah klaim untuk menilai potensi moral hazard.

o      Menentukan apakah calon tertanggung berisiko tinggi.

·            Poin yang Dicermati:

o      Frekuensi klaim: Apakah ada pola klaim berulang dalam waktu singkat?

o      Jenis klaim: Apakah klaim sebelumnya berkaitan dengan risiko yang sama yang ingin diasuransikan?

o      Cek konsistensi dengan pernyataan "tidak ada klaim sebelumnya" dalam proposal form.

 

f.        Dokumen Teknis atau Spesifikasi (untuk Asuransi Properti/Kendaraan)

·            Contoh: Sertifikat kelayakan bangunan, laporan inspeksi, spesifikasi teknis kendaraan

·            Tujuan Analisis:

o     Memastikan kondisi fisik aset sesuai dengan klaim tertanggung.

o     Menilai apakah aset memiliki risiko kerusakan tinggi.

·            Poin yang Dicermati:

o      Periksa tahun pembuatan atau renovasi terakhir.

o      Cek apakah ada ketidaksesuaian antara kondisi fisik dan laporan yang diberikan.

o      Laporan inspeksi harus berasal dari sumber yang terpercaya.

 

 

3.2.3    Proses Analisis Dokumen Pendukung

a.           Pemeriksaan Keaslian Dokumen

o      Gunakan alat atau teknologi seperti watermark detector atau aplikasi verifikasi digital.

o      Bandingkan format dan tampilan dokumen dengan contoh resmi.

b.          Konsistensi Informasi

o      Cocokkan data antara formulir aplikasi dan dokumen pendukung.

o      Cek apakah ada perbedaan yang mencolok antara apa yang tertulis dan bukti yang disediakan.

c.           Validasi Eksternal

o      Hubungi institusi terkait untuk memverifikasi keaslian dokumen (misalnya, rumah sakit, bank, atau pemerintah daerah).

o      Gunakan database asuransi atau sumber eksternal lain untuk memeriksa riwayat klaim atau aset.

d.          Analisis Pola Risiko

o      Identifikasi pola-pola yang mencurigakan, seperti klaim berulang atau perubahan signifikan dalam nilai aset dalam waktu singkat.

o      Evaluasi apakah informasi yang diberikan sesuai dengan profil risiko umum untuk jenis asuransi tersebut.

 

3.2.4   Contoh Kasus Praktis

a.           Asuransi Properti

o      Kasus: Calon tertanggung mengklaim bahwa rumahnya baru direnovasi dan dalam kondisi sempurna.

o      Analisis Dokumen: Sertifikat kelayakan bangunan menunjukkan renovasi terakhir dilakukan lebih dari 10 tahun lalu. Survei lapangan menemukan adanya kerusakan struktural yang signifikan.

o      Kesimpulan: Ada ketidaksesuaian informasi yang menunjukkan potensi penipuan atau setidaknya ketidakjujuran dalam pelaporan.

b.          Asuransi Kendaraan

o      Kasus: Pemohon menyatakan mobil tidak pernah mengalami kecelakaan.

o      Analisis Dokumen: Laporan bengkel resmi menunjukkan bahwa mobil pernah mengalami perbaikan besar akibat kecelakaan tahun sebelumnya.

o      Kesimpulan: Riwayat kecelakaan disembunyikan untuk mendapatkan premi yang lebih rendah.

c.           Asuransi Kesehatan

o      Kasus: Pemohon menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.

o      Analisis Dokumen: Rekam medis menunjukkan pemohon rutin mengonsumsi obat untuk hipertensi selama 5 tahun terakhir.

o      Kesimpulan: Pemohon mencoba menyembunyikan kondisi medis yang dapat memengaruhi premi atau kelayakan asuransi.

 

3.3     Pengamatan terhadap perilaku calon tertanggung

Pengamatan terhadap perilaku calon tertanggung saat proses pengisian surat permohonan penutupan asuransi adalah bagian penting dari underwriting untuk mendeteksi potensi risiko moral hazard atau ketidakjujuran. Selain analisis dokumen dan formulir, perilaku calon tertanggung dapat memberikan petunjuk tambahan tentang niat dan kejujuran mereka.

 

Mengamati perilaku calon tertanggung saat mengisi surat permohonan penutupan asuransi memberikan informasi tambahan untuk mendeteksi ketidakjujuran atau potensi risiko tersembunyi. Menggabungkan pengamatan ini dengan analisis dokumen dan data lainnya akan membantu underwriter membuat keputusan yang lebih tepat dalam menilai risiko.

 

3.3.1   Tujuan Pengamatan Perilaku

a.           Mendeteksi Tanda-Tanda Ketidakjujuran

Perilaku tertentu dapat menunjukkan bahwa calon tertanggung mungkin menyembunyikan informasi atau tidak sepenuhnya jujur dalam pengajuan asuransi.

b.          Menilai Keseriusan dan Pemahaman Calon Tertanggung

Sikap dan respon mereka bisa mencerminkan seberapa serius mereka terhadap perlindungan asuransi dan pemahaman mereka terhadap risiko yang diasuransikan.

c.           Meningkatkan Keputusan Underwriting

Menggabungkan pengamatan perilaku dengan data formal membantu underwriter membuat keputusan yang lebih akurat terkait penerimaan polis dan penentuan premi.

 

3.3.2   Aspek yang Diamati dalam Perilaku Calon Tertanggung

a.       Respon Terhadap Pertanyaan

·            Jawaban yang Terlalu Umum atau Mengambang

o      Calon tertanggung menghindari memberikan jawaban spesifik, seperti menjawab dengan “seingat saya,” atau “saya rasa tidak ada masalah.”

o      Indikasi: Bisa menunjukkan upaya menghindari memberikan informasi yang jujur.

·            Perubahan Jawaban Saat Ditanya Ulang

o      Memberikan jawaban yang berbeda untuk pertanyaan yang sama saat ditanyakan di waktu berbeda.

o      Indikasi: Potensi ketidakjujuran atau ketidaksiapan dalam memberikan informasi yang konsisten.

·            Keterlambatan dalam Menjawab

o      Calon tertanggung membutuhkan waktu lama untuk merespons pertanyaan sederhana, terutama yang seharusnya mudah diingat seperti riwayat klaim atau kondisi properti.

o      Indikasi: Sedang memikirkan jawaban yang dapat menyembunyikan informasi tertentu.

 

b.       Bahasa Tubuh (Non-Verbal Cues)

·            Menghindari Kontak Mata

o      Saat berbicara atau menjawab pertanyaan, calon tertanggung cenderung mengalihkan pandangan atau tidak menatap langsung.

o      Indikasi: Bisa menjadi tanda ketidaknyamanan atau menyembunyikan sesuatu.

·            Gerakan Gelisah atau Berlebihan

o      Memainkan tangan, mengetuk meja, atau menunjukkan tanda-tanda kegelisahan saat pertanyaan sensitif diajukan.

o      Indikasi: Kegelisahan ini bisa menunjukkan kecemasan karena tidak berkata jujur.

·            Postur Tertutup

o   Menyilangkan tangan atau menjaga jarak fisik yang tidak biasa selama interaksi.

o      Indikasi: Bisa menandakan sikap defensif atau tidak nyaman dengan pertanyaan yang diajukan.

 

c.        Konsistensi Komunikasi Lisan dan Tertulis

·            Perbedaan Antara Pernyataan Lisan dan Tertulis

o      Informasi yang disampaikan secara lisan tidak sesuai dengan yang tertulis di surat permohonan atau dokumen pendukung.

o      Indikasi: Potensi upaya menyembunyikan informasi atau kurangnya transparansi.

·            Menghindari Pertanyaan Tambahan atau Klarifikasi

o      Calon tertanggung menunjukkan ketidaksabaran atau enggan memberikan detail tambahan saat diminta.

o      Indikasi: Ketidakinginan untuk membahas lebih lanjut bisa menunjukkan adanya informasi yang disembunyikan.

 

d.       Sikap Terhadap Proses dan Ketentuan Asuransi

·            Terlalu Terburu-Buru untuk Menyelesaikan Proses

o      Menunjukkan ketidaksabaran atau mendesak agar proses cepat selesai tanpa memperhatikan detail.

o      Indikasi: Bisa jadi ingin segera mendapatkan perlindungan sebelum risiko tertentu terjadi atau diketahui.

·            Enggan Memberikan Dokumen Pendukung

o      Menolak atau menunda memberikan dokumen yang diminta untuk verifikasi.

o      Indikasi: Potensi upaya untuk menyembunyikan informasi yang bisa memengaruhi persetujuan asuransi.

·            Terlalu Banyak Menanyakan Detail Pembayaran Klaim

o      Fokus berlebihan pada bagaimana klaim akan dibayarkan, kapan, dan berapa cepat prosesnya.

o      Indikasi: Bisa menunjukkan niat untuk membuat klaim dalam waktu dekat atau potensi fraud.

 

3.3.3.  Teknik Pengamatan yang Efektif

a.           Wawancara atau Percakapan Langsung

o      Lakukan diskusi terbuka untuk mengeksplorasi informasi lebih lanjut. Perhatikan jawaban dan bahasa tubuh secara bersamaan.

o      Ajukan pertanyaan yang sama dengan cara berbeda untuk menguji konsistensi jawaban.

b.          Gunakan Pertanyaan Terbuka dan Tertutup

o      Pertanyaan Terbuka: “Ceritakan tentang kondisi properti Anda.”
Memberikan kesempatan bagi calon tertanggung untuk menjelaskan secara rinci.

o      Pertanyaan Tertutup: “Apakah properti Anda pernah mengalami kebakaran dalam 5 tahun terakhir?”

Menguji kejelasan dan konsistensi dengan jawaban sebelumnya.

c.           Menciptakan Suasana Nyaman

o      Hindari membuat calon tertanggung merasa terpojok. Suasana nyaman membuat mereka lebih cenderung berbicara jujur, sementara ketidaknyamanan bisa memicu tanda-tanda ketidakjujuran lebih jelas.

d.          Bandingkan dengan Data Eksternal

o      Gunakan data eksternal atau informasi dari survei lapangan untuk memverifikasi jawaban yang diberikan secara lisan.

 

 

3.3.4   Contoh Kasus Praktis

a.           Asuransi Properti

o      Kasus: Calon tertanggung mengklaim bahwa rumahnya dalam kondisi prima.

o      Pengamatan: Saat ditanya tentang sistem kelistrikan, pemohon mulai terlihat gugup dan menghindari kontak mata, serta memberikan jawaban yang berubah-ubah.

o      Analisis: Tanda-tanda ini menunjukkan potensi adanya masalah yang tidak diungkapkan. Survei lapangan mengonfirmasi bahwa sistem kelistrikan sudah tua dan tidak sesuai standar.

b.          Asuransi Kendaraan

o      Kasus: Calon tertanggung menyatakan mobil tidak pernah mengalami kecelakaan.

o      Pengamatan: Saat ditanya ulang tentang riwayat servis, pemohon menunjukkan sikap defensif dan tergesa-gesa menyelesaikan pembicaraan.

o      Analisis: Sikap ini mencurigakan, dan setelah pemeriksaan lebih lanjut ditemukan bahwa kendaraan pernah mengalami kecelakaan besar yang tidak diungkapkan.

c.           Asuransi Kesehatan

o      Kasus: Pemohon menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.

o      Pengamatan: Saat ditanya tentang penggunaan obat-obatan, pemohon mulai menunjukkan tanda-tanda gelisah dan mencoba mengalihkan pembicaraan.

o      Analisis: Ini mengindikasikan potensi upaya menyembunyikan kondisi medis tertentu. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan pemohon rutin menggunakan obat untuk hipertensi.

 

Referensi :

1.           Fraud Detection and Prevention in Insurance, Ison Harriso

2.           Insurance Fraud Casebook: Paying a Premium for Crime, Joseph T. Wells

3.           The Truth About Lies: The Illusion of Honesty and the Evolution of Deceit, Aja Raden

4.           Insurance Underwriting: A Handbook for Practitioners,  Robert Kiln

5.           Detecting Lies and Deceit: The Psychology of Lying and the Implications for Professional Practice, Aldert Vrij

6.           Risk Management and Insurance, Scott E. Harrington dan Gregory R. Niehaus

7.           Forensic Accounting and Fraud Examination, Mary-Jo Kranacher, Richard Riley, dan Joseph T. Wells

8.          Principles of Risk Management and Insurance, George E. Rejda dan Michael McNamara

Related Posts

MENDETEKSI KETIDAKJUJURAN - SURAT PERMINTAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI (SPPA)
4/ 5
Oleh