CARA MENDETEKSI KETIDAKJUJURAN PADA SURAT PERMOHONAN PENUTUPAN ASURANSI(SPPA)
Seseorang bisa melakukan ketidakjujuran saat mengisi surat
permohonan penutupan asuransi karena berbagai alasan, mulai
dari motif finansial hingga kurangnya pemahaman tentang pentingnya transparansi
dalam asuransi. Memahami alasan ini penting untuk membantu underwriter dan tenaga
pemasaran mendeteksi potensi risiko sejak awal.
1.
Alasan Seseorang Melakukan Ketidakjujuran dalam
Pengajuan Asuransi
1.1 Motif
Finansial (Untuk Mendapatkan Keuntungan Ekonomi)
·
Mengurangi Premi Asuransi
Calon
tertanggung mungkin menyembunyikan informasi risiko (seperti riwayat klaim atau
kondisi kesehatan) agar mendapatkan premi yang lebih rendah. Misalnya,
menyatakan rumah belum pernah mengalami kebakaran padahal pernah, sehingga
dianggap lebih aman.
·
Meningkatkan Nilai Pertanggungan
Ada
yang melebih-lebihkan nilai aset yang diasuransikan, seperti mengklaim nilai
kendaraan lebih tinggi dari harga pasar, untuk mendapatkan uang lebih besar
saat klaim.
·
Mempercepat Proses Klaim di Masa Depan
Dengan
memberikan informasi yang tidak benar, mereka berharap proses klaim akan lebih
mudah atau cepat, karena risiko tampak lebih kecil di mata perusahaan asuransi.
1.2. Upaya
untuk Menutupi Risiko yang Sudah Ada (Adverse Selection)
·
Sudah Ada Kerusakan Sebelum Mengajukan Asuransi
Calon
tertanggung mungkin mengajukan asuransi setelah mengetahui ada kerusakan atau
risiko yang sudah terjadi. Contohnya, seseorang mendaftarkan kendaraan untuk
asuransi setelah mengalami kecelakaan, lalu menyembunyikan informasi tersebut.
·
Kondisi Kesehatan yang Disembunyikan
Dalam
asuransi jiwa atau kesehatan, pemohon bisa menyembunyikan penyakit kronis atau
riwayat medis serius untuk mendapatkan perlindungan yang seharusnya tidak layak
diterima.
1.3. Kurangnya
Pemahaman tentang Asuransi
·
Tidak Mengerti Pentingnya Kejujuran
Beberapa
orang mungkin tidak memahami bahwa ketidakjujuran bisa menyebabkan klaim mereka
ditolak di masa depan. Mereka menganggap hal tersebut sepele karena tidak tahu
konsekuensinya.
·
Salah Persepsi tentang Pertanyaan di Formulir
Calon
tertanggung bisa saja menjawab pertanyaan dengan tidak lengkap karena tidak
memahami maksud dari pertanyaan tersebut. Misalnya, mereka tidak menganggap
perbaikan kecil pada rumah sebagai riwayat
klaim, padahal hal ini penting untuk dicatat.
1.4. Moral
Hazard (Risiko Moral)
·
Bersikap Ceroboh Setelah Memiliki Polis
Beberapa
orang bisa saja merasa bahwa setelah mendapatkan asuransi, mereka tidak perlu
berhati-hati lagi karena merasa semua risiko sudah ditanggung. Misalnya,
mengabaikan pemeliharaan kendaraan atau properti.
·
Niat untuk Melakukan Penipuan Klaim di Masa Depan
Ada
calon tertanggung yang sudah merencanakan penipuan klaim bahkan sebelum polis
diterbitkan. Mereka bisa saja memasukkan informasi yang tidak benar untuk
memudahkan proses tersebut.
1.5. Pengalaman
Buruk dengan Asuransi Sebelumnya
·
Merasa Dirugikan oleh Asuransi Sebelumnya
Seseorang
yang pernah merasa dirugikan karena klaim ditolak atau premi yang dianggap
terlalu mahal mungkin akan mencoba "membalas" dengan cara tidak jujur
di pengajuan berikutnya.
·
Menganggap Asuransi Tidak Akan Mengetahui
Kebohongan
Beberapa
orang berpikir perusahaan asuransi tidak memiliki cara untuk memverifikasi
semua informasi, sehingga mereka merasa aman untuk tidak jujur.
1.6. Pengaruh
dari Pihak Lain
·
Saran dari Agen yang Tidak Etis
Terkadang,
agen atau perantara asuransi yang tidak bertanggung jawab bisa menyarankan
calon tertanggung untuk menyembunyikan informasi tertentu agar aplikasi mereka
lebih mudah diterima.
·
Tekanan dari Lingkungan atau Rekan
Seseorang
mungkin didorong oleh teman atau keluarga untuk tidak mengungkapkan informasi
sepenuhnya demi keuntungan finansial.
2. Dampak
Ketidakjujuran bagi Perusahaan Asuransi dan Tertanggung
2.1
Bagi Perusahaan Asuransi
o Meningkatkan risiko klaim yang tidak
sesuai atau fraud.
o Mengganggu proses underwriting yang adil bagi semua
nasabah.
o Potensi kerugian finansial besar jika
klaim diajukan berdasarkan informasi palsu.
2.2 Bagi
Tertanggung
o Penolakan Klaim: Jika ketidakjujuran terdeteksi setelah
klaim diajukan, klaim bisa ditolak dan polis dibatalkan.
o Pembatalan Polis: Polis bisa dibatalkan sepihak jika
ditemukan adanya informasi palsu.
o Masalah Hukum: Dalam kasus penipuan yang serius,
tertanggung bisa menghadapi tuntutan hukum.
3
MENDETEKSI
KETIDAK JUJURAN
Mendeteksi ketidakjujuran saat seseorang mengisi proposal
form asuransi memerlukan pemahaman tentang pola jawaban yang tidak
konsisten, analisis dokumen pendukung, serta pengamatan terhadap perilaku calon
tertanggung. Berikut beberapa cara untuk mendeteksinya:
3.1 Pola jawaban yang tidak konsisten
Pola jawaban yang tidak
konsisten dalam pengisian proposal
form asuransi adalah salah satu indikator penting yang bisa menunjukkan
adanya upaya ketidakjujuran atau ketidaktelitian dari calon tertanggung.
Ketidakkonsistenan ini bisa berupa perbedaan informasi antara satu bagian
dengan bagian lain dalam formulir, atau antara informasi yang diberikan dengan
dokumen pendukung.
Mendeteksi pola jawaban yang tidak konsisten sangat
penting dalam proses underwriting untuk meminimalkan risiko moral hazard
dan penipuan asuransi. Pelatihan bagi tenaga asuransi, khususnya dalam memahami
pola ini, dapat meningkatkan akurasi penilaian risiko dan menjaga integritas
perusahaan.
3.1.1 Jenis Pola Jawaban yang Tidak Konsisten
a. Inkonistensi
Internal dalam Formulir
o
Informasi
Berbeda di Bagian yang Saling Terkait
Contoh:
§ Di bagian satu, pemohon menyatakan tidak memiliki
riwayat klaim sebelumnya, tetapi di bagian lain menyebutkan bahwa properti
tersebut pernah diperbaiki karena kerusakan besar.
§ Pemohon menyebutkan bahwa rumahnya baru direnovasi
dan dalam kondisi prima, tetapi di bagian lain menyatakan bahwa sistem listrik
belum diperbarui selama 20 tahun.
b. Inkonistensi
dengan Dokumen Pendukung
o Data Tidak Cocok dengan Bukti yang Diberikan
Contoh:
§ Pemohon mengklaim kendaraan masih baru, tetapi STNK
menunjukkan bahwa kendaraan tersebut sudah berumur lebih dari 5 tahun.
§ Laporan keuangan menunjukkan pendapatan yang lebih
rendah dibandingkan dengan yang disebutkan dalam formulir asuransi bisnis.
c Inkonistensi
dengan Data Eksternal
o Informasi Berbeda dengan Sumber Resmi atau Publik
Contoh:
§ Pemohon menyatakan tidak tinggal di area rawan
banjir, tetapi alamat yang tertera diketahui berada di zona merah banjir
menurut data pemerintah.
§ Pemohon menyatakan properti tidak pernah mengalami
kerusakan akibat kebakaran, tetapi ada catatan di laporan media lokal tentang
insiden kebakaran di properti tersebut.
d. Perubahan
Informasi Saat Ditanya Ulang
o Jawaban Berubah Saat Klarifikasi
Contoh:
- Awalnya pemohon menyatakan tidak
memiliki penyakit bawaan, tetapi saat ditanya ulang atau diwawancarai
lebih lanjut, mereka mengakui memiliki riwayat hipertensi.
- Ketika diminta penjelasan lebih lanjut
mengenai aset yang diasuransikan, pemohon memberikan detail yang
bertentangan dengan informasi awal.
e Pernyataan
Umum yang Bertentangan dengan Detail Spesifik
o Ketidaksesuaian Antara Pernyataan Global dan
Rinciannya
Contoh:
§ Pemohon menyatakan “semua kondisi properti sangat
baik,” tetapi dalam detail, mereka menyebutkan beberapa bagian bangunan sudah
tua dan belum pernah diperbaiki.
§ Menyatakan kendaraan fully insured tetapi
tidak dapat menunjukkan bukti asuransi sebelumnya.
3.1.2. Penyebab Umum Pola
Jawaban yang Tidak Konsisten
a Ketidaktelitian
atau Ketidaksengajaan
o Pemohon mungkin tidak memahami pertanyaan atau
mengisi formulir dengan terburu-buru.
o Tidak memahami bahwa beberapa informasi harus
konsisten di seluruh bagian formulir.
b Upaya
Menyembunyikan Informasi (Moral Hazard)
o Sengaja menyembunyikan informasi penting seperti
riwayat klaim, kondisi kesehatan, atau usia aset untuk mendapatkan premi lebih
rendah atau menghindari penolakan asuransi.
c Kesalahan
Pihak Ketiga
o Jika formulir diisi oleh agen atau perantara yang
tidak sepenuhnya memahami kondisi calon tertanggung, informasi bisa menjadi
tidak akurat atau tidak konsisten.
3.1.3. Cara Mengidentifikasi dan Menangani Jawaban Tidak Konsisten
a.
Pemeriksaan
Menyeluruh
o
Bandingkan
jawaban di berbagai bagian formulir untuk memastikan konsistensi.
o
Periksa
kesesuaian dengan dokumen pendukung seperti sertifikat properti, laporan
kesehatan, atau dokumen kendaraan.
b.
Menggunakan
Checklist atau Template Evaluasi
o Buat daftar
poin penting yang harus diperiksa untuk konsistensi, misalnya:
§ Apakah informasi tentang riwayat klaim konsisten di
seluruh formulir?
§ Apakah nilai aset yang dilaporkan sesuai dengan bukti
kepemilikan atau estimasi pasar?
c.
Melakukan
Wawancara atau Klarifikasi Tambahan
o
Ajukan
pertanyaan lanjutan untuk mengeksplorasi area yang tampak tidak konsisten.
o
Perhatikan
respons verbal dan non-verbal untuk mendeteksi ketidaknyamanan saat memberikan
klarifikasi.
d.
Menggunakan
Teknologi Deteksi Penipuan
o
Beberapa
perusahaan asuransi menggunakan perangkat lunak fraud detection yang
bisa secara otomatis mendeteksi pola ketidakkonsistenan berdasarkan data
historis.
3.1.4. Contoh Kasus Praktis
a.
Asuransi
Properti
o Formulir: Pemohon
menyatakan bahwa bangunan tidak pernah mengalami kerusakan akibat bencana alam.
o Dokumen Pendukung: Saat survei, ditemukan bekas perbaikan besar
akibat banjir yang tidak dilaporkan dalam formulir.
b.
Asuransi
Kesehatan
o Formulir: Pemohon
menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
o Klarifikasi: Saat diminta pemeriksaan kesehatan tambahan, ditemukan bahwa pemohon
telah mengonsumsi obat untuk diabetes selama 5 tahun terakhir.
c.
Asuransi
Kendaraan
o Formulir: Pemohon
menyatakan kendaraan tidak pernah terlibat kecelakaan.
o Data Eksternal: Catatan bengkel menunjukkan kendaraan pernah mengalami perbaikan besar
akibat tabrakan setahun sebelumnya.
3.2 Analisis dokumen pendukung tertanggung
Analisis
dokumen pendukung tertanggung adalah proses penting dalam underwriting asuransi untuk
memastikan keakuratan informasi yang diberikan dalam proposal form dan menilai
tingkat risiko yang akan ditanggung perusahaan asuransi. Dokumen ini membantu
mendeteksi potensi penipuan, ketidaksesuaian data, atau upaya untuk
menyembunyikan informasi penting.
Analisis
dokumen pendukung tertanggung adalah langkah kritis dalam memastikan integritas
informasi dalam proposal form
dan mengidentifikasi potensi risiko tersembunyi. Proses ini membantu perusahaan
asuransi membuat keputusan yang tepat dalam menentukan premi, syarat polis,
atau bahkan menolak aplikasi jika ditemukan indikasi penipuan.
3.2.1 Tujuan
Analisis Dokumen Pendukung
a.
Verifikasi Keakuratan Informasi
Memastikan
bahwa data yang diberikan oleh calon tertanggung sesuai dengan bukti fisik atau
dokumen resmi.
b.
Penilaian Risiko yang Lebih Akurat
Membantu
underwriter dalam
menentukan tingkat risiko yang sebenarnya, sehingga premi dan syarat polis bisa
disesuaikan dengan tepat.
c.
Deteksi Potensi Penipuan atau Moral Hazard
Mengidentifikasi
ketidaksesuaian atau dokumen yang dimanipulasi untuk tujuan mendapatkan
keuntungan tidak sah.
3.2.2
Jenis Dokumen Pendukung dan Cara Menganalisisnya
a.
Dokumen Identitas Pribadi
·
Contoh: KTP, SIM, Paspor
·
Tujuan
Analisis:
o
Verifikasi
identitas calon tertanggung.
o
Cek
keaslian dokumen (periksa tanda-tanda pemalsuan seperti kualitas cetakan,
hologram, atau tanda tangan).
o
Pastikan
kesesuaian nama dan alamat dengan informasi di proposal form.
·
Poin
yang Dicermati:
o
Alamat
pada KTP harus sesuai dengan lokasi objek yang diasuransikan, terutama untuk
asuransi properti.
o
Tanggal
lahir sesuai untuk produk asuransi jiwa atau kesehatan.
b.
Dokumen Kepemilikan Aset
·
Contoh: Sertifikat tanah, BPKB kendaraan, akta
kepemilikan properti
·
Tujuan
Analisis:
o Memastikan kepemilikan sah atas aset yang
diasuransikan.
o Menilai nilai aset untuk menentukan
besaran pertanggungan.
·
Poin
yang Dicermati:
o Pastikan nama di dokumen kepemilikan sama
dengan nama di proposal form.
o Cek apakah ada hak tanggungan (misalnya,
hipotek) yang mungkin mempengaruhi asuransi.
o Verifikasi nilai pasar aset melalui sumber
eksternal atau appraisal jika diperlukan.
c. Laporan Keuangan (untuk Asuransi Bisnis)
·
Contoh: Laporan laba rugi, neraca keuangan, arus
kas
·
Tujuan
Analisis:
o Menilai stabilitas keuangan dan kelayakan
bisnis tertanggung.
o Menentukan potensi risiko kerugian bisnis.
·
Poin
yang Dicermati:
o Konsistensi antara pendapatan yang
dilaporkan di formulir dengan laporan keuangan.
o Cek apakah ada tanda-tanda keuangan
bermasalah seperti hutang yang tinggi atau arus kas negatif.
o Bandingkan dengan data industri serupa
untuk menilai kewajaran angka.
d. Dokumen Medis (untuk Asuransi Kesehatan/Jiwa)
·
Contoh: Rekam medis, hasil pemeriksaan kesehatan,
surat keterangan dokter
·
Tujuan
Analisis:
o Menilai kondisi kesehatan calon
tertanggung untuk menentukan tingkat risiko.
o Verifikasi klaim bahwa calon tertanggung
tidak memiliki riwayat penyakit tertentu.
·
Poin
yang Dicermati:
o Periksa apakah ada riwayat penyakit kronis
atau kondisi medis yang tidak diungkapkan dalam proposal form.
o Konsistensi antara laporan medis dan
pernyataan tertanggung.
o Cek apakah dokumen berasal dari fasilitas
kesehatan resmi.
e Dokumen
Riwayat Klaim Sebelumnya
·
Contoh: Surat klaim dari perusahaan asuransi
sebelumnya, laporan insiden
·
Tujuan
Analisis:
o Memahami sejarah klaim untuk menilai
potensi moral hazard.
o Menentukan apakah calon tertanggung
berisiko tinggi.
·
Poin
yang Dicermati:
o Frekuensi klaim: Apakah ada pola klaim berulang
dalam waktu singkat?
o Jenis klaim: Apakah klaim sebelumnya
berkaitan dengan risiko yang sama yang ingin diasuransikan?
o Cek konsistensi dengan pernyataan
"tidak ada klaim sebelumnya" dalam proposal
form.
f. Dokumen Teknis atau Spesifikasi (untuk Asuransi
Properti/Kendaraan)
·
Contoh: Sertifikat kelayakan bangunan, laporan
inspeksi, spesifikasi teknis kendaraan
·
Tujuan
Analisis:
o Memastikan kondisi fisik aset sesuai
dengan klaim tertanggung.
o Menilai apakah aset memiliki risiko
kerusakan tinggi.
·
Poin
yang Dicermati:
o Periksa tahun pembuatan atau renovasi
terakhir.
o Cek apakah ada ketidaksesuaian antara
kondisi fisik dan laporan yang diberikan.
o Laporan inspeksi harus berasal dari sumber
yang terpercaya.
3.2.3 Proses Analisis Dokumen Pendukung
a.
Pemeriksaan Keaslian Dokumen
o Gunakan alat atau teknologi seperti watermark detector atau aplikasi
verifikasi digital.
o Bandingkan format dan tampilan dokumen
dengan contoh resmi.
b.
Konsistensi Informasi
o Cocokkan data antara formulir aplikasi dan
dokumen pendukung.
o Cek apakah ada perbedaan yang mencolok
antara apa yang tertulis dan bukti yang disediakan.
c.
Validasi Eksternal
o Hubungi institusi terkait untuk
memverifikasi keaslian dokumen (misalnya, rumah sakit, bank, atau pemerintah
daerah).
o Gunakan database asuransi atau sumber
eksternal lain untuk memeriksa riwayat klaim atau aset.
d.
Analisis Pola Risiko
o Identifikasi pola-pola yang mencurigakan,
seperti klaim berulang atau perubahan signifikan dalam nilai aset dalam waktu
singkat.
o Evaluasi apakah informasi yang diberikan
sesuai dengan profil risiko umum untuk jenis asuransi tersebut.
3.2.4 Contoh
Kasus Praktis
a.
Asuransi Properti
o Kasus: Calon tertanggung mengklaim bahwa rumahnya baru direnovasi
dan dalam kondisi sempurna.
o Analisis Dokumen: Sertifikat kelayakan bangunan menunjukkan
renovasi terakhir dilakukan lebih dari 10 tahun lalu. Survei lapangan menemukan
adanya kerusakan struktural yang signifikan.
o Kesimpulan: Ada ketidaksesuaian informasi yang
menunjukkan potensi penipuan atau setidaknya ketidakjujuran dalam pelaporan.
b.
Asuransi Kendaraan
o Kasus: Pemohon menyatakan mobil tidak pernah mengalami kecelakaan.
o Analisis Dokumen: Laporan bengkel resmi menunjukkan bahwa
mobil pernah mengalami perbaikan besar akibat kecelakaan tahun sebelumnya.
o Kesimpulan: Riwayat kecelakaan disembunyikan untuk
mendapatkan premi yang lebih rendah.
c.
Asuransi Kesehatan
o Kasus: Pemohon menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
o Analisis Dokumen: Rekam medis menunjukkan pemohon rutin
mengonsumsi obat untuk hipertensi selama 5 tahun terakhir.
o Kesimpulan: Pemohon mencoba menyembunyikan kondisi
medis yang dapat memengaruhi premi atau kelayakan asuransi.
3.3 Pengamatan terhadap perilaku calon
tertanggung
Pengamatan
terhadap perilaku calon tertanggung saat proses pengisian surat permohonan penutupan asuransi
adalah bagian penting dari underwriting
untuk mendeteksi potensi risiko moral hazard atau ketidakjujuran. Selain
analisis dokumen dan formulir, perilaku calon tertanggung dapat memberikan
petunjuk tambahan tentang niat dan kejujuran mereka.
Mengamati
perilaku calon tertanggung saat mengisi surat
permohonan penutupan asuransi memberikan informasi tambahan untuk
mendeteksi ketidakjujuran atau potensi risiko tersembunyi. Menggabungkan
pengamatan ini dengan analisis dokumen dan data lainnya akan membantu underwriter membuat keputusan
yang lebih tepat dalam menilai risiko.
3.3.1 Tujuan
Pengamatan Perilaku
a.
Mendeteksi Tanda-Tanda Ketidakjujuran
Perilaku
tertentu dapat menunjukkan bahwa calon tertanggung mungkin menyembunyikan
informasi atau tidak sepenuhnya jujur dalam pengajuan asuransi.
b.
Menilai Keseriusan dan Pemahaman Calon
Tertanggung
Sikap
dan respon mereka bisa mencerminkan seberapa serius mereka terhadap
perlindungan asuransi dan pemahaman mereka terhadap risiko yang diasuransikan.
c.
Meningkatkan Keputusan Underwriting
Menggabungkan
pengamatan perilaku dengan data formal membantu underwriter membuat keputusan yang lebih akurat
terkait penerimaan polis dan penentuan premi.
3.3.2 Aspek
yang Diamati dalam Perilaku Calon Tertanggung
a. Respon
Terhadap Pertanyaan
·
Jawaban yang Terlalu Umum atau Mengambang
o Calon tertanggung menghindari memberikan
jawaban spesifik, seperti menjawab dengan “seingat saya,” atau “saya rasa tidak
ada masalah.”
o Indikasi: Bisa menunjukkan upaya menghindari
memberikan informasi yang jujur.
·
Perubahan Jawaban Saat Ditanya Ulang
o Memberikan jawaban yang berbeda untuk
pertanyaan yang sama saat ditanyakan di waktu berbeda.
o Indikasi: Potensi ketidakjujuran atau ketidaksiapan
dalam memberikan informasi yang konsisten.
·
Keterlambatan dalam Menjawab
o Calon tertanggung membutuhkan waktu lama
untuk merespons pertanyaan sederhana, terutama yang seharusnya mudah diingat
seperti riwayat klaim atau kondisi properti.
o Indikasi: Sedang memikirkan jawaban yang dapat
menyembunyikan informasi tertentu.
b. Bahasa Tubuh (Non-Verbal Cues)
·
Menghindari Kontak Mata
o
Saat
berbicara atau menjawab pertanyaan, calon tertanggung cenderung mengalihkan
pandangan atau tidak menatap langsung.
o
Indikasi: Bisa menjadi tanda ketidaknyamanan atau
menyembunyikan sesuatu.
·
Gerakan Gelisah atau Berlebihan
o Memainkan tangan, mengetuk meja, atau
menunjukkan tanda-tanda kegelisahan saat pertanyaan sensitif diajukan.
o Indikasi: Kegelisahan ini bisa menunjukkan
kecemasan karena tidak berkata jujur.
·
Postur Tertutup
o Menyilangkan tangan atau menjaga jarak
fisik yang tidak biasa selama interaksi.
o Indikasi: Bisa menandakan sikap defensif atau tidak
nyaman dengan pertanyaan yang diajukan.
c. Konsistensi Komunikasi Lisan dan Tertulis
·
Perbedaan Antara Pernyataan Lisan dan Tertulis
o Informasi yang disampaikan secara lisan
tidak sesuai dengan yang tertulis di surat
permohonan atau dokumen pendukung.
o Indikasi: Potensi upaya menyembunyikan informasi
atau kurangnya transparansi.
·
Menghindari Pertanyaan Tambahan atau Klarifikasi
o Calon tertanggung menunjukkan
ketidaksabaran atau enggan memberikan detail tambahan saat diminta.
o Indikasi: Ketidakinginan untuk membahas lebih
lanjut bisa menunjukkan adanya informasi yang disembunyikan.
d. Sikap Terhadap Proses dan Ketentuan Asuransi
·
Terlalu Terburu-Buru untuk Menyelesaikan Proses
o Menunjukkan ketidaksabaran atau mendesak
agar proses cepat selesai tanpa memperhatikan detail.
o Indikasi: Bisa jadi ingin segera mendapatkan
perlindungan sebelum risiko tertentu terjadi atau diketahui.
·
Enggan Memberikan Dokumen Pendukung
o Menolak atau menunda memberikan dokumen
yang diminta untuk verifikasi.
o Indikasi: Potensi upaya untuk menyembunyikan
informasi yang bisa memengaruhi persetujuan asuransi.
·
Terlalu Banyak Menanyakan Detail Pembayaran Klaim
o Fokus berlebihan pada bagaimana klaim akan
dibayarkan, kapan, dan berapa cepat prosesnya.
o Indikasi: Bisa menunjukkan niat untuk membuat klaim
dalam waktu dekat atau potensi fraud.
3.3.3. Teknik
Pengamatan yang Efektif
a.
Wawancara atau Percakapan Langsung
o Lakukan diskusi terbuka untuk
mengeksplorasi informasi lebih lanjut. Perhatikan jawaban dan bahasa tubuh
secara bersamaan.
o Ajukan pertanyaan yang sama dengan cara berbeda
untuk menguji konsistensi jawaban.
b.
Gunakan Pertanyaan Terbuka dan Tertutup
o Pertanyaan Terbuka: “Ceritakan tentang kondisi properti
Anda.”
Memberikan kesempatan bagi calon tertanggung untuk menjelaskan secara rinci.
o Pertanyaan Tertutup: “Apakah properti Anda pernah mengalami
kebakaran dalam 5 tahun terakhir?”
Menguji kejelasan dan konsistensi dengan
jawaban sebelumnya.
c.
Menciptakan Suasana Nyaman
o Hindari membuat calon tertanggung merasa
terpojok. Suasana nyaman membuat mereka lebih cenderung berbicara jujur,
sementara ketidaknyamanan bisa memicu tanda-tanda ketidakjujuran lebih jelas.
d.
Bandingkan dengan Data Eksternal
o Gunakan data eksternal atau informasi dari
survei lapangan untuk memverifikasi jawaban yang diberikan secara lisan.
3.3.4 Contoh
Kasus Praktis
a.
Asuransi Properti
o Kasus: Calon tertanggung mengklaim bahwa rumahnya dalam kondisi
prima.
o Pengamatan: Saat ditanya tentang sistem kelistrikan,
pemohon mulai terlihat gugup dan menghindari kontak mata, serta memberikan
jawaban yang berubah-ubah.
o Analisis: Tanda-tanda ini menunjukkan potensi
adanya masalah yang tidak diungkapkan. Survei lapangan mengonfirmasi bahwa
sistem kelistrikan sudah tua dan tidak sesuai standar.
b.
Asuransi Kendaraan
o Kasus: Calon tertanggung menyatakan mobil tidak pernah mengalami
kecelakaan.
o Pengamatan: Saat ditanya ulang tentang riwayat
servis, pemohon menunjukkan sikap defensif dan tergesa-gesa menyelesaikan
pembicaraan.
o Analisis: Sikap ini mencurigakan, dan setelah
pemeriksaan lebih lanjut ditemukan bahwa kendaraan pernah mengalami kecelakaan
besar yang tidak diungkapkan.
c.
Asuransi Kesehatan
o Kasus: Pemohon menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
o Pengamatan: Saat ditanya tentang penggunaan
obat-obatan, pemohon mulai menunjukkan tanda-tanda gelisah dan mencoba
mengalihkan pembicaraan.
o Analisis: Ini mengindikasikan potensi upaya
menyembunyikan kondisi medis tertentu. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan
pemohon rutin menggunakan obat untuk hipertensi.