Wednesday, 6 August 2025

Memahami Business Continuity Planning (BCP)


 Bencana adalah gangguan serius yang terjadi dalam periode waktu yang relatif singkat, yang memengaruhi berfungsinya suatu perusahaan karena hal itu menyebabkan hilangnya manusia, material, ekonomi, atau lingkungan secara meluas yang melebihi kemampuan perusahaan yang terkena dampak untuk mengatasinya. sumber daya sendiri.

 Dalam dunia akademis kontemporer, bencana dipandang sebagai konsekuensi dari risiko yang dikelola secara tidak tepat. Risiko-risiko ini adalah produk dari kombinasi bahaya dan kerentanan

 

1.          Risiko

Semua perusahaan didirikan dengan suatu tujuan atau sasaran yang ingin dihasilkan sedangkan risiko dapat mengancam aktifitas perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut yang akan mengakibatkan perusahaan tersebut akan gagal memenuhi janji yang telah dibuatnya. Dengan kata lain risiko adalah suatu faktor penting yang harus selalu dapat dikendalikan oleh perusahaan bila tujuan yang ingin dicapai dapat berhasil sesuai rencana.

 Pengelola perusahaan harus memastikan adanya suatu infrastruktur formal di seantero bisnis yang menangani berbagai ancaman yang dihadapi bisnis yang dapat membahayakan kelangsungan aktivitas bisnis, Berikut contoh dampak adanya kecerobohan didalam suatu bisnis.


Risiko adalah keadaan yang  tidak pasti (uncertain situation) tentang kemungkinan terjadinya persitiwa (perils) dan tidak dapat diduga dan kemungkinan timbulnya akibat peristiwa tersebut (consequences), atau dengan istilah lain adalah suatu peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diduga dapat dikategorikan menjadi :

 

-       Risiko fundamental, peristiwa penyebab kerugian di luar kemampuan manusia untuk mengendalikannya,  dan akibat yang ditimbulkan juga bisa sangat luas (katastropik). Contohnya risiko perang, intervensi politik, perubahan sosial, bencana alam, dsb.

-       Risiko partikular, penyebab kerugian masih dalam batas kemampuan manusia untuk mengendalikannya dan akibat kerusakannya (severity) masih dapat dikendalikan. Contohnya kebakaran, pencurian, kecelakaan lalu lintas dsb.

 

1.1    Killer Risk Pada Bisnis

Risiko-risiko yang dapat mengancam kelangsungan bisnis secara keseluruhan, Setiap bisnis mempunyai killer Risks yang berbeda-beda tergantung jenis dan lingkungan usahanya. Killer risk mencakup :

·        Kehilangan ijin usaha

·        Nama baik Merk dagang (brand name)

·        Fasilitas pendukung  misalnya  Kegagalan infrastuktur komputer dan komunikasi, Kerusakan gedung-gedung dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk proses dan Pengantaran.

·        Sumber Daya Manusia (Staf Kunci dan team Kunci ), Dimana kehilangan seorang karyawan, atau sebuah tim dari karyawan kunci , dalam satu kejadian

·        Kemampuan financial Bisnis

·        Kekuatan Kompetitor / Kegagalan untuk inovasi melawan kompetisi

·        Kehilangan bisnis serta kontrol keuangan dalam bisnis

·        Informasi penting, apakah dalam kertas atau dalam data base komputer

·        Tingkat layanan yang rendah

Gangguan Rantai Supplier dan Distributor (material, pasokan listrik, dll)

Risiko strategis yang bersifat Killer Risk

·      Kegagalan untuk inovasi melawan kompetisi

·      Reputasi dan nilai manajemen brand rendah

·      Karyawan dan motivasi performance rendah

·      Manajemen projek  penting rendah

 

Dampak suatu peristiwa / kejadian sangat menjadi perhatiaan bagi Perusahaan yang sangat tergantung pada nama baik Perusahaan serta kwalitas produknya, misalnya: bank, Perusahaan Asuransi, Hotel, Restaurant, Surat kabar,dll. Karena suatu peristiwa yang berdampak buruk pada nama baik Perusahaan atau produk atau layanan akan sangat mempengaruhi usaha dan  masa depan usaha mereka.

 

Ada jenis bisnis yang gampang sekali untuk mendapatkan kembali pelanggan yang hilang akibat terjadinya kerugian namun ada juga jenis bisnis yang sukar bahkan tidak mungkin. Untuk bisnis-bisnis  dengan tipe yang pertama maka mereka akan cenderung bersikap menghindari risiko dibandingkan dengan bisnis tipe kedua.

 

Kehilangan izin usaha dari regulator juga terkadang memiliki dampak yang sangat  berat karena mungkin saja izin itu tidak mungkin lagi dimiliki ( contoh izin dari otoritas Jasa Keuangan) begitu juga Risiko kehilangan Brand Name juga akan berbeda-beda tergantung pada tipe bisnis.

 

1.2       Hal yang harus dilindungi Dalam berbisnis

Hal-hal  yang harus dilindungi oleh Perusahaan dari kerusakan atau kerugian (konsekwensi kegagalan delivery)

 

a). Keselamatan Karyawan:

-    Lingkungan yang mana yang dapat melindungi karyawan dan tamu /pengunjung dari kecelakaan/gangguan kriminal, kriminal dilakukan pihak ketiga dan oleh kenalan

-    Lingkungan yang dapat melindungi karyawan dan tamu / pengunjung dari luka, contohnya perokok pasip, stress, mengganggu dan lainnya

-  Ketersediaan tenaga kerja yang terlatih baik individu atau tim

b).     Asset Perusahaan:

-    Balance sheet assets, Harta Perusahaan yang tercantum didalam neraca termasuk asset milik orang lain yang dipercayakan kepada Perusahaan , misalnya : uang, bangunan, perabotan, kendaraan, dll

 

-    Off balance sheet assets

Mencakup asset-aset yang tidak termasuk dalam balance sheet assets (neraca), seperti:

*   Intelektual assets berupa informasi

*   Reputasi: kepercayaan terhadap bisnis

*   Jaringan  dari pemasok utama

*    Sistem distribusi

*   Pelanggan (customers base)

 

-    Revenue dan cash flow

     Mencakup:

*  Kontrol keuangan termasuk kontrol kredit

*   pemasukan

c). Kepercayaan dalam berbisnis dan nilai dari merek / cap bisnis

d). Menghindari biaya-biaya litigasi (Proses pengadilan)

-    Perijinan dan kepatuhan peraturan yang ada

-    Kontrak kerja

-    Tanggung jawab terhadap lingkungan

-    Denda dan sanksi hukum

-    Biaya pengadilan dari perselisihan dengan karyawan dan pihak  ketiga

-    Tanggung jawab menurut undang-undang

e).   Kemampuan beroperasi untuk melanjutkan dalam menangani bisnis secara efektif dan memenuhi janji-janji dan kontrak (kualitas dan waktu)

-       Kemampuan memenuhi kontrak kerja yang ada.

-       Kemampuan memenuhi kontrak tersebut secepatnya setelah risiko terjadi

-             Kemampuan melanjutkan usaha setelah risiko terjadi

1.3       Ini bukan logika sirkular - ini adalah kebenaran yang mendalam

 

Sekali, Anda seorang pengelola bisnis, mendapatkan ide, sulit bagi Anda untuk fokus pada berbagai faktor risiko yang menyertainya. Seringkali Anda bersiap untuk  melaksanakan ide Anda  dan menghabiskan semua pikiran Anda. Anda memiliki keyakinan penuh bahwa Anda dapat melakukannya. Anda akhirnya membayar sebagian besar perhatian pada hal-hal yang sangat Anda kuasai dan karena itu sudah memiliki tingkat risiko yang lebih rendah.

 

Sayangnya, ini berarti bahwa Anda telah mengabaikan banyak hal yang tidak Anda sadari atau tidak Anda kuasai. Jadi Anda mengabaikannya. Oleh karena itu, menurut definisi,  Killier risk paling mematikan, dalam bisnis  Anda, akan menjadi risiko yang telah Anda abaikan dan bahkan tidak dipertimbangkan.

 

"Risiko paling tak terduga adalah risiko yang tidak kau duga!"

 

Saya tahu ini kelihatannya seperti logika sirkuler dan mencoba menjelaskan masalah yang sangat serius. Tetapi, dalam pengalaman saya, saya telah menemukan bahwa saran apa pun yang menggunakan logika yang benar tentang masalah ini tidak bekerja dengan baik.

 

Tolong perhatikan  dan Pertimbangkan dialog paralel berikut ini:

T1 : “Anda berdiri di tepi sungai lebar dengan arus deras dan ingin menyeberanginya dengan perahu. Apa yang  Anda lakukan? ”Taruh perahu di air.

J2: “Tidak juga! Pertama, Anda harus menemukan perahu ”Tentu saja.

J3: "Setelah Anda menemukan perahu, apa yang  Anda lakukan?" Taruh di air.

J4: "Bagaimana jika perahu itu penuh lubang menganga?" Oh! Iya nih. Berjalan-jalan dan periksa apakah ada lubang.

J5: "Bagaimana jika itu penuh dengan lubang". Perbaiki mereka.

J6: “Tepat. Apakah Anda memperbaiki lubang sebelum Anda memulai atau atau pada saat dalam perjalanan? "Sebelum kita memulai, tentu saja! Akan konyol untuk mencoba pekerjaan perbaikan di tengah jalan.

T7: “Ini kapal tua dan semua lubang mungkin tidak bisa diperbaiki. Apa yang Anda lakukan? ”Jika lubangnya cukup besar dan terutama jika itu di bawah garis air, saya akan meninggalkan perahu ini dan menemukan yang lain.


T9: Kenapa? Karena perahu akan tenggelam pula. Saya tidak cukup bodoh untuk mengambil risiko semacam itu.

J10: “Sekarang kita pergi ke suatu tempat. Jika lubang besar, terutama di bawah garis air sudah diperbaiki tetapi masih ada beberapa lubang yang tersisa? ”Jika lubang yang tersisa kecil dan di atas garis air, maka saya masih bisa meluncurkan. Saya akan mengawasi lubang-lubang itu selama  perjalanan karena air kemungkinan besar berasal dari sana. Dan tentu saja, saya akan memiliki ember yang siap untuk mengambil air dan membuangnya.

T11: “Itu hal yang tepat untuk dilakukan. Bagaimana jika Anda menghabiskan seluruh waktu memoles papan-papan perahu yang dalam kondisi baik dan demi kepentingan waktu, mengabaikan papan-papan yang berlubang itu? ”Itu bodoh. Memoles papan yang jauh baik lebih dan mengabaikan lubang tidak akan meningkatkan kelayakan air perahu. Itu masih akan tenggelam.

 

“saya pikir Anda sudah mengerti. Setelah melakukannya, Anda siap untuk memeriksa kelayakan kapal Anda dan mengurangi kejutan yang tidak terduga. Ini juga secara dramatis meningkatkan peluang keberhasilan. ”

 

Seorang  profesional  dapat meningkatkan peluang keberhasilan sebagian besar dengan membantu Pengelola Bisnis  mengenali dan mengurangi potensi risiko-risiko yang sering diabaikan oleh orang yang didampingi - pada bahaya mereka.

Killer Risk dapat berasal dari mana saja. Ini membantu untuk memperlambat dan mengidentifikasi dan mengurangi semua bidang risiko satu per satu. Itulah satu-satunya cara untuk mengurangi risiko yang tidak terduga




Kerugian Perusahaan akibat  Bencana diilustrasikan sebagaimana gunung es di permukaan laut dimana es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil dari pada ukuran es sesungguhnya secara keseluruhan. Begitu pula kerugian pada Bencana Bisnis kerugian yang "tampak / terlihat" lebih kecil dari pada kerugian keseluruhan, kerugian tak terlihat misal hilangnya pelanggan, hilangnya nama baik (brand name) dan sebagainya.


Dalam hal ini kerugian yang "tampak" ialah terkait dengan biaya langsung misalnya untuk penanganan, perawatan. pengobatan korban bencana tanpa memperhatikan kerugian-kerugian lainnya yang bisa jadi berlipat-lipat jumlahnya daripada biaya langsung pada korban Bencana. Kerugian Bencana yang sesungguhnya ialah jumlah kerugian untuk korban Bencana ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya (material/non-material) yang diakibatkan oleh bencana  tersebut

1.2     Biaya Potensial

Apabila bencana melanda Bisnis anda maka memerlukan  extra cost (perlu biaya yang lebih besar), antara lain :

 

a. Kematian dan kecelakaan

-    Kurang pengetahuan untuk mengurangi kecelakaan kerja , risiko nyata dalam gedung tempat kerja dan mesin,  risiko antara karyawan dan pengunjung.

-    Prosedur penerimaan karyawan kurang memadai dapat menimbulkan risiko karyawan, kurang diberikan latihan dapat berbahaya terhadap teman sejawat dan pengunjung.

-    Staff dalam perjalanan dinas keluar negeri.

 

bKehilangan keuangan atau nilai lainnya.

-    Kehilangan nilai phisik, misalnya : kerugian kebakaran, kecurian, gempa, kriminal, teroris dan kecelakaan lain.

-    Kehilangan Intelektual asset

Informasi dan intelektual properti lain yang digunakan mempunyai nilai yang sangat penting, dapat berupa kertas atau data

 

cKehilangan kepercayaan, kerusakan atau cacat nama perusahaan

-    Khususnya pelanggan potensial memerlukan jaminan  perusahaan yang stabil atau kualitas dan keamanan produknya, misalnya perusahaan penerbangan, perusahaan asuransi, bank,  pabrik makanan, pusat kontrol penerbangan, dll.  Banyak perusahaan yang mengabaikan perlunya reputasinya.

-    Dimana perusahaan kehilangan kepercayaan di pasar dan menderita kerugian besar.  Banyak yang tidak kembali ke pasar dengan kekuatan yang sama,  banyak yang tutup karenanya.

-             Kepercayaan dapat diserang secara khusus bila perusahaan menderita suatu kerugian atau sakit yang mana stakeholder mempertimbangkannya salah satunya dengan mengabaikan manajemen yang baik atau dengan kata lain manajemen risiko yang effektif

d. Tidak diproteksi Asuransi

Tanpa mengetahui risiko-risiko kritis dan penyebab kerusakan yang potensial, pengaturan portfolio pada asuransi harus paling baik. Premi dapat diabaikan. Perusahaan mungkin juga menderita kerugian yang mana tidak diasuransikan atau didapatkan bahwa harga pertangungan dan periode pertanggungan tidak cukup untuk menutup kerugian.

 

1.    Apa itu Business Continuity Planning (BCP)?

Business continuity planning (BCP) adalah proses yang terlibat dalam menciptakan sistem pencegahan dan pemulihan dari ancaman potensial terhadap bisnis. Rencana tersebut memastikan bahwa personel dan aset dilindungi dan dapat berfungsi dengan cepat jika terjadi bencana. BCP umumnya disusun sebelumnya dan melibatkan masukan dari pemangku kepentingan dan personel kunci.

 

BCP didefinisikan melibatkan setiap dan semua risiko yang dapat mempengaruhi operasi bisnis, menjadikannya bagian penting dari strategi manajemen risiko bisnis. Risiko dapat mencakup bencana alam — kebakaran, banjir, atau peristiwa terkait cuaca — dan serangan dunia maya (cyber). Setelah risiko diidentifikasi, rencana tersebut juga harus mencakup:

·            Menentukan bagaimana risiko itu akan mempengaruhi operasi

·            Menerapkan perlindungan dan prosedur untuk mengurangi risiko

·            Prosedur pengujian untuk memastikan mereka bekerja

·            Meninjau proses untuk memastikan bahwa itu terbaru

BCP adalah bagian penting dari bisnis apa pun. Ancaman dan gangguan berarti hilangnya pendapatan dan biaya yang lebih tinggi, yang menyebabkan penurunan profitabilitas. Dan bisnis tidak dapat mengandalkan asuransi saja karena tidak mencakup semua biaya dan pelanggan yang pindah ke kompetisi

 

Business continuity planning (BCP) adalah kombinasi dari:

·     Strategi yang ditetapkan dan prosedur terperinci untuk pemulihan sistem

·     Strategi yang ditetapkan dan prosedur terperinci untuk memulai kembali bisnis

·     Struktur tim formal untuk melaksanakan prosedur yang berlaku dan mengelola krisis

·     Semua pengaturan  tambahan diperlukan untuk mendukung hal di atas

 

Tujuan dari rencana kesinambungan :

·       Percepatan, kontrol tanggung jawab dan kontrol kejadian yang nampak dan akibatnya.(Dapat mengendalikan saat  insiden dan sesudahnya)

·       Kerusakan ditangani sejauh mungkin. (dapat membatasi kerugian)

·       Keamanan dan keselamatan dikembalikan lagi.

·       Kontrol keuangan dan operasi tetap seperti semula, Dapat menilai kerugian dengan akhurat dan dapat segera ditindak lanjuti  / melanjutkan opearsinal bisnis

·        Nilai brand dilindungi.

·        Bertanggung jawab segera Kembali ke bisnis seperti biasa dilakukan.

 

Asumsi yang digunakan dalam menyusun sebuah Rencana kontinuitas:

·     Diasumsikan bahwa semua langkah penyelamatan sudah dilakukan untuk mengurangi risiko

·     Struktur perusahaan tidak bekerja menyusul terjadinya kerugian sehingga membutuhkan adanya sebuah struktur Perusahaan Darurat

·     Peralatan komunikasi berjalan lancar

 

Manfaat Nyata dari Business continuity planning (BCP)

·       Mempertahankan bisnis yang berkelanjutan

·       Kelangsungan layanan utama

·       Mengurangi dan mengelola ketidakpastian

·       Bantuan untuk memenuhi komitmen hukum dan moral

·       Perlindungan terhadap:

-      Kepercayaan staf

-      Aktiva

-      Reputasi

-      Posisi ekonomi

·      Tingkat keamanan yang kuat untuk pemasok dan pelanggan

 

2.2  Memahami Business Continuity Planning (BCP)

Bisnis rentan terhadap sejumlah bencana yang bervariasi dalam tingkat dari kecil ke bencana. Perencanaan kesinambungan bisnis biasanya dimaksudkan untuk membantu bisnis tetap beroperasi jika terjadi bencana besar seperti kebakaran. BCP berbeda dari rencana pemulihan bencana, yang berfokus pada pemulihan sistem  bisnis setelah krisis.

 

Pertimbangkan bisnis keuangan yang berbasis di kota besar mungkin menempatkan BCP pada tempatnya dengan mengambil langkah-langkah termasuk membuat cadangan file komputer dan klien di luar kantor. Jika sesuatu terjadi pada kantor Bisnis, kantor pusatnya masih akan memiliki akses ke informasi penting.

 

Poin penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa BCP mungkin tidak seefektif jika sebagian besar populasi terpengaruh, seperti dalam kasus wabah penyakit.

 

Mengapa Anda Harus Merencanakan Kesinambungan Bisnis (BCP)?

·      Bencana dapat menyerang tanpa peringatan.

·      Merencanakan apa yang harus dilakukan sebelumnya adalah bagian penting dari persiapan.

·      Perencanaan BCP berarti Anda mungkin perlu melakukan lebih sedikit hal.

·      Itu berarti Anda mungkin melakukan hal-hal di lokasi baru.

·      Itu berarti Anda mungkin melakukan hal-hal dengan personil yang berbeda.

·      Apa yang Anda dapatkan pada akhirnya adalah rencana nyata untuk menjaga orang-orang Anda aman, bisnis Anda masih bekerja dan pemulihan Anda aman dan efektif saat Anda melanjutkan operasi normal.

 

2.3  Mengembangkan Rencana Kesinambungan Bisnis

Ada beberapa langkah yang harus diikuti banyak bisnis untuk mengembangkan BCP yang solid. Mereka termasuk:

Analisis Dampak Bisnis: Di sini, bisnis akan mengidentifikasi fungsi dan sumber daya terkait yang peka terhadap waktu. (Lebih lanjut tentang ini di bawah ini.

 Pemulihan: Dalam bagian ini, bisnis harus mengidentifikasi dan menerapkan langkah-langkah untuk memulihkan fungsi bisnis yang penting.

 Bisnis: Tim kesinambungan harus dibuat. Tim ini akan menyusun rencana untuk mengelola gangguan.

 Pelatihan: Tim kesinambungan harus dilatih dan diuji. Anggota tim juga harus menyelesaikan latihan yang membahas rencana dan strategi.

 Perusahaan mungkin juga berguna untuk membuat daftar periksa yang mencakup perincian penting seperti informasi kontak darurat, daftar sumber daya yang mungkin diperlukan oleh tim kesinambungan, di mana data cadangan dan informasi lain yang diperlukan disimpan atau disimpan, dan personel penting lainnya.

 Seiring dengan pengujian tim kesinambungan, bisnis juga harus menguji BCP itu sendiri. Ini harus diuji beberapa kali untuk memastikannya dapat diterapkan pada banyak skenario risiko yang berbeda. Ini akan membantu mengidentifikasi kelemahan dalam rencana yang kemudian dapat diidentifikasi dan diperbaiki.


Perencanaan Sebelum Insiden

·      Penilaian Risiko / Mitigasi / Pencegahan

-       Fisik

-    Logical (Teknologi)

·     Rantai pasokan

-    Manajemen vendor

-    Pengendalian Persediaan

·     Penciptaan Bussiness Contunity Management (BCM)

 -  Respon darurat

 -   Pemulihan bencana

 -   Pemulihan Bisnis

 -   Manajemen Krisis

 

Perencanaan Pada Saat Insiden

·      Pengungsian

 -   Hidup & Keselamatan

·      Manajemen Insiden / Krisis BCM

-    Pemulihan Bisnis

-    Relokasi

-    Memproses

-    Memprioritaskan ulang Produk / Pelanggan

-    Pemulihan Teknologi

-    Pemulihan data

 -   Memproses Pemulihan

 

Perencanaan Setelah Insiden

·     Perbaikan / Pemulihan

·     Pemrosesan Klaim

·     Tingkatkan Produksi

·     Pelajaran yang dapat Dipetik

-    Mitigasi / Pencegahan

 

Rencana BCP harus:

·      Mampu implementasi kapan saja, dengan dan tanpa peringatan.

·      Memberikan kapabilitas operasional penuh untuk fungsi-fungsi bisnis penting selambat-lambatnya 12 jam setelah aktivasi, seringkali lebih cepat.

·      Mampu mempertahankan operasi hingga 30 hari atau lebih lama.

·      Termasuk Pengujian dan Pelatihan yang dijadwalkan secara berkala.

 

2.4  Analisis Dampak kesinambungan Bisnis

Bagian penting dari pengembangan BCP adalah analisis dampak kesinambungan bisnis.

Ini mengidentifikasi efek gangguan fungsi bisnis dan proses. Itu juga menggunakan informasi untuk membuat keputusan tentang prioritas dan strategi pemulihan.

 

Multipilar Energi menyediakan lembar kerja dampak operasional dan keuangan untuk membantu menjalankan analisis kesinambungan bisnis. Lembar kerja harus dilengkapi oleh fungsi bisnis dan manajer proses yang sangat mengenal bisnis ini. Lembar kerja ini akan meringkas yang berikut:

·        Dampaknya — baik finansial maupun operasional — yang berasal dari hilangnya fungsi dan proses bisnis individu

·        Mengidentifikasi kapan hilangnya fungsi atau proses akan menghasilkan dampak bisnis yang teridentifik

Menyelesaikan analisis dapat membantu bisnis mengidentifikasi dan memprioritaskan proses yang memiliki dampak paling besar pada fungsi keuangan dan operasional bisnis. Titik di mana mereka harus dipulihkan secara umum dikenal sebagai "tujuan waktu pemulihan."

 

1.  Recovery plan :

Kalau rencana Kontinutas bertujuan memampukan bisnis melewati bencana maka recovery Plan lebih kepada kelangsungan hidup setelah terjadinya bencana.

 

Recovery plan Adalah petunjuk yang disusun untuk berbagai keperluan darurat krusial yang harus dilakukan setelah terjadinya suatu insiden.

 

Sasaran pokok yang perlu digariskan dalam recovery plan :

·      Membatasi kerusakan mencakup kecepatan pemulihan keamanan dan keselamatan.

·      Mempercepat respon melalui penggunaan sumber-sumber yang dapat diandalkan, kepercayaan, wewenang

·      Menciptakan prioritas proses pemulihan.

·      Menjawab tantangan komunikasi yang baru baik internal maupun eksternal.

·      Memenuhi kebutuhan pelanggan yang mendesak

·      Melindungi brand name

·      Menjaga agar perusahaan tetap berada pada ’marketplace’ seperti sediakalanya.

Disamping untuk mengatasi akibat dari krisis fisik seperti kebakaran dan kerusakan akibat bom,  recovery plan juga perlu untuk menangani berbagai insiden lainnya :

·      Cara Recall kemungkinan produk penting yang tidak aman  di toko dan distributor

·      Cara menangani ancaman tindakan penculikan, ransom (tebusan), perselisihan industri

·      Cara penanganan serangan  / kritikan media masa

·      Cara menangani bahaya / kerusakan  polusi

 

Rencana pemulihan bencana adalah pendekatan terdokumentasi dan terstruktur dengan instruksi untuk menanggapi insiden yang tidak direncanakan.  Rencana langkah-demi-langkah ini terdiri dari tindakan pencegahan untuk meminimalkan dampak bencana sehingga perusahaan dapat terus beroperasi atau dengan cepat melanjutkan fungsi-fungsi penting misi

 

Rencana langkah-demi-langkah ini terdiri dari tindakan pencegahan untuk meminimalkan dampak bencana sehingga perusahaan dapat terus beroperasi atau dengan cepat melanjutkan fungsi-fungsi penting misi. Biasanya, perencanaan pemulihan bencana melibatkan analisis proses bisnis dan kebutuhan keberlanjutan. Sebelum membuat rencana terperinci, perusahaan sering melakukan analisis dampak bisnis (ADB) dan analisis risiko (AR), dan menetapkan sasaran waktu pemulihan (SWP) dan sasaran titik pemulihan (STP).

 

Strategi pemulihan

Strategi pemulihan bencana harus dimulai di tingkat bisnis dan menentukan aplikasi mana yang paling penting untuk menjalankan perusahaan. SWP menggambarkan jumlah target waktu aplikasi bisnis dapat turun, biasanya diukur dalam jam, menit atau detik. STP menjelaskan titik waktu sebelumnya ketika suatu aplikasi harus dipulihkan.


Strategi pemulihan menentukan rencana perusahaan untuk merespons suatu insiden, sementara rencana pemulihan bencana menggambarkan bagaimana perusahaan harus merespons.

 

Dalam menentukan strategi pemulihan, perusahaan harus mempertimbangkan masalah seperti:

·     Anggaran

·     Sumber daya - orang dan fasilitas fisik

·     Posisi manajemen tentang risiko

·     Teknologi

·     Data

·     Pemasok

 

Persetujuan manajemen atas strategi pemulihan adalah penting. Semua strategi harus selaras dengan tujuan perusahaan.

 

Setelah strategi pemulihan bencana dikembangkan dan disetujui, strategi itu dapat diterjemahkan ke dalam rencana pemulihan bencana. 


Related Posts

Memahami Business Continuity Planning (BCP)
4/ 5
Oleh