Tuesday 3 September 2024

602 MANAJEMEN UNDERWRITING PERUSAHAAN ASURANSI (INSURANCE UNDEWRWRITING MANAGEMENT) , MATERI UJIAN AAMAI, ir. sudarno hardjo saparto


 602 MANAJEMEN UNDERWRITING PERUSAHAAN ASURANSI, MATERI UJIAN AAMAI, ir. sudarno hardjo saparto


CHAPTER 1 SELEKSI & DESIGN PRODUCT

 

A.         PENGARUH DARI TUJUAN PERUSAHAAN TERHADAP SELEKSI BISNIS, FINANCIAL TARGET & ETHICAL STANCE

 

STRATEGI MANAJEMEN

 

Merupakan suatu proses penyusunan strategi  perusahaan yang dirumuskan oleh manajemen guna menentukan :

         o   Tujuan, visi & misi serta SWOT

o   Strategi dalam mengembangkan perusahaan baik dari segi pemenuhan kebutuhan karyawan maupun konsumen.

  

PLANNING

         Merupakan penyusunan  metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam manajemen strategi.

 

Melibatkan budgeting proses – accounting prosedur untuk melihat hubungan antara posisi saat ini dengan posisi yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu (gap analysis).

 

 

UNDERWRITING MANAGEMENT

 

Merupakan suatu perencanaan, pengembangan dan control dari suatu portofolio bisnis. Tanpa proses ini maka hasil underwriting yang dicapai dapat dikatakan sebagai akibat “luck” atau “chance”.

 

Proses tersebut meliputi :

         o   Pengembangan suatu produk (niche product atau package product).

o   Menetapkan waktu yang tepat untuk me-lounch produk tersebut

o   Menetapkan price

o   Menetapkan T/C

o   Memonitor perkembangan klaim

o   Mengontrol biaya underwriting

o   Memonitor investasi atas uang premi yang didapat.

 

1.      ROLE OF CORPORATE OBJECTIVES

 

Penetapan strategi yang dapat membutuhkan pemahaman mendalam mengenai perusahaan itu sendiri. Tugas ini ada pada manajemn team yang akan memprediksi secara tepat dan bisa bereaksi cepat didalam menanggapi adanya adanya perubahan strategi dalam U?W yang umumnya akibat adanya perubahan di pasar.

 

Strategi yang digunakan harus sejalan dengan visi dan misi serta budaya perusahaan itu sendiri. Stragei tersebut juga harus fleksibel untuk mengikuti dinamika pasar dimana perusahaan tersebut melakukan aktivitas.

 

Salah satu proses yang paling penting di tahap ini adalah penetapan business selection, apakah bermain di crowded classes atau niche classes. Proses bisiness selection membutuhkan fleksibelitas dalam hal U/W dan marketing guidelines. Hal ini dibutuhkan karena aktivitas mereka juga sangat tergantung pada situasi yang dipasar (market driven).

 

 

2.      ROLE OF FINANCIAL TARGETS

 

Hampir semua underwriter menginginkan biaya akuisisi / produksi dan loss ratio yang rendah karena kombinasi dari kedua variable ini yang dapat meningkatkan profit / keuntungan (NCOR = Net Combined Operating Ratio), yaitu ratio perbandingan antara net written premium dengan akumulasi dari net expenses + net claim + net commission.

 

Dalam kenyataannya, hal tersebut sangat sulit dicapai.

 

a.          LOW CLAIM BUT HIGH EXPENSES

 

Perusahaan baru akan membutuhkan marketing cost yang besar karena introductory cost dan pembelian system komputerisasi. Dalam periode medium, hinga long term, stuasi tersebut akan berubah, karena :

 

o   Competition – market driven – lowering prices

 

o   Premi yang tidak adequate bisa dianalogikan dengan perusahaan yang berhadapan dengan risiko yang lebih tinggi – jika terjadi klaim, maka loss ratio akan lebih besar dibandingkan dengan premi yang adequate.

 

o   Contoh : Premi 100.000 dengan loss amount 20.000 (LR = 20%), sementara premi 80.000 dengan loss 20.000 maka LR = 25%.

 

 Dalam periode medium – long term, pada umumnya perusahaan akan lebih memiliki LR yang lebih baik (stabil) karena prinsip ”law of large number” dan hanya menggarap jenis jenis bisnis yang mereka anggap sebagai niche market.


 

b.         HIGH CLAIM COSTS BUT LOW EXPENSES

 

Pada umumnya situasi ini terjaedi pada medium dan long term. Underwiter sedikit “melonggarkan” kebijakan mereka dalam artian tidak terlalu strict dalam menetapkan T/C dari polis (low expenses). Namun, akibat dari kebijakan tersebut, kemungkinan untuk mengalami klaim dalam jumlah besar akan meningkat (high claim loss).

 

c.          HIGH CLAIM COST & HIGH EXPENSES

 

Dapat terjadi dalam soft market cycle dan pada jenis asuransi kendaraan bermotor dimana klaim dipengaruhi oleh banyak faktor yang seringkali diluar kemamp;uan underwriter, misal recless driving, dll.

 

d.         PENGARUH FINANCIAL TARGET TERHADAP BUSINESS SELECTION

 

Modal yang diberikan oleh Pemegang Sajham akan dituntut untuk menghasilkan ROCE (Return On Capotal Employed) yang menguntungkan. Jenis asuransi yang memiliki small probability to have catastrophe losses akan membawa hasil underwriting yang stabil dari tahun ke tahun. Dengan kondisi demikian, maka level of risk yang ditanggung oleh pemegang saham relative kecil.

 

Jenis asuransi yang memiliki higher risk – menyebabkan pemegang saham memiliki risiko lebih besar sehingga menuntut dihasilkannya bigger profit.

 

Oleh karena itu, untuk risiko yang lebih kompleks maka suku premi harus lebih besar daripada lower risk occupation. Oleh karenanya, seorang underwriter manager harus dapat menghitung akseptasi premium dan loss yang akan didapat sebagai hasil dari menggarap suatu jenis asuransi.

 

Catastrophe losses dapat diminimalisir dengan law of large number dan spread the risk on o some geographical areas.

 

FINANCIAL OBLIGATIONS :

 

·       Perusahaan harus memiliki modal / asset yang cukup guna memenuhi kewajibannya pada saat klaim.

·       Keputusan untuk menggarap jenis asuransi baru tidak akan menyebabkan overall underwriting result menjadi buruk.

·       Dalam property, proses klaim cepat dan dapat diketahui segera jumlah klaimnya – underwriter dapat mengambil kebijakan tertentu dalam UW Guideline – meminimalir probanility of similar loss in future time.

·       Dalam liability, proses klaim bersifat long-tail sehingga harus dibuat IBNR guna menghitung cadangan klaim.

 

 

3. ETHICAL STANCE

 

a.      Etika dalam berbisnis menyangkut kinerja ataupun hubungan perusahaan di dalam suatu market.

 

b.     Etika yang baik akan membawa benefit bagi perusahaan :

 

·       Dalam melaksanakan etika  bisnis dapat timbul beberapa opini dari pihak yang terkait dengan usaha asuransi.

 

·       Misal, asuransi yang menjamin biaya pembersihan lingkungan sebagai akibat dari polusi akibat risiko yang dijamin polis. Bagi pemegang saham, selama premi yang diterapkan mencukupi, umumnya tidak berkeberatan. Bagi Governance, akan beranggapan bahwa indusri asuransi membantu mereka dalam hal pemenuhan perlindunga kepada masyarakat. Bagi Aktivis lingkungam, dapat beranggapan bahwa jaminan ini secara tidak langsung akan mengendorkan perlindungan polusi dari suatu industri.

 

·       Pelaksanaan etika bisnis yang dilakukan perusahaan dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut dan image public terhadap kinerja dan integritas perusahaan. Contoh : keputusan untuk menggarap jenis asuransi yang bersifat high risk – tanpa diikuti dengan UW  guideline yang memadai – loss ratio tinggi – rugi – nilai saham turun. Pelayanan yang baik, cepat dan akurat – image public & dunia usaha baik – penjualan meningkat walaupun rate yang dikenakan mungkin sedikit lebih tinggi daripada market’s rate.

 

c.      Insurer & Ethical Action

 

Ada beberapa factor yang dapat merusak image dari etika berbisnis suatu perusahaan asuransi :

·       Strategi investasi – terutama image dari pemegang saham.

·       Hasil klaim yang buruk (poor loss ratio)

·       Salah dalam menjual / memasarkan produk asuransi yang bersifat sosial / wajib (pension insurance).

·       Penerapan jaminan polis yang lebih sempit dibanding dengan market practise

·       Bangkrut / in-solvancy karena mis-manajemen

·       Harga yang dikenakan terlalu berbeda dengan comman market price, bisa terlalu murah atau terlalu mahal

·       Menolak untuk menjamin tertangung atau suatu jenis usaha tertentu tanpa menawarkan alternative solusinya.

 

d.     Penyebab tindakan unethical dalam berbisnis :

 ·       Perusahaan yang besar mengalami kesulitan untuk mengontrol pelaksanaan bisnis sehari-hari.

·       Pressure yang tinggi dari pemegang saham kepaa BOD untuk mendapatkan profit sebesar mungkin sehingga etika bisnis tidak terlalu dipentingkan, yang lebih penting adalah dapat bisnis dan premi.

·       Staff / karyawan yang tidak / belum mengetahui dampak dari melakukan aktivitas pekerjaan dengan etika baik dengan yang tidak baik.

·       Budaya dari perusahaan itu sendiri

 

e.      Areas of Conflict

 

Kebutuhan akan berbisnis dengan etika yang baik dapat dilihat dari beberapa factor yang erkait dengan dunia asuransi :

  

·       Industry :

 Kebutuhan akan biaya rendah dan pencapaian profit mendorong berbagai asuransi untuk melakukan merger, joint venture, business collaboration, partnership – dapat berjalan dengan sukses jika dilandasi oleh etika bisnis yang baik.

 

·       Raw Material :

 Dalam hal ini adalah Reinsurance. Jika asuransi melakukan bsnis dengan reasuransi berdasarkan prinsip UGF – etika yang baik maka dukungan dan support juga akan bertambah besar.

 

·       Human Resourses :

 

Pada akhirnya, perusahaan akan dijalankan oleh SDM yang dimiliki perusahaan – sehingga harus terus menerus dilatih agar etika perorangan sesuai dengan visi dan misi perusahaan, meningat sifat dan budaya tiap pegawai berbeda.

 

·       Financial Resourses :

 

Asuransi sangat bergantung kepada besaran premium pool yang dapat didapatnya guna mencukupi jika terjadi klaim.

 

·       Customers :

 

Asuransi harus dapat memenuhi kebutuhan nasabahnya, dalam artian : dengar dan serap terms yang diinginkan nasabah – minta data UW yang diperlukan – lalu ikuti dengan proses pembuatan oferring slip yang mencerminkan kebutuhan nasabah dan exposure yang dimilikinya.

 

·       Technology :

 

Berkaitan dengan prinsip mengenal nasabah (PMN) – penggunaan teknologi akan sangat membantu perusahaan asuransi dalam mengetahui nasabah mereka, misalnya : website calon nasabah, ract record dalam bisnis dll.

 

·       Economic Conditions :

 

Berkaitan dengan investigasi klaim yang dicurigai sebagai akibat fraud karena kondisi ekonomi tertanggung yang tidak baik.

 

·       Governance :

 

Pemerintah (Depkeu) sangat aktif dalam merumuskan berbagai kebijakan dalam sector financial termasuk asuransi.

 

·       Socio Economi :

 

Asuransi harus juga memperhatikan iklim budaya dimana kantor mereka beroperasi – agar tidak menyimpang dari adapt istiadat suatu daerah atau Negara.

 

·       Internasional :

 

Sama seperti sosio cultural hanya lebih kompleks karena harus juga mengerti dan mematuhi segala peraturan yang berkaitan dengan financial dan dunia asuransi (joint venture company).

 

·       Conclusion :

 

Etika berbisnis yang baik akan membawa efek positif bagi perkembangan usaha di suatu daerah / Negara. Sebaliknya jika tidak beretika baik akan membawa dampak negative seperti image negative dari public dan penurunan kredibelitas individu / perusahaan.

  

4. SOCIAL STANCE

 

Dalam menjalankan usaha, perusahaan asuransi juga harus memperhatikan unsure social relationship dengan pemerintah atau lingkungan sekitar, antara lain :

 

a.     Economic :

 

Kemampuan berkontribusi perusahaan terhadap kemajuan suatu daerah / negara.

 

b.     Environment :

 

Kemampuan perusahaan asuransi dalam melakukan risk manajement sehingga dapat meminimize sejumlah kerugian misalnya, pollution control dsb.

 

c.      Discrimination :

 

Tidak menerapkan diskriminasi terhadap pegawai dank lien mereka.

 

d.     Personnel :

 

Selalu melihat karyawan seagai asset yang penting dan berharga – mengadakan training, memberikan asuransi kesehatan dan kematian dsb.

 

e.      Product :

 

Menghasilkan suatu produk asuransi yang jelas, transparan dan tidak merugikan tertanggung serta mampu memberikan pelayanan akseptasi dan klaim yang baik.

 

f.      Community Involvement :

 

Berperan aktif dalam kegiatan social pada lingkungan sekitar.

 

B.    GENERAL ECONOMIC THEORY

 

1.     ECONOMIC FACTORS OF PRODUCTION

 

Dalam ilmu ekonomi, ada empat unsure yang berpengaruh terhadap suatu perusahaan yaitu land, labour, capital dan enterprise.

 

    • Labour merupakan factor yang penting karena menyangkut pemberian pelayanan (service) dan pengetahuan terhadap dunia asuransi.

 

    • Capital merupakan modal yang berpera penting dalam artian kapasitas akseptasi perusahaan asuransi. Dengan modal besar maka kapasitas menjadi besar – meningkatkan daya saing dan akseptasi perusahaan.

 

    • Land merupakan lokasi dimana perusahaan beroperasi – penting karena dapat menetapkan strategi produk yang akan dijual, penetapan harga, etika bisnis, pelayanan klaim dsb.

 

    • Enterprise merupakan motivasi, visi & misi, kemampuan untuk menganalisa pasar dengan melihat peluang bisnis dan merubanya menjadi profit.

 

 

2.     INVESTMENT

 

Sumber pendapatan perusahaan asuransi ada 2 jenis yakni Underwriting Result dan Investmet Result. Investasi atas uang premi yang diterima harus dalam bentuk prudent investment dan short period guna mengantisipasi klaim yang terjadi secara tidak terduga.

 

Jika suatu perusahaan asuransi bermain di niche product maka frekuensi klaim akan menjadi kecil sehingga UW dan Investment result akan menjadi baik.

 

C.    IMPORTANCE OF ENTRY & EXIT COSTS

 

1.     MONOPOLIES TO PERFECT COMPETITION

 

Dengan kompetisi di market – lowering the price – lowering the profit, dengan asumsi produk sejenis dan client memiliki akses untuk memperoleh produk tersebut.

 

 

2.     WAYS TO HELP & HINDER NEW ENTRANTS

 

Barier untuk new players dapat masuk kedalam suatu industri adalah :

 

    • Natural Monopoly. Produk asuransi yang hanya dijual oleh satu atau beberapa perusahaan – umumnya diproteksi oleh governance. Misal : Oil & Gas, Credit Insurance dsb.

 

    • Legal restrictions. Berbagai peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencegah kepemilikan dominant dari new players. Missal, saham maksimum dari foreign partner hanya sebesar 80% dari modal disetor.

 

    • Economics of Scale. Menciptakan suatu indutsri yang efisien dan efektif sehingga low cost / expenses. New player butuh early cost yang besar untuk promosi dan membeli system – tidak dapat bersaing dengan existing player – pull out from the market.

 

    • Brand Names. Memberikan jasa asuransi dengan mutu dan pelayanan terbaik, walaupun dengan harga lebih tinggi.

 

    • Advertising. Selalu memasang iklan atas produk asuransi yang dimiliki akan menciptakan image di market sehingga new players tidak terlalu “dianggap”.
    • Skills. Dengan memiliki SDM yang berkualtas dan highly skilled – produk asuransi dan pelayanan akan baik – exixting client tidak akan berpindaj ke new players.

 

    • Establishment Costs. Existing asuransi akan melakuka merger / joint partnership sehingga memperkuat modal, kapasitas dan meningkatkan profesionalisme – susah bagi new players untuk bersaing.

 

    • Reinsurance. Hubungan baik dengan reasuransi akan berdampak pada ketersediaan informasi mengenai potensi pasar di suatu wilayah tertentu. Infomasi tersebut sangat berguna bagi existing players guna mengembangkan usaha mereka semakin kuat dan besar.

 

    • Information technology. Semakin akurat dan canggih system – cost / expenses lebih efisien – daya saing akan meningkat – new players susah untuk berkompetisi.

 

    • Pridatory Pricing. Existing players dapat menurunkan harga demi untuk mempertahankan klien mereka (dapat dilakukan karena mereka telah mempunyai cukup tabungan uang premi dari periode sebelumnya), sementara new players tidak data melakukan hal tersebut.

 

    • Govenance Regulations. Berbagai jenis syarat perizinan yang harus dipenuhi oleh new players, misalnya : inimum capital, financial health dari health office mereka, ketentuan pricing, policy wording dsb.

 

 

3.     LEAVING A MARKET

 

 

Dalam hal perusahaan asuransi menutup usahanya di suatu market maka yang tersisa adalah SDM. SDM ini juga merupakan satu-satunya factor yang dapat berpindah – biaya yang sudah dikeluarkan untuk training akan hilang. Disisi lain, biaya untuk merekrut dan melatih staf baru diperlukan biaya yang besar.

 

 

D.    OTHER FACTORS INFLUENCING THE SELECTION OF CLASSES OF BUSINESS & TYPES OF COVER

 

Ada beberapa factor penting didalam UW stategy yakni jenis asuransi yang akan dipasarkan, territorial scope, T/C & Price dari jenis jaminan tersebut, level of competition pada saat suatu produk mulai dipasarkan.

 

Faktor strategi, finnasial, etika, social, ekonomi dan kompetisi banyak dipengaruhi oleh :

·       Regulasi – peraturan-peraturan MOF yang mengarur tentang segela jenis produk dan aturan mainnya, termasuk RBC (Solvancy Margin), Local retentention, rating terms – compulsory rates (PMK 74/2007), Concellation (concellation notice harus ada disetiap perjanjian asuransi / reasuransi), Policy terms – semacam compulsoryinsurance yang harus dimiliki ole masyarakat, misalnya TPL pada asuransi kendaraan & Employer’s Liability.

 

·       Personel – menyangkut kemampuan teknik dan marketing. Bisnis asuransi merupakan bisnis trust – peran individu sangatlah penting bagi tertanggung dalam menjaminkan risikonya di suatu perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi harus memiliki jumlah pegawai yang cukup untuk melayani konsumen, keahlian tertentu yang sesuai dengan jenis asuransi yang dipasarkan, etika dalam melakukan percakapan telepon dan berkomunikasi dengan metode lainnya.

 

·       Reinsurance – berkait dengan seberapa besar kapasitas yang didapatkan untuk mensupport produk tersebut. Reasuransi berfungsi sebagai Security guna menjamin sustinability dan kemampuan asuransi dalam menjamin suatu risiko – minimum S & P ratings BBB, T/C pada polis tergantung pada luas jaminan yang diberikan reasuransi, besarnya premi reasuransi juga akan menentukan adequate price dari suatu polis.

 

·       Market Agreement – berkait dengan pajak, witholding tax serta unfair contract term. Letter of appointment yang harus dimiliki oleh broker / agen dalam usaha menempatkan risiko di perusahaan asuransi, Contra Preferentum Rule, Concellation Notice, Non-Admitted Insurance – umumnya akan dikenakan withoding tax sebesar 2% dari RI premium & 20% dari brokerage – unless possess COB. Untuk long term agreements – ada aturan besaran diskon yang akan diberikan oleh konsumen.

 

 

E.    SOLVENCY REQUIREMENTS

 

1.     Mimimum Solvency Margin :

 

Perusahaan asuransi harus memiliki adequate financial resourses and a minimum solvency margin untuk menjaga financial asuransi terhadap UW result dana atau invesmen result yang tidak menguntungkan.

 

Admitted Assets harus lebih besar daripada total liabilities – jika tidak, perusahaan asuransi dianggap tidak solven secara tehnis.

 

Bankruptcy terjadi jika liabilities lebih besar daripada nilai assets yang dimiliki perusahaan.

 

2.     Purpose of Solvancy Margin :

 

Menjaga financial condition dari perusahaan asuransi terhadap kerugian yang disebabkan oleh :

 

·        Poor underwriting risk

·        Reserve error

 

·        Inadequate price

·        Not enogh / not qualified RI security

 

 

F.     CONSTRAINTS ON UW PRACTICE IN UK

 

1.     Compensation Schemes – banyak terdapat pada jenis asuransi PA dan liability.

 

2.     MIB. Tujuannya adalah untuk memberi ganti rugi kepada pihak ketiga karena kendaraan yang tidak diasuransikan (klaim di-exclude) dan hit & run case dimana pemilik kendaraan tidak diketahui.

 

3.     Policy Holder’s Protection Board – mengatur jumlah minimum yang tetap harus dibayarkan asuransi kepada nasabahnya dalam hal asuransi tersebut bankrupt dan insolvent.

 

4.     Ombudsman Scheme. Lembaga independent yang menengahi disputes antara asuransi dan tertanggung, keputusan mengikat penanggung tetapi tidak mengikat tertanggung, digantikan oleh Financial Services Ombudsman yang berada dibawah FSA.

 

 

G.    AUTHORIZATION OF INSURERS

 

Lembaga yang berhak mengontrol dan mengawasi segala hal yang berhubungan dengan kegiatan asuransi adalah pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh MOF. Karena asuransi men\yangkut uang premi yang bersumber dari masyarakat umum – sehingga harus diawasi agar dapat digunakan dengan baik dan benar.

 

H.    REQUIREMENTS OF COMPULSORY INSURANCE

 

1.     TPL Under automobile insurance

 

2.     Employer’s Liability Insurance – reasonable care, enactments, actions following a claim to improve the risk, etc.

3.     Other Compulsory Covers – nuclear installations, shipping company against oil pollution, Fidelity Guarantee, Space risks against TPL, Professional Indemnity for certain occupation.

 

I.      MARKET RESEARCH

 

Insurance marketing program terdiri dari beberapa langkah :

 

1.     Market research untuk menentukan demand di market – collection of some data and information.

 

2.     Product Development – membuat produk asuransi yang sesuai dengan permintaan pasar.

 

3.     Pricing fix untuk mendapatkan adequate premium dari peroduk tersebut.

 

4.     Advertising & Promotion untuk memperkenalkan produk tersebut ke masyarakat luas.

 

5.     Distribution – menentukan jalur pemasaran yang tepat, misalnya agen, broker, bank, leasing dsb.

 

4 P’s : Product, Price, Promotion & Place. Selain 4 P’s ada beberapa factor lain yang juga menunjang kesuksesan marketing yakni : successful market research, always try to meet customer demands, segmentasi pasar yang jelas.

 

Market Analysis :

 

·       Life Cycle Needs dengan melihat kemampuan daya beli masyarakat yang dikaitkan dengan usia produktivitas dari suatu masyarakat.

 

·       Psychographic factors denga melihat gaya hidup dari suatu masyarakat – dapat melihat jenis kebutuhan mereka.

 

·       Social Class Segmentation dengan membuat segmen / klas / strata didalam masyarakat yang tujuannya untuk membuat berbagai produk yang tepat sasaran.

 

Positioning :

 

Untuk mendapatkan tempat di masyarakat – harus unik dan memiliki perbedaan (positive side), missal product differentiation, services differentiation, LOL yang besar dan unilimeted during insurance period, territorial wordwide incl. its jurisdiction, etc.

 

J.     CHARACTERISTICS & OPERASTION OF DISTRIBUTUON CHANNELS

 

·       Direct sales force meliputi sales / agen yang bekerja untuk asuransi dan mewakili kepentingan asuransi.

 

·       Direct selling denga metode penjualan asuransi lewat internet, mailing, newspaper advertising.

 

·       Independent Intermediaries melalui broker yang mewakili kepentingan tertanggung – banyak dibutuhkan untuk risiko yang commercial class.

 

·       Bancassurance dengan memanfaatkan jaringan nasabah suatu bank untuk juga menawarkan produk asuransi.

 

 

K.     ENTRY INTO INTERNATIONAL MARKET

 

1.     Features of Global Market.Concept of global money and deregulation of markets + development of IT

 

2.     Rik Assessment. Suatu perusahaan multi nasional harus selalu meneliti perkembangan lingkungan usaha untuk menjamin bahwa asumsi dasar masih tetap relevan. Contoh, sector moneter suatu Negara, situasi politik, infrastruktur, system perpajakan, masalah tenaga kerja dan peraturannya, jenis aturan perasuransian.

   

3.     Entry Strategies. Memperkerjakan agent local, menempatkan representative perusahaan disuatu Negara, membentuk joint venture, mengakuisisi local company dan membuka cabang disuatu Negara.

 

L.    AUTHORIZATION OF INTERNATIONAL BUSINESS

 

1.     Legal Requirement, menyangkut pengalaman dan keahlian dari para BOD dan managrs, memperoleh izin untuk memasarkan produk jenis asuransi tertentu.

 

2.     Location of head Office.

 

3.     Contents of Application, meliputi permodalan, minimujm assets dan guarantee, kemampuan independent managerial sebagai branch office – UW, issue policy, manage claim etc.

 

M.   SPECIAL REQUIREMENTS OF GLOBAL INSURANCE PROGRAMMES

 

Issuess to Consider :

·       Jaminan asuransi harus sesuai dengan aturan yang berlaku disuatu Negara misal besar limit liability, prosedur klaim, dsb (local cover).

·       Local insurance tax

·       Local Requirements, ada beberapa jenis asuransi yang bersifat wajib dan hanya dikelola oleh perusahaan asuransi milik Negara.

·       Exchange Controls. Masalah ekonomi yang stabil dari suatu Negara akan menentukan nilai tukar daripada mata uang Negara tersebut – berpengaruh pada saat klaim terutama untuk foregn currency’s sum insured.

·       Local documentation. Untuk dapat bekerjasama dengan institusi dalam negeri, harus membuat kontrak perjanjian berdasar aturan dalam negeri.

·       Admitted Insurer – licensed insurer in a country.

·       Non-Admitted Insurer – Non licenced insurer in a country but can do businesses.

 

 


 

 

CHAPTER 2 MENETAPKAN KEBIJAKAN UNDERWRITING

  

Umumnya pada organisasi besar, tujuan (visi) utama mereka dapat dilihat dari produk yang ditawarkan. Tidak ada satupun cara untuk menetapkan dan memperbarui kebijakan underwriting. Langkah awal penetapannya adalah berdasarkan tujuan perusahaan yang telah dibuat oleh TOP manajemen dengan persetujuan BOD. Manajemen underwriting dilakukan untuk menghasilkan bisnis yang sesuai dengan visi perusahaan. Kebijakan underwriting yang sudah ada akan direview secara berkala, tapi akan membutuhkan perhatian khusus pada tingkatan rencana bisnis untuk mengukur bahwa kebijakan underwriting sejalan dan mendukung rencana tersebut.

 

 A.  PEMBUATAN KRITERIA KEBIJAKAN UNDERWRITING

1.   KETENTUAN POLIS

Manajemen underwriting mengukur bahwa produk asuransi sesuai dengan philosopi dan kebijakan underwriting perusahaan. Produk tersebut juga harus memenuhi syarat bisnis asuransi terutama saat pertemuan tentang kebutuhan pemegang polis dan memperoleh hasil yang seimbang antara resiko dan premi yang diterima. Ketentuan Polis juga harus memenuhi peraturan dan syarat etika yang dipersyaratkan.

 

Kriteria tepat guna yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

 

a.   KETENTUAN POLIS STANDAR

Semua Asuransi memiliki wording polis yang standar (normal) untuk masing-masing COB.

 

Wording harus dipahami dengan baik oleh perusahaan asuransi dan pasar secara umum, bahwa di dalam wording ada penjelasan tentang hal apa saja yang dicover. Perusahaan Asuransi juga harus yakin bahwa mereka bisa memperediksi secara akurat, seperti tentang hubungan antara pengalaman klaim dan cover yang diberikan.

 Beberapa polis yang standar ditulis pada modul yang menyediakan cover yang berbeda. Contohnya asuransi rumah tangga memisahkan section untuk building, content, personal accident, pendingin makanan, sepeda dan lainnya dengan pilihan cover jika disetujui.  Seperty halnya Polis Standar Perjalanan mencakup PA, Medical Expenses, Bagasi, dan Biaya Pembatalan.

 

b.   KLAUSULA-KLAUSULA POLIS

Polis membandingkan beberapa bagian termasuk endorsement dan warranties. Hal ini memberikan kontribusi untuk memaparkan kontrak secara keseluruhan. Ada 4 elemen kunci yang mendefinisikan kriteria utama dari polis, yaitu :

 

1.     OPERATIVE CLAUSE

klausula ini mendefinisikan kontrak dan perluasan covernya, yaitu:

o   Objek pertanggungan

o   Risiko yang dijamin,

o   Periode asuransi,

o   Ketentuan untuk membayar premi.

 Sebagai contoh :

o   Asuransi building dan contents dicover dalam polis property,

o   Luka badan pemegang polis, atau orang lain dan bagasinya dalam polis perjalanan

o   Supir yang diperkenankan, kendaraan serta isinya dalam polis kendaraan bermotor.


2.   EXCLUSION CLAUSE

 

Pada klausula ini tampak batasan apa saja dari polis yang tidak akan diganti oleh asuransi, seperti risiko perang atau kerugian yang sudah ada/terjadi.

 

3.     CONDITION CLAUSE

 Klausula ini menjelaskan tugas dan kewajiban pemegang polis. Kriteria underwriter dalam menetapkan hal ini mencakup keadilan, praktek pasar dan kebutuhan untuk mengukur kerjasama/kewajiban pemegang polis dalam rangka mengurangi atau menghindari kerugian. 

 

4.     SCHEDULE

 

Dalam poin ini dijelaskan hal utama yang ada di polis (nama dan alamat pemegang polis) dan nilai pertanggungan atau batasan penggantian bersama dengan nilai preminya.

  

c.   VARIASI DALAM KETENTUAN POLIS

Untuk alasan kepraktisan dan administrasi, kebijakan hanya akan ditetapkan untuk risiko yang besar. Untuk yang volume bisnisnya besar pada tingkat premi rata-rata yang rendah, asuransi akan menggunakan wording yang standar. Walau bagaimana pun, akan ada risiko yang diluar target kriteria underwriter, tapi untuk ketentuan yang standar tetap diprioritaskan. Dalam kasus yang berbeda dapat menggunakan endorsement, warranties, excesses atau deductible yang sesuai dengan nilai preminya.

 

2.  EXCESS, DEDUCTIBLES, LOADINGS AND INCENTIVES

a.     POLICY EXCESS

o   Pemegang polis setuju untuk menangung sejumlah klaim pertama untuk manfaat bersama antara tertanggung dan penanggung.

 

o   Voluntary Excess : dapat menurunkan premi dengan cara mengeliminasi klaim-klaim kecil, yang mengurangi biaya klaim dan administrasinya.

  

o   Compulsory Excess : diaplikasikan agar penanggung menjaga preminya tetap bersaing dengan cara megecualikan frekuensi tinggi, misalnya : klaim windscreen dana MV.

 

o   Compulsory Large Excess : dapat secara aktif melibatkan pemegang polis dalam klaim dan merubah perilakunya.

 

b.     POLICY DEDUCTIBLES


Synonim dengan Excess.  Ketentuan Deductible kadang-kadang digunakan sebagai pengganti Excess pada banyak jumlah lebih besar dan penurunan premi otomatis.

 

c.  PREMIUM  LOADINGS

 

Ketentuan polis standar atau normal sudah didiskusikan.  Dengan menentukan tingkat risiko pada cover standar maka benchmark (perbandingan) menjadi ada.  Membangun benchmarkin ini menjadi bagian penting dalam proses underwriting.

 

Ketentuan standar atau premi normal kadang tidak tepat guna pada bahaya rendah, sebagai contoh kantor berbahan kayu menjadi lebih tinggi risikonya jika tidak bersih/rapih dan harus dibebankan premi tambahan.

 

Contoh lain adalah kendaraan bermotor yang sudah dimodifikasi, gaya hidup, kilometer jelajah kendaraan.

 

Kesimpulannya, pembebanan tambahan premi adalah merefleksikan penaksiran underwriter terhadap kenaikan bahaya atau risiko dibanding premi pada resiko normal dan standar.

 

c.      INCENTIVES

 

Untuk menarik nasabah baru atau mempertahankan nasabah yang ada. Seluruh insentif menaikkan biaya namun dijustifikasi dengan menawarkan suatu nilai yang meminimalkan biaya sejauh konsisten dengan tujuan perusahaan.

 

Misalnya :

                     o   Long Term Agreement (LTA)

 

o   No Claim Discount (NCD), jika tidak membuat ’at fault’ claim, diberikan dalam ’sliding scale’, discount 65% terhadap premi normal adalah biasa pada jenis kendaraan tertentu.  NCD membuat pemegang polis lebih berhati-hati.

 

o   Profit Commission, diberikan kepada perantara jika membuat keuntungan secara underwriting.

 

o   Volume Commission, diberikan kepada perantara jika mencapai volume bisnis(penutupan), namun underwriter harus extra hati-hati karena dapat memicu perantara mengarah ke hal yang merugikan secara underwriting.

 

o   Free Gifts, Misal jam meja, jam tangan, pulpen, tempat kartu kredit; dimana pembelian secaa bulk menjadi rendah.  Tidak secara langsung mempengaruhi pendapatan premi.

 

3.   FIRST LOSS INSURANCE

 

·       Digunakan dengan pertimbangan bahwa kerugian terjadi dari risiko dijamin jumlahnya tidak akan lebih dari presentase kecil terhadap total value at risks. Contohnya : bangunan bersejarah akan di-replace dengan yang modern berkonstruksi lebih murah jika terjadi total loss.

 

·       Meskipun penangung setuju untuk limit sum insured, tertanggung tetap harus mendeklarasikan full value at risks dan biasanya tercantum dalam polis.  Sejak penanggung menyetujui penurunan sum insured, conventional average tidak dapat diaplikasikan.

 

·       Penerapan tarip premi disesuaikan dengan kondisi first loss ini, mengikuti loss-nya sum insured dapat di-reinstate melalui penambahan premi.

  

4.  SCHEME UNDERWRITING

             Sebuah fitur pasar asuransi personal untuk kelompok-kelompok :

 

·       National Trusts,

·       customers of banks,

·       perkumpulan

·       pelanggan supermarket

·       orgaisasi komersial lain.

·       Beberapa broker asuransi mengoperasikan Scheme untuk kelompok, dengan mendisain paket dan menempatkan kepada satu atau lebih penanggung.

 

Perbedaan penting pada Scheme Underwriting dibanding Normal Portfolio Underwriting :

 

·       Basis Konsumen lebih dapat didefinisikan dibanding produk umum.

 

·       Organisasi yang penawarkan Produk Scheme harus sesuai pelanggannya sebagai sumber tertanggung asuransi.   Misal : pelanggan supermarket jarang membeli produk kompleks misalnya Professional Indemnity.

 

·       Harus menjadi patner yang sesuai bagi penanggung. Harus memiliki image yang sesuai dan mendemonstrasikan tingkat komitmennya.

 

·       Jumlah populasi customer potensial adalah krusial.

 

·       Unique selling points harus dipertimbangkan hati-hati. Dilema bagi penaggung :

 

o   Kemungkinan mengganggu customernya yang lain (mencakup scheme yang lain).

  

o   Menyaingi customer-nya yang lain.

 

·       Biaya, mencakup benchmarking dengan standar tarip dan biaya akuisisi.

 

 

B.    HAMBATAN INTERNAL DAN EXTERNAL DALAM KEBIJAKAN    UNDERWRITIING

 

1.   SCOPE OF COVER

 

Hambatan External

 

Terdapat empat kondisi ‘Implied by Law’  pada objek pertanggungan :

 

o      Tertanggung memiliki kepentingan yang dapat diasuransikan

o      Kedua belah pihak telah melakukan Utmost Good Faith dalam negosiasi kontrak

o      Nyata adanya

o      Dapat diidentifikasi

 

ABI (1986) bahwa Penanggung tidak menolak klaim, secara khusus didasari oleh non-disclosure atau misrepresentation, kecuali :

 

o      Hal tersebut adalah sebuah Material Fact

o      Hal tersebut adalah fakta dalam pengetahuan proposer (tertanggung)

o      Hal tersebut adalah fakta yang mana proposer (tertanggung) dapat dengan beralasan diharapkan menyajikan.

 

Akhirnya, karena peraturan maka asuransi harus memiliki izin produk.  Asuransi dapat mengajukan izin produk baru tetapi juga mengajukan ulang seluruh peoduk yang sudah mendapatkan izin.

                

Hambatan Internal

 

Asuransi harus memliki pengalaman yang luas selama beberapa tahun, diperiksa dengan beberapa parameter pada setiap jenis asuransi.  Jika ingin mencoba jenis asuransi baru karena memiliki kesempatan pada segmen tersebut, maka dapat mendapatkan sumberdaya melalui ‘buy in’ expertise.

 

Dua hambatan signifikan yang lain :

 

o      Pimpinan perusahaan tidak bersedia menutup class of bisnis baru biasanya karena keseimbangan resiko dan preminya tidak mencukupi dibanding modal tersedia.

 

o      Kurangnya bukti positif dari kecukupan permintaan utnuk sebuah penutupan.  Misal Satellite Insurance.

             GROSS ACCEPTANCE POLICY

 

Kriteria Gross Acceptance adalah bagian strategy mengendalikan aggregate moneter dari risiko terhadap modal (dana pemegang saham atau batas solvabilitas).

 

Gross Acceptance Criteria melintasi tatas antara aggregate pengendalian risiko dan pengendalian kebijakan underwriting.

 

Perbedaan criteria akseptasi  berbeda diantara jenis asuransi, berbeda teritori, berbeda diantara produk.  Sebagi contoh mendisain polis MV untuk supir usia diatas 50 tahun, tidak boleh diaksep untuk yang di bawah 50. Semata untuk menjaga portfolio tersebut dengan jelas diidentifikasi tentunya dengan maksud menjaga keunggulan kompetitif.

 

Contoh lain adalah tidak mengaksep risiko Commercial Liability pada Tertanggung yang menggunakan Panas, dengan maksud mengurangi resiko klaim besar.

 

Kebijakan Gross Acceptance  dapat berupa :

o   Limitasi territorial

o   Batasan sum insured (line limits) setiap resiko

o   Limitasi sum insured setiap zone

o   Maximum indemnity limit per insured event

o   Maximum annual aggregate limit of indemnity

o   Limi EML sebagai persentase dari sum insured

o   Batasan resiko dapat diproses diterima, berdasarkan produk, personal atau komersial pelanggan dengan perbedaan atribut (usia, okupasi, klasifikasi perdagangan, dll)

 

 

2.   LIMITS OF COVER

 

Hambatan external

 

Hambatan external paling penting adalah persyaratan bagi seluruh penjamin untuk menjaga kecukupan sumber keuangan dan selisih minimum dalam kemampuan membayar hutang sebagai tindakan preventif munculnya hasil keuangan yang buruk. Tingkat kemampuan mambeyar hutang (solvency) di United Kingdom ditentukan mengacu pada aturan DTI, dengan membandingkan net asset penjamin terhadap margin solvency minimum yang dibutuhkan.

 

 

Hambatan internal

Hambatan internal muncul dari limit kapasitas, berlakunya program reasuransi dan keahlian untuk menyediakan perluasan jaminan. Hal ini dapat diatasi apabila terdapat kasus binsis yang berkelanjutan, tetapi kemungkinan tidak dalam jangka waktu pendek. Manajemen underwriting akan mengatur batasan spesifik untuk kebijakan underwriting dalam hal nilai pertanggungan gross dan net, EMLs dan batasan penggantian.

 

3.  MARKET POSITION

 

Hambatan external

 Hambatan external muncul dari adanya kompetisi pasar dan posisi penjamin didalam pasar tertentu ataupun pasar segmen. Jika penjamin memegang posisi dominant dalam pasar, ekspansi lebih lanjut akan membuktikan sulitnya melihat perkembangan yang telah dibuat dan kecenderungan pasar untuk beroperasi melawan monopoly. Jika penjamin lain atau beberapa kelompok kecil penjamin lainnya mendominasi pasar tertentu, terobosan masuk kepasar akan membutuhkan penjaminan yang lebih lengkap, rate yang lebih baik, atau layanan yang lebih baik (ataupun kombinasi dari ketiga hal tersebut).

 

Hambatan internal

 

Hambatan internal pada dasarnya diambil dari kekuatan dan keefektifan fungsi pemasaran dan jangkauannya yangmana terintegrasi dan berhubungan dengan fungsi underwriting.

 

4.  PERTUMBUHAN BISNIS BARU

 

Hambatan external

 

Hambatan external disebabkan karena adanya persyaratan solvency, bersamaan dengan kekuatan kompetisi. Kegagalan apapun untuk mendemonstrasikan kecukupan kekuatan keuangan, kompetensi tenaga ahli dan administrasi dapat juga menyebabkan intermediaries (perantara), manajer risiko dan konsumen menghentikan bisnis baru dengan sebuah perusahaan.

 

Hambatan internal

 

Hambatan internal dapat muncul dari hal-hal berikut ini :

 

·       Adanya pembatasan dalam underwriting (penentuan harga dan klausula) dibandingkan dengan competitor / pesaing.

·       Kurangnya pemasaran yang efektif atau akses untuk distribusi penyebaran.

·       Performa penjualan yang buruk baik oleh penjualan langsung ataupun melalui perantara.

·       Keputusan yang terlalu hati-hati dalam penolakan akseptasi karena rata-rata risiko pada lokasi geogrifis tertentu (contohnya gempa bumi) atau dengan pembagian tipe konsumen (contohnya pengemudi muda).

 

C.  HUBUNGAN DALAM FUNGSI MANAJEMEN KLAIM

 

Hubungan antara klaim dan fungsi manajemen underwriting seharusnya ialah wajib bukan pilihan. Manajemen underwriting tidak dapat dihindarkan akan terlibat dengan beberapa fungsi organisasi termasuk personalia, keuangan. IT, marketing, survey risiko dan perbaikan, dan penjualan. Hubungan antara manajemen UW dan Klaim adalah Pivotal.

 

Sifat khusus fungsi klaim pada pengalaman langsung implementasi kebijakan underwriting di tingkat konsumen.  Saat klaim terjadi dapat memonitor :

 

  • Karakter klaim, khususnya yang tidak tercakup dalam IT systems
  • Bagaimana keefektifan kebijakan underwriting diimplementasikan
  • Customer yang dikecualikan atau klaim diatas rata-rata
  • Wording polis yang tidak mengantisipasi klaim
  • Pelayanan nilai tambah yang tidak tepat guna

 

Petugas klaim dapat memberikan pemberitahuan dini pada adanya pengalaman buruk klaim pada suatu polis misalnya klaim menjadi dapat diperkirakan bakal terjadi atau kurangnya pemeliharaan; ini dapat menjadikan tidak dapat diperpanjang atau batasan perpanjangan dan/atau kenaikan premi.

 

Penting juga membuat kebijakan jelas pada kebijakan klaim ex-gratia, guna menjamin :

 

  • Claimants merasa telah diperlakkan secara adil
  • Penaggung (juga Reasuradur) puas karena pembayaran justified
  • Keseluruhan pendekatan adalah konsisten

 

Fungsi manajeman klaim dapat membangun dan menyempurnakan kebijakan UW, menggunakan pengalaman dari kenyataan klaim-nya.

 

 D.  PENAKSIRAN RISIKO

 1.   KLASIFIKASI DAN KATEGORI RISIKO

     UW menguntungkan tergantung pada akurasi penaksiran resiko, sehubungan dengan : class of business,     derajat frekuensi dan severity, dan biaya potensial klaim.

 

Membutuhkan sumber data :

 

·       Internal : kebijakan dan catatan klaim

·       External : meteorological data

 

Data harus memenuhi untuk membuat keputusan dan harus tersedia dalam format yang dapat dikelola, misalnya pengelompokan material fact kebakaran, material fact kendaraan.

 

ABI telah membangun kode-kode untuk penyederhanaan proses. Pembuatan klasifikasi harus merepresentasikan gambaran yang lengkap dan jelas.

 

2.   KRITERIA AKSEPTASI DAN PERPANJANGAN

 

Penanggung harus mengidentifikasi syarat dan kondisi dimana dapat menerima polis baru atau memperpanjang polis existing.  Underwriting Guidelines dibuat untuk resiko komersial, sedangkan untuk personal line lebih banyaj pada proses underwriting terkomputerisasi.

 

Penangung mengatur parameter akseptasi

Agar menjamin portofolio yang sehat diperlukan audit rutin baik akseptasi baru maupun perpanjangan.

   

  1. KRITERIA PREBAIKAN RISIKO DAN SURVEY

 Penanggung harus memiliki system yang memeriksa informasi pada dokumentasi proposal adalah akurat dan lengkap, mekanisme validasi tersebut adalah Survey.  Penanggung harus membuat criteria untuk survey termasuk ukuran resiko yang membutuhkan survey.

 

Survey merepresentasikan kesempatan penanggung bekerjasama dengan tertanggung guna memperbaiki resiko, agar dapat diterima resikonya, juga surveyor dapat mendiskusikan fitur-fitur yang mana dapat bervariasi guna manfaat bersama antara penanggung dan tertanggung.

 

Kriteria survey secara regular ditinjau dan diperbaharui karena perhatian pada tipe resiko yang dapat secara khusus dapat meningkat, misalnya pada okupasi kantor terlihat seperli resiko rendah, namun resiko pencurian terhadap pencurian peralatan mahal computer dapat naik.

 

Laporan survey tidak hanya menjamin perbaikan resiko terlaksanan, tetapi juga pengetahuan dimana resiko secara khusus terkella dengan baik dan adanya penurunan tarip tepat guna untuk menahan bisnis.  Survey setelah kerugian  menawarkan kesepatan hebat pada penanggung untuk dapat mengaksep, tetapi juga bahwa value at risks direpresentasikan utuh dan luas jaminan tepat guna.

 

 

E.    IDENTIFIKASI EXPOSURE PADA RISIKO TUNGGAL DAN KEJADIAN TUNGGAL

 

Penting untuk mempertimbangkan dampak potensial dari sebuah resiko tunggal maupun sebuah kejadian.  Potensial akumulasi resiko selama setahun harus didefinisikan untuk keputusan objektif.

 

F.  PENGARUH  YANG BERLAKU UMUM DI PASAR

 

Kebijakan UW berdasarkan proses peninjauan dan perubahan.  Beberapa aspek masih konstan mencerminkan filosofi organisasi.  Prubahan terjadi sebagai perubahan lingkungan dan perilaku pasar.

 

Dua spesifik yang menandai perubahan adalah siklus perilaku pasar secara umum dan perilaku bisnis dari satu atau lebih kompetitor besar :

 

1.   DAUR  ASURANSI

 

Industri asuransi beroperasi dalam penampakan bersiklus.  Kalau tahun ini banjir makas tahun depan mugkin kebakaran.

Market disebut KERAS ketika tarip beranjak naik dan penanggung dapat memilih bermain di bisnis baru yang mana.  Kualitas resiko jelek sulit ditempatkan, dika diaksep syaratnya sangat berat.

 

Market LUNAK, adalah dimana banyak lebih kapasitas daripada permintaan, dan penanggung harus berkompetisi keras untuk bisnis yang tersedia.  Rate jatuh dan pemegang polis dapat menutup dengan syarat yang diinginkan olehnya ataupun perantara daripada mengikuti keinginan asuransi.  Perbaikan resiko menjadi sulit dicapai dan resiko dengan

 

sejarah buruk dapat diaksep oleh underwriter guna pencapaian target, jika tidak cukup pengendalian manajemen.

 

2.  AKTIFITAS PESAING

 

Mengikuti siklus asuransi, pesaing secara aktif menyesuaikan objective bisnisnya, seringkali terjadi strategi membalas.  Penting untuk waspada pada sifat kompetisi ini, mencakup kondisi polis dan harga, sehingga keputusan dapat dibuat guna menjaga bagian relevan dari kebijakan UW atau menambahkannya guna mengatisipasi persaingan.

 

G.  PENGARUH EML PADA KEBIJAKAN UNDERWRITING

 

Pengelolaan UW harus setiap waktu memonitor dan mengendalikan kejadan EML untuk setiap jenis asuransi.  Apabila salah, konsekuensinya parah pada loss ratio jenis tersebut dan berakibat langsung pada solvency penanggung.

 

Kebiakan UW  harus ditempatkan pada bagaimana Limit Net Retensi dikendalikan, perlindungan apa digunakan dan langkah apa jika terjadi kecenderungan sebaliknya.

 

Seperti menentukan bentuk reasuransi dan kebijakan biaya akuisisi bisnis polis baru.

  

H.  LINE SLIPS DAN BINDING AUTHORITIES

 Kadang-kadang Perantara berwenang untuk menerima reiko untuk dan atas nama Penanggung.

 

1.      BINDING AUTHORITIES

 

Agen terpilih dengan hati-hati boleh mengaksep resiko pada kelas khusus dalam limit didefinisikan.  Agen memberitahu/melaporkan pada penanggung melaui bordero pada interval waktu tertentu.

 

 Keuntungan bagi agen adalah menaikkan komisi, kewenangan lebih besar, dan keputusan akseptasi resiko segera.  Keuntungan bagi penaggung adalah lebih banyak bisnis dan beberapa elemen administrasi dipindahkan.

 

 

2.      SLIP AKSEPTASI

 

Slip akseptasi digunakan dalam ’subsription market’ untuk resiko yang terlalu besar atau terlalu riskan untuk diaksep oleh underwriter tunggal.  Penaggung utama akan mempertimbangkan segala aspek  underwriting dan menentukan harga, syarat dan kondisi; lalu anggota penanggung terikat untuk mengikuti apa yang diputuskan penaggung utama.

 

Ketentuan umum polis ”London market” , endorsemen, dan exclusion wording biasanya digunakan.

 

Slip akseptasi mengikuti prinsip koasuransi.

 

______

 

 

CHAPTER 3 DEVELOPING RISK PREMIUM

  

PENGANTAR :

 Titik awal dalam proses estimasi premi adalah pemahaman terhadap jaminan polis . Pertanyaan-pertanyaan yang harus terjawab :

 

·       Obyek pertanggungannya apa ?

·       Nilai dari obyek pertanggungannya berapa ?

·       Risiko-risiko apa atau bahaya-bahaya (perils) yang dapat merusak atau merugikan obyek pertanggungan ?

·       Frekuensi dari kejadian (event) tersebut ?

·       Severity dari kejadian (event) tersebut ?

 

Faktor periode asuransi berpengaruh untuk dapat menjawab pertanyaan frekuensi dan severity.

 

A.    SUBJECT MATTER OF INSURANCE

 

Obyek pertanggungan dari asuransi dapat terdiri dari 1 atau lebih, kombinasi dari beberapa item dibawah ini :

 

·       Physical Property

·       Personal Injury of Life

·       Legal Liability

·       Pecuniary Loss (Business intruption)

·       Private medical expenses

·       Legal Expenses

 

Meskipun terdiri dari beberapa, namun analisa harus dilakukan pada masing-masing item. Dari masing-masing item juga harus dibagi sub item-nya.

 

Contoh :

Bangunan terdiri dari fixtures, fitting dan lain-lain

 

VALUE OF SUBJECT MATTER

 

·       Penting untuk mengukur probabilitas biaya dan potensi kerugian

·       Pengumpulan informasi statistical

·       Pengukuran limit of liability

·       Harus mampu untuk membedakan seluruh elemen risiko

 

Perils sangat tergantung dari kondisi market.

 

B.    SUMBER, KETERSEDIAAN & TYPE DATA YG PENTING UNTUK PROSES UNDERWRITING

 

Titik awal penentuan harga dari produk asuransi adalah penilaian terhadap harga atau biaya di periode sebelumnya (historical costs) untuk polis yang sejenis dengan membandingkan nilai klaim yang pernah terjadi dengan jumlah atau nilai dari kontrak.

 

Sumber data dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Perlu dilakukan evaluasi atas historical data guna memperhitungkan pricing future risks. Oleh karenanya, policy records harus disimpan dalam atabase computer agar dapat diambil / ditarik untuk dianalisa lebih lanjt untuk memperole exposure.

 

1.        EXPOSURE MEASURE

 

·       Ukuran yang tepat adalah kumpulan risiko yang homogen (comman rating factors).

·       Seringkali mengambil jalan proxy measure untuk memperoleh true exposure.

·       Prinsip umum adalah klaim-klaim yang terjadi harus dibandingkan dengan ukura exposure, yang relevan pada waktu klaim terjadi.

 

Private Motor Vehicle own damage Cover (Kendaraan Pribadi) :

 

Banyak factor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan seperti jarak mill kendaraan, pengendara terhadap risiko maneuver dan pengendara lain terhadap risiko maneuver. Perlu pengumpulan informasi terhadap pola mengendarai dari tiap individu. Setelah melakukan obeservasi selama beberapa waktu diperole kejelasan bahwa tempat tinggal pengemudi berpengaruh terhadap kecelakaan yang terjadi. Sehingga, kode pos dari alamat pengendara adalah salah satu proxy measure.

 

Property Risks :

 Nilai pertanggungan digunakan untuk mengukur exposure ini dan perlu dilakukan pemisahan dari masing-masing item.

 

a.          Pengukuran langsung :

 

Ukuran ekposure tiap unit harus mewakili risiko dalam skala yang seimbang – pengukuran dari polis-polis. Pada type bisnis yang berbeda, ukuran direct ekposure perlu untuk merefleksikan pendorong terjadinya klaim yang utama, contoh :

 

·       Employers Liability dari jumlah karyawan

·       Motor dari tahun kendaraan

·       Aviation dari jam terbang dan berapa kali melakukan take off & landing.

·       Life dari sisi jumlah / umur pemegang polis

 

b.          Pengukuran Tidak Langsung :

 

Untuk beberapa kasus, sulit untuk memperoleh direct measure, sehingga harus mengambil jalan indirect measure (secondary). Dalam beberapa kasus memeiliki keterkaitan yang kuat dengan direct measure. Contoh :

  

·       Employers Liability dari Wage Roll

·       Motor dari Sum Insured

·       Aviation dari Sum Insured

·       Product Liability dari Turnover

·       Property dari Sum Insured, PML

 

 c.          Proxy Measures (Pengukuran Lebih Lanjut) :

 

Ada area bisnis yang mana ukuran sekunder tidak tersedia karena beberapa alas an :

 

·       Data sulit diperoleh

·       Data masih belum matang dan sebagian

·       Data dari kompetitor dibatasi oleh undang-undang

 

Melalui Proxy Measure, statistik pendapatan premi atau angsa pasar dapat membantu meski harus diolah lebih lanjut.

 

d.          Allowance for mid-term chanes in rating parameters & cover (perhitungan yang sedang-sedang). Ada perhitungan allowance (risiko yang tidak biasanya) terhadap perubahan parameter rating dan jaminan polis.

 

e.          Multy years policy period. Perlu mengukur selain simple policy karena periode jaminan polis bervariasi. Polis lebih dari 1 tahun. Biasanya untuk  polis simple, eq. KPR.

 

 

2.      POLICE COVERAGE

 

Ada 3 hal yang dipertimbangkan untuk diidentifikasi saat grouping data :

 

a.          Extent Of Cover. Lingkup jaminan tambahan apakah berpengaruh siknifikan terhadap jaminan utamanya.

b.          Deductible Levels

c.          Limit of Indemnity :

 

3.      RATING FACTORS

 

·           Rating Factors : secara langsung untuk menentukan nilai yang dibebankan pada resiko (particular risk)

 

·           Melalui analisa, akan menemukan bahwa  faktor-faktor yang dikorelasikan dengan perbedaan pada frekuensi atau severity klaim di antara resiko.

 

·           PriInsip penting : tiap faktor akan memberikan pengaruh unik terhadap rating

 

·           Tiap rating factor harus signifikan

 

 

 

 

Faktor yang dapat dinilai secara fakta, contoh sbb :

 

Business Class

Rating Factors

Home owners

Date of contruction

Post Code

Motor

Age of driver

Vehicle market, model

Aviation

Passanger kilometres

Airline

Life

Age next birthday

Smoking habit

Marine

Flag of registration

Age of ship

 

Proses untuk memutuskan faktor yang digunakan tergantung dari :

 

·       Informasi yang diperoleh dari policyholder

·       Akurasi dari informasi

·       Penjagaan informasi melalui siklus hidup alamiah polis

·       Significance of

·       Penilaian kualitatif melalui surveyor, mengenai kualitas manajemen resiko dari policy holder

·       Informasi harus memiliki nilai khusus dan dikodekan

·       Tergantung pada yang diobeservasi dan observer

 

LINKING TO RELEVANT CLAIMS

 

·       Prinsipnya adalah klaim-klaim harus terkait dengan polis yang berjalan pada saat klaim tersebut terjadi

·       Menekankan bahwa resiko-resiko berubah sepanjang waktu dan yakin bahwa klaim2 terkait dengan rating factor  yang digunakan saat waktu klaim terjadi

·       Detail exposure dinilai berdasarkan periode saat

 

4.  CLAIMS

 

Tujuan dari proses underwriting adalah untuk menentukan biaya total dari penerimaan resiko pada periode asuransi berjalan  berdasarkan term  condition yang disetujui

 

Titik awal adalah penilaian terhadap hitorical  claim records

 

Harus yakin bahwa data yang digunakan akurat, menekankan pada ukuran exposure, jaminan polis dan rating factors

 

Harus dipahami bahwa nilai pada klaim yang outstanding merupakan nilai estimasi

Dalam analisa, definisi dari term

 

Analisa terhadap :

 

·       Numbers Reported & Settled

·       Amounts Paid & Outstanding

·       Case Estimating Consistency

·       Nature of Claim

 

 5.  CLAIM TRIANGULATION

 

Claims

Development  period

period

1

2

3

4

5

1

period 1 at development 1

period 1 at development 2

period 1 at development 3

period 1 at development 4

period 1 at development 5

2

period 2 at development 1

period 2 at development 2

period 2 at development 3

period 2 at development 4

 

3

period 3 at development 1

period 3 at development 2

period 3 at development 3

 

 

4

period 4 at development 1

period 4 at development 2

 

 

 

5

period 5 at development 1

 

 

 

 

 

6.   SUMBER DATA (DATA SOURCES)

 

·  Claim Experience Forms

·  Broker Presentations

·  Diskettes and EDI

 

 

         7.  MARKET

Harus memastikan berbagai bentuk market data, seperti :

 

·       ABI Data Schemes

                  oleh angota-anggota ABI, untuk menjaga kompetisi harga

 

·       Reciprocal Data Sharing Schemes → 

                  Asuransi harus secara kontinu berbagi knowledge  dari klaim2 besar untuk memperbaiki pemahaman terhadap profil klaim

 

·       Data Pooling →  

                  sangat berguna untuk perusahaan kecil, dapat diperoleh gambaran terhadap suatu area & kompetisi.

 

·       Other Trade Bodies →     

                  Beberapa data disajikan oleh badan2 lain

 

 

8.   USING NON-INSURANCE DATA

 

§  Peringatan bagi undewriter bahwa perilaku dari policy holder  berubah saat kontrak asuransi berhenti.

 

§  Prediksi pengaruh dari perubahan tersebut secara data diperoleh di lingkungan non-insurance adalah sangat penting

 

 

9.  RENEWAL VS NEW BUSINESS

 

Tingkat kompleksitas model pricing  antara Renewal dan New Bisnis berbeda karena batasan-batasannya berbeda, untuk asuransi kendaraan pribadi di beberapa asuransi model pricing renewal-nya lebih kompleks dibandingkan new bisnis

 

·       Wide vs Narrow

 

-        Kemampuan bayar kredit : pembayaran angsuran

-        Manajemen resiko : survey

-        Klaim (jumlah unit, nilai dan penyebab)

-        Sifat klaim

-        Tanggal permulaan

-        Mid-term transaction : Biaya administrasi

 

·       Tingkat pemahaman data

 

Untuk bisnis renewal, underwriter harus mengembangkan pemahaman    yang baik terhadap company’s case-estimating process

 

·       INTERNAL DATA

 

Perlunya database yang didesain dengan baik, sehingga fleksible untuk dapat dikembangkan secara kontinu.

 

Data tersebut dapat meningkatkan kemampuan underwriter untuk memahami portfolio

 

Internal database harus memiliki prinsip2 sbb :

o   Statistical data must be reconciable to accounting data

o   Sesuai untuk ukuran exposure

o   Dapat maintain data untuk setiap rating factor dan perubahan resiko

o   Harus mencakup setiap tanggal yang terkait dengan exposure dan detail klaim,

o   Support calendar year, underwriting year, policy year and accident year  reporting

o    Meliputi quotation data, renewal, lapsing recording

 

·       Quality of competitor data

 

Perbedaan data timbul karena variasi dalam proses dan practices, hal ini adalah issue dari reliabilitas data

 

·       Limited History

 

Beberapa type bisnis memilki keterbatasan data historik

 

·       Kemampuan untuk meningkatkan data klien dan sumber data eksternal

 

(seperti sumber-sumber pada halaman 18), beberapa data luar organisasi untuk meningkatkan potensi bisnis baru.

 

 

 

C.    TREATMENT OF REINSURANCE COST

 

Line bisnis dilindungi oleh reasuransi, biaya reasuransi termasuk dalam pricing dari original product.

 

Asuransi kecil akan membeli reasuransi lebih banyak dibandingkan perusahaan besar sehingga premi reasuransi masuk dalam pricing, kemampuan kompetisi perusahaan kecil menjadi berkurang dibandingkan perusahaan besar

 

·       AVOIDING DOUBLE COUNTING THE COST OF REINSURANCE WITH ACTUAL CLAIMS EXPERIENCE

 

·       Klaim2 besar menjadi target dari program reasuransi

·       Premi reasuransi harus dapat merefleksikan exposure aktual dari asuransi  terhadap klaim2 besar

 

 

·       DIFFERENT TYPES OF REINSURANCE

 

·       Type dari reasuransi  berpengaruh terhadap kontrak asuransi

·       Non-proportional dan Proportional Reas memiliki perlakuan yang berbeda

 

 

·       DEALING WITH REINSURER PROFIT.  Premi reas meliputi profit

 

·       Profit margin tidak hanya pada resiko di tahan, tetapi juga pada premi reasuransi harus mengandung profit 

·       C.3.B. Sifat Siklus pada reasuransi lebih terasa terutama pada “Soft Market”.

 

 

·       REINSURANCE RATES APPLIED TO A PORTFOLIO

 

Selain fakultatif, program reas teraplikasi untuk kelas atau kombinasi dari kelas bisnis

 

·       Loading bervariasi untuk individual resiko atau grup resiko dalam portfolio. Underwriter harus menetapkan “explicit allowance” dan mengembangkan prediksi rate premi reasuransi untuk tiap kategori resiko dalam portfolio.

 

·       Periode Reasuransi. Underwriter harus memperkirakan trend untuk “reinsurance pricing” pada periode kontrak asuransi.

 

·       Alokasi dari Premi Jaminan Catastrophe. Catastrophe → biasanya kombinasi dari perils windstorm, winter freeze, gempa bumi dan banjir

 

 

D.    BURNING COST dan PENERAPAN PADA KLAIM BESAR dan PENGARUHNYA PADA TARIP INDIVIDUAL

 

Biasanya diaplikasikan pada jenis asuransi yang memiliki jumlah klaim signifikan dan selang distribusinya dkekat/kecil.

 

1.     BURNING COST

 

Definisi : Nilai klaim dilaporkan dalam suatu periode, sebagai persentase pengukuran exposure.

Umumnya dipraktekkan dengan dihitung dalam 5 tahun terakhir, pada saat akan renewal, dan sebagai dasar tahun berikutnya.

 

·       KREDIBILITAS DATA AKTUAL

 

Data yang tidak kredibel, misalnya ada beberapa klaim besar (extreme), dapat merusak sebaran data. Pada prakteknya metode BC ini diaplikasikan pada resiko kecil tanpa memperhatikan klaim besar.

 

·       ISSUE SEKITAR KOMBINASI FREKUENSI DAN SEVERITY.

 

Karakter resiko mempengaruhi frekuensi klaim, kurang mempengaruhi severity. Analisa terpisah antara frekuensi dan severity, menjelaskan perbadingan jenis resiko relatif dengan jenis resiko lain.

 

2.   PROSPEKTIF ANALISA RESIKO

 

            Lebih mudah mendeteksi frekuensi klaim daripada severity. Untuk severity (klaim besar) dianalisa secara khusus satuan termasuk IBNR dan IBNER.

 

            Catatan:

           Klaim utnuk mempredeksi masa depan, diperhitungkan pula trend, inflasi, perubahan resiko.

 

Masalah : Resiko Heterogen, pertanyaan besar untuk merinci tipe-tipe resiko guna menentukan Expected Claim yang pas, Harga underwriter dan Harga di pasar sering tidak pas

 

·       SMALL CLAIMS (atau ATTRITIONAL LOSS) LIMIT

 

Jumlah data kurang atau pengurangan data, perlu di periksa oleh ahli statistik lebih dulu, apakah data masih dapat mewakili atau tidak.

 

·       LARGE (atau BIG) CLAIMS LOADING

 

·       Klaim Besar didanai oleh menyebarnya data di portfolio :

·       Disetujui nilai maksimum klaim besar, tapi non-catasthrope.

·       Asumsi bahwa me-loading klaim kecil karena hasil kejadian klaim besar  jika frekuensi klaim kecil rendah.

·       Underwriter harus mencermati asumsi ini.

 

·       CATHASTHROPE RISK

 

Beban ini pada pengurangan loss-loss frekuensi kecil. Komponen Resiko Cathasthrope   : nilai kejadian diatas klaim besar, memperkirakan sebuah kejadian dalam beberapa polis, biaya reasuransi, klaim laten.

 

 

 

E.  PRINSIP DAN PENGGUNAAN RETROSPECTIVE RATING

 

Dimana premi dibebankan (di-adjust) pada polis tertentu dimana aktual klaim terjadi pada periode sekarang

 

 

 _______

 

  

 

CHAPTER 4 STATISTIK MODELING

 

Tujuan Belajar

 

a  Penggunaan statistik dalam produksi data underwriting yang relevan (termasuk stochastic reserving method, general liner modelling & credibility theory)

a  Konsep homogenitas, frekuensi klaim, severity klaim, case estimating  kaitannya dengan trend klaim

a  Hubungan antara resiko, resiko asuransi dan uncertainty serta menjelaskan bagaiman asuransi menggunakan statistik untuk mengukur lingkup dari risk exposure

a  Hubungan antara reinsurance equalisation reserves & capital requirements

a  Identifikasi dan mengukur akumulasi dari exposure dari resiko-resiko individual dan events

a  Pengaruh dari seasonal & cyclical influences dalam menetapkan limit exposure

a  Bagaimana kerugian aggregate tiap satu tahun

a  Bagaimana asuransi berusaha untuk membatasi tingkat variabilitas dalam pengalaman klaim

a  Menilai bagaimana stabilitas keuangan dicapai dengan penempatan resiko di bawah tingkatan polis dan penggunaan deductible

a  Batasan-batasan model statistik dalam praktik underwriting dan menyadari kepentingan komparatif dari pengalaman dan penilaian individual dari underwriter

 

PENGANTAR

 

a  Statistik menyediakan kumpulan alat yang dirancang untuk mengekstrak informasi dari kumpulan-kumpaln data.

 

a  Pendekatannya dikarakterkan dengan evaluasi dari :

 

q   Hipotesis yang konsisten dengan hasil yang dapat diukur

q   Berapa rata-rata sample yang dapat menggambarkan populasi secara keseluruhan

q   Faktor-faktor yang dikorelasikan dengan variasi khusus dalam data

q   Confidence yang dapat ditempatkan dalam data

q   Dengan identifikasi trend dari nilai yang diamati

 

a  Tanpa perhitungan matematis, pemahaman teoritikal bagaimana ini dikembangkan, user dapat membuat kesalahan sehingga dapat menghasilkan error dalam keputusan.

 

a  Underwriter harus memiliki pemahaman yang cukup agar dapat mencari kebenaran dari analisa statistik dan memilki konsep yang jelas terhadap apa yang mungkin, meski dalam posisi tidak mengerjakannya sendiri

 

a  Statistik juga concern terhadap manipulasi data dan selalu dilakukan dengan asumsi → pemahaman yang baik terhadap asumsi adalah sangat penting untuk model dan analisa statistikal yang reliable.

 

a  Data dari masa lalu atau data apa pun yang dipilih untuk analisa hanya merupakan penggalan dari realitas (fragment of reality)

 

 

 

STATISTICAL METHODS

 

Metode-metode yang digunakan terdokumentasi dalam literature aktuarial.

 

LINK RATIO TECHNIQUES

 

Prinsip dalam analisis statistik dari data perusahaan asuransi adalah dinamis dan perbandingan harus dilakukan dengan data yang equivalent. Equivalent dalam beberapa dimensi :

 

a  Timing (aktual dan in terms of development time.

 

a  Homogenity (type-type klaim membagi pelaporan / reporting, penyelesaian / settlement dan karakteristik inflasi yang serupa).

 

a  Consistency (Proses dan prosedur tidak mengalami perubahan yang besar sepanjang waktu)

 

Jika equivalent diperoleh maka data dapat diset dalam triangle sehingga dapat dibandingkan pada titik waktu yang sama

 

 

Table 4.1 : scame Fleet drivers product

motor fleet insurance claims experience

Accident

Year

Earned Premium

Incurred losses at :

12 months

24

months

36 months

48 months

60 months

N-5

  5,000

3,000

3,600

3,800

4,000

4,000

N-4

  6,000

3,600

4,300

4,600

4,800

4,800

N-3

  7,000

4,200

5,000

5,400

5,600

 

N-2

  8,000

4,800

5,800

6,100

 

 

N-1

12,000

5,800

7,400

 

 

 

N

14,000

6,700

 

 

 

 

 

 

Underwriter harus memahami klaim-klaim yang terjadi dan yakin bahwa

asumsinya konsisten dengan nature of risk

 

Table 4.2 : Acme Fleet drivers product

Accident

Year

Earned Premium

Differences in incurred losses between

 Time period

0-12

months

12-24

months

24-36

months

36-48

months

48-60

months

N-5

  5,000

3,000

   600

    200

    200

      0

N-4

  6,000

3,600

   700

    300

    200

      0

N-3

  7,000

4,200

   800

    400

    200

 

N-2

  8,000

4,800

 1,000

    300

 

 

N-1

12,000

5,800

 1,600

 

 

 

N

14,000

6,700

 

 

 

 

 

Tabel menunjukkan pergerakan antara periode 12-24 bulan, mengalami kenaikan  dengan range 600 ke 1,600.

Table 4.3 : Acme Fleet drivers product

Accident

Year

Earned

Premium

Report – to report ratio

 

24/12

36/24

48/36

60/48

 

N-5

  5,000

  1.20

  1.05

  1.05

1.00

 

N-4

  6,000

  1.19

  1.07

1.04

1.00

 

N-3

  7,000

  1.19

  1.08

1.04

 

 

N-2

  8,000

  1.21

  1.05

 

 

 

N-1

12,000

  1.28

 

 

 

 

N

14,000

 

 

 

 

 

 

Tabel untuk mencari indikasi extent dari klaim masa mendatang dikorelasikan

dengan nilai klaim sebelumnya

 

Dalam melakukan penilaian, underwriter harus mempertimbangkan

proses dari nature of claim dan melihat kewajaran untuk membuat

asumsi.

Table 4.3 : Acme Fleet drivers product

Accident

Year

Report – to report ratio

24/12

36/24

48/36

60/48

 

Average for

 all years

 1.214

1.0650

1.0433

1.000

 

 

Dengan menghitung rata-rata, asumsinya adalah bahwa ratio tersebut

dapat diaplikasikan dengan mengabaikan dari tahun kecelakaan

aktual yang  dipertimbangkan – dengan kata lain, setiap variabilitas

dijelaskan dengan fluktuasi random dibandingkan dengan perbedaan

antara tahun-tahun kecelakaan.

 

Table 4.5 : Acme Flee t drivers product

 

Accident

Year

Earned Premium

Incurred losses at :

12 months

24

months

36

months

48

months

60

months

N-5

  5,000

3,000

 3,600

3,800

4,000

4,000

N-4

  6,000

3,600

4,300

4,600

4,800

4,800

N-3

  7,000

4,200

5,000

5,400

5,600

5,600

N-2

  8,000

4,800

5,800

6,100

6,364

6,364

N-1

12,000

5,800

7,400

7,881

8,223

8,223

N

14,000

6,700

8,134

8,662

9,038

9,038

 

Proyeksi dari ultimate claim, berdasarkan hitungan average tersebut.

Table 4.6 : Acme Fleet drivers product

Accident

Year

Earned

 Premium

Incurred losses at :

12

months

24

months

36

 months

48

months

60

months

Ultimate

loss ratio

N-5

  5,000

3,000

3,600

3,800

4,000

4,000

  80.0%

N-4

  6,000

3,600

4,300

4,600

4,800

4,800

  80.0%

N-3

  7,000

4,200

5,000

5,400

5,600

5,600

  80.0%

N-2

  8,000

4,800

5,800

6,100

6,364

6,364

 79.6%

N-1

12,000

5,800

7,400

7,881

8,223

8,223

 68.5%

N

14,000

6,700

8,134

8,662

9,038

9,038

 64.6%

 

Ultimate loss ratio adalah stabil untuk tahun N-5 sampai N-2, kemudian menunjukkan perbaikan dramatis.

 

 

Table 4.7 : Acme Fleet drivers product – review a new scheme

 

Accident Year

Earned Premium

Incurred losses at :

12 months

24 months

Historical account only

 

 

 

N-1

9,000

5,400

6,500

N

 9,000

5,400

 

New scheme only

 

 

 

 

N-1

3,000

   400

900

N

 3,000

1,300

 

 

 

New scheme, dengan periode awal N-1, diasumsikan sama dengan existing portfolio,

mungkin saja ada penyimpangan. Underwriter memisahkan antara historical account  dan new scheme.

 

Table 4.8 : Acme Fleet drivers product

 

Accident  Year

Earned Premium

Report to report ratios

12 months to 24 months

 

Historical account only

 

 

N-1

     9,000

1.20

N

     9,000

 

New scheme only

 

 

N-1

     3,000

2.25     

N

     3,000

 

 

Table 4.9 : Acme Fleet drivers product – review a new scheme

 

 

Incurred losses at

 

 

Accident year

Earned premium

12 months

24 months

Estimated

ultimate

Ultimate loss

 ratio

Historical account only

N-1

   9,000

   5,400

  6,500

    7,222

   80.2%

N

   9,000

5,400

 

    7,193

   79.9%

New scheme only

N-1

   3,000

     400

     900

   1,100

   36.7%

N

 5,000

  1,300

 

   3,575

   71.5%

 

Underwriter menggunakan data sebelumnya (sebelum dipisahkan scheme)

dan  menetapkan asumsi-asumsi.

 

Table 4.10 : Acme Fleet drivers product-

Combined results after allowing for new scheme

Accident

Year

Earned

Premium

Incurred losses at :

12 months

24months

36 months

48 months

60 months

Ultimate loss ratio

N-5

  5,000

3,000

 3,600

3,800

4,000

4,000

  80.0%

N-4

 6,000

3,600

4,300

4,600

4,800

4,800

80.0%

N-3

 7,000

4,200

5,000

5,400

5,600

 5,600

  80.0%

N-2

8,000

4,800

5,800

6,100

 

6,364

 79.6%

N-1

12,000

5,800

7,400

 

 

8,322

 69.4%

N

14,000

6,700

 

 

 

10,768

 76.9%

 

Proyeksi total dari nilai ultimate claim  = 39,854, dibandingkan sebelumnya = 38,025

(sebelum scheme dipisahkan). IBNR yang dikehendaki menjadi naik 1,829 atau 4.8%

 

USE OF BENCHMARK DEVELOPMENT FACTORS

 

Dalam keadan underwriter tidak dapat menggunakan data untuk memperoleh proyeksi statistikal, maka menggunakan metode “benchmark”  terhadap data yang serupa.

 

 

 

Dapat teraplikasi untuk data claim reported

 

Underwriter harus paham bahwa benchmark adalah dasar untuk membandingkan nilai aktual dengan hasil.

 

 

AVERAGE COST AND CLAIMS FREQUENCY

 

Prinsip secara umum, menjadi pilihan untuk memisahkan severity klaim dan frekuensi.

 

Underwriter menggunakan komponen unit cost  untuk memahami trend premi resiko.

 

Underwriter menilai bahwa frekuensi lebih reliable  dibandingkan dengan severity, karena issues IBNR/IBNER dan extreme skewness (kecenderungan ekstrim) dari severity klaim.

 

 

BORNHUETTER-FERGUSON METHOD

 

Untuk memperoleh batasan kerja yang obyektif terhadap klaim, terdapat teknik, yang disebut metode “Bornhuetter-Ferguson”, untuk memperoleh ramalan/forecast berdasarkan penilaian underwriter terhadapt profitabilitas underwriting dalam setiap proyeksi, berdasarkan klaim tersebut,

 

Underwriter diharuskan untuk menanggapi loss ratio dalam underwriting, seperti ekspektasi dari hubungan antara ultimate claim dan premi

 

 

DEVELOPMENT FACTORS BASED ON THE INDIVIDUAL RISK’S OWN CLAIM EXPERIENCE

 

Pendekatan ini adalah sama seperti Link Rato Techniques, meskipun data terbatas pada resiko individual

 

Resiko individual harus sufficiently large (credible) untuk memperoleh proyeksi yang reliable dan reasonable stable

 

 

STOCHASTIC RESERVEING METHOD

 

Stochastic Method melibatkan model dari variasi dalam nilai klaim,

 

Asumsi dibuat mengenai komponen-komponen random dari model proyeksi yang diperkenankan analyst untuk menguji validitas dari asumsi secara statistik. Artinya, proyeksi klaim disediakan dalam range dan probabilitas diperuntukan terhadap kemungkinan bahwa eventual value dari klaim akan masuk dalam range tersebut.

 

Variasi dari model stochastic telah dikembangkan baik dalam paket-paket (biasanya dibuat oleh aktuaria) dan generic model dijelaskan dalam specialist literature.

 

 

GENERALISED LINEAR MODELLING (GLIM)

 

Untuk bisnis dengan nilai premi rendah dan volume tinggi (seperti asuransi rumah & asuransi kendaraan bermotor), penentuan harga dari sebagian besar resiko ditentukan berdasarkan analisis statistikal. Tertanggung akan ditanyakan beberapa hal, terkait dengan frekuensi klaim, severity klaim atau keduanya.

 

Bagian ini akan memperkenalkan teknik yang digunakan di industri namun konsentrasi pada prinsipnya dibandingkan terhadap praktik.

 

LIMITATIONS OF ONE-WAY TABLES

Table 4.11

 

Number of

Vehicles

Claim Frequency

Relative Frequency

Males

      1,100

       0.68

          1.45

Females

      1,100

      0.26

          0.55

Combined

2,200

 0.47

           1

 

Table 4.12

 

 

Number of

Vehicles

Claim Frequency

Relative Frequency

Sports cars

  1,100

      0.67

          1.43

Saloons

1,100

0.27

          0.57

Combined

2,200

0.47

       1

 

Table 4.13 : Two-way table

 

 

Number of  Vehicles

Frequency

Male

Female

All

Male

Female

All

Sports cars

 1,000

    100

1,100

  0.70

  0.35

  0.67       

Saloons

    100

 1,000

  1,100

  0.50

  0.25

  0.27

Total

1,100

 1,100

  2,200

  0.68

  0.26

  0.47

 

 

 

Table 4.14

 

Relative

frequency of

 malestofemales

Relative Frequency of sports cars to saloons

Male

Female

Male

Female

All

Sports cars

 2.00

   1.0

  1.4

  1.4

 2.48       

Saloons

 2.00

   1.0

  1.0

  1.0

  1.00

Total

 2.62

   1.0

  

 

 

 

Table 4.15

 

Frequency relative to females driving saloons

Frequency relative to all drivers/cars

Male

Female

Male

Female

Sports cars

    2.8

    1.4

   1.49

   0.74

Saloons

    2.0

    1.0

   1.06

   0.53

 

Teknik tersebut dapat menjawab pertanyaan mengenai pengaruh dari type kendaraan terhadap frekuensi klaim.

 

Tujuan dari teknik tersebut adalah untuk membuat model yang cukup dekat denga data-data tersebut yang dapat memprediksi pengalaman klaim untuk rata-rata policy holder disertai jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan underwriting.

 

Summary :

 

·       Statistian dan underwriter harus bekerja sama, memeriksa hasil dan terbuka  terhadap temuan-temuan.

 

·       Model seharusnya dikembangkan untuk tiap major peril yang dijamin oleh polis asuransi.

 

·       Frekuensi dan severity harus dianalisa secara terpisah

 

 

CREDIBILITY THEORY

 

Agar klaim aktual merefelkesikan kenyataan, maka dibutuhkan volume yang besar dan range dari klaim-klaim potensial adalah narrow.

 

Jika underwriter secara akurat memprediksi nilai dari klaim maka dapat memberikan fixed price.

 

Outline of Profit Sharing

P = E (C) → Risk Permium adalah expected (estimated) value dari klaim

 

P = Risk Premium

C = Actual Value of claims incurred

 

Premi yang dikenakan ke policy holder : (1 + Λ).P

Λ = safety loading

 

CREDIBILITY THEORY

Outline of Profit Sharing (Con’t)

 

Proporsi dari profit dapat dishare ke policy holder.

Proporsi yang diserahkan kembali adalah k dan tingkat potongan (rebate) adalah G.

 

G = k. {(1 + Λ).P-C} ; G ≥ 0 & k ≥ 0

 

Jika pengalaman klaim policy holder lebih baik dari P, maka asuransi akan memotong premi. Pendekatan alternatif untuk perhitungan potongan, agar asuransi tetap enjaga tingkat profitabilitasnya dan hanya membagi excess  dari premi resiko :

 

G = k. {P-C} ; G ≥ 0 & k ≥ 0

 

Outline of Profit Sharing (Con’t)

 

Keputusan kritis adalah melampaui tingkat loading Λ dan proporsi k yang dikurangi. otongan tidak melebihi safety margin sehingga asuransi dapat menjamin setidaknya biaya klaim sebesar :

 

E (G) ≤ Λ. E(C)

 

Creditability – Based Pricing

 

Area lain yang menjadi pertimbangan adalah jumlah klaim yang akan diperhitungkan dalam rangka memperoleh keyakinan atas pengalaman klaim aktual untuk maksud p enentuan harga, yaitu : memerlukan full creditability” terhadap klaim tersebut.

 

“Full creditability”  adalah langkah dimana underwriter dapat menentukan harga dari resiko berdasarkan pengalaman klaimnya tanpa referensi data portfolio. Semakin banyak klaim, kredibilitas semakin tinggi karena klaim2 tersebut mewakili seluruh klaim yang terjadi.

 

 

_________

 

 

 

CHAPTER 5 DEVELOPING THE QUOTED PREMIUM

 

Tujuan Pembelajaran :

 

·       Mengidentifikasi faktor-faktor exposure, klaim dan biaya reasuransi dalam komposisi premi risiko.

·       Mengetahui efek dari biaya yang dikeluarkan dalam rate premi.

·       Menjelaskan kontribusi bahwa hasil investasi memiliki kebijakan-kebijakan dalam penentuan harga oleh penanggung.

·       Mengetahui kepentingan dalam penyediaan terhadap volatilitas klaim, margin keuntungan yang cukup dan pajak eksternal dalam penetapan harga.

·       Menjelaskan berbagai faktor yang terkait dalam keputusan penentuan harga di tengah kondisi pasar yang kompetitif

 

PENGANTAR :

 

Maksud dari pembelajaran bab ini adalah menjelaskan proses dan alur dalam menentukan harga sehingga produk dapat dijual ke masyarakat luas.

 

RISK PREMIUM

 

·       Risk Premium adalah expected ultimate dalam klaim dari risiko yang dapat diterima, termasuk allowance terhadap ketidakpastian (“uncertainty”) dalam biaya klaim (baik dalam proses estimasi atau melalui sifat dari klaim tersebut).

 

·       Key features dari premi risiko dan beberapa parameter yang terkait dalam perhitungan, antara lain :

·       Frekuensi :

 

Merupakan jumlah klaim yang diperkirakan akan diramal secara  terbuka dalam basis prospektif, dengan mengatisipasi perubahan dalam lingkungan, portofolio dari risiko dan risiko individu

 

·       Severity  :

 

Adalah biaya rata-rata dari jenis klaim yang berbeda secara signifikan yang dinilai juga dengan basis prospektif.

 

·       Large Claim :

 

Berperan secara nonproportional dalam penentuan harga  dan profitabilitas penanggung

 

·       Reinsurance Premium :

 

           Premi Reasuransi diperhitungkan dalam penentuan harga.

 

 

 

·       Reopened Claims :

 

Dalam mempertimbangkan data klaim historikal yang menjadi dasar penilaian dari premi risiko, underwriter sangat tertarik pada nilai “ultimate” dari klaim-klaim tersebut. Dalam melakukan proyeksi, variasi yang besar dari trend dapat mengakibatkan tidak berlakunya trend tetorikal, salah satunya adalah ”reopened claim”,  biasanya terjadi karena ketidakpuasan customer. Analist klaim harus memeriksa variasi yang besar dari statistik klaim, termasuk jumlah penyelesaian klaim, terutama  penyelesaian tanpa biay

 

·       Run-off Surplus or Defisit (IBNER) :

 

Mempunyai peran sangat penting untuk menelusuri akurasi dari proyeksi sepanjang waktu guna mengukur ketidakpastian (uncertainty) yang diperkenankan saat menentuan harga.

 

·       IBNR Claims :

 

Tergantung dari kelas bisnis dan usia dari klaim yang dipertimbangkan. Aspek ini lebih signifikan dibandingkan dengan IBNER. Pada beberapa perusahaan, analisis yang  dilakukan akan mengarah untuk memadukan dua komponen       tersebut dalam ukuran tunggal “IBNR”. IBNR lebih material  dalam proyeksi klaim, nilai dari klaim-klaim tersebut juga termasuk dalam komponen IBNER. Trend IBNR untuk klaim-klaim besar dapat berbeda dengan klaim-klaim kecil. Hal ini terjadi dikarenakan perbedaan ukuran.

 

·       Large Claims DistributionSaat mempertimbangkan atau menilai data kinerja keuntungan, underwriter harus sadar terhadap distribusi klaim-klaim besar.

 

·       Catastrophe Claims :

 

v   Klaim katastrophe mungkin merupakan Klaim-klaim besar dengan nama berbeda

 

v   Exposure katasrophe tergantung dari karakteristik-karakteristik umum dari pemegang polis. Exposure  dari pemegang polis berbeda-beda

 

·       Reinsurance Cost

                                   

Analisa tambahan dari underwriter dalam perhitungannya juga tergantung pada program reasuransi terhadap portofoli

 

·       Latent Claims:

 

v   Pada kelas liability, klaim-klaim latent adalah bentuk ekstrim dari IBNR ==> gap antara penyebab dan klaim dapat melampaui 50 tahun.

 

v   Underwriter perlu mengenali ketidakpastian (uncertainty) dan juga risiko klaim latent.

 

 

 

·       Inflasi :

 

Underwriter harus mencoba untuk menemukan standar index yang dikorelasikan dengan tekanan inflasi dalam klaim dan kemudian menggunakan index tersebut dalam metode yang konsisten untuk memperoleh inflasi yang sesuai.

 

·       Exposure :

 

Saat menentukan nilai yang dibebankan untuk risiko khusus, underwriter harus memahami data klaim yang dianalisa. Analisa data historik dalam penilaian risiko merupakan hal yang penting. 

 

EXPENSES

 

Terdapat biaya yang dikeluarkan, antara lain :

 

v  Dalam menjalankan bisnis asuransi dan biaya ini dimasukan dalam penentuan harga.

 

v  Underwriter harus cukup memahami bahwa alokasi modal harus menggambarkan stuktur perusahaan, fungsi dan proses.

 

v  Maksudnya bahwa biaya yang dialokasikan tidak hanya untuk setiap produk atau kelas bisnis tetapi juga aktivitas bisnis, sehingga pengeluaran yang dialokasikan dari tiap risiko juga mengidentifikasi total pengeluaran manajemen.

 

v  Biaya yang dimasukkan dalam penetapan harga harus mencakup biaya di masa depan untuk menjalankan bisnis dan penyediaan jasa yang mencakup dalam produk, yaitu :

 

1.     Fixed Expenses

 

Terdapat biaya yang dikeluarkan dalam proses produk, yang tidak tergantung dan ukuran risiko. Nilai tetap tersebut dialokasikan per poli

 

2.     Variable Expenses:

 

Terdapat biaya yang bervariasi/berubah tergantung dari ukuran, kompleksitas dan sifat dari tiap risiko.

 

·       Underwriting ==> Semakin kompleks maka aktivitas underwriting semakin besar (biaya tinggi).

 

·       Komisi.    Bervariasi pada tiap produk atau case.

 

Ø   By case ==> tergantung negosiasi

Ø   Persentase dipertimbangkan dengan menjaga margin profit dari asuransi

 

 

 

 

3.     Claim Handling :

 

v   Biaya bersifat variabel, tergantung jumlah dan kompleksitas dari klaim

v   Dibebankan tiap klaim

v   Alokasi dapat digambarkan sebagai porsentase dari nilai klaim total.

v   Bervariasi tergantung jenis klaim klaim dan produk.

 

4.     Vari by Premium or Sum Insured :

 

v   Biaya variable, secara umum diaplikasikan sebagai porsentase terhadap pendapatan premi atau premi risiko.

 

v   Underwriter harus menetapkan pendorong biaya yang bervariasi dan alokasi dana pada fitur underwriting  yang lebih spesifik seperti sum insured atau limit indemnity.

 

Contoh :

 

Jaminan yang lebih luas dibandingkan standar, maka perlu reasuransi fakukultatif. Biaya yang dikeluarkan didasarkan pada             limit polis bukan dari pendapatan premi

 

INVESTMENT RETURN

 

Pada bagian berikut, terdapat prinsip-prinsip umum yang relevan terhadap bisnis non-life :

 

1.     Income Only or Capital Gains Too ?:

 

v   Portfolio investasi dari kebanyakan perusahaan asuransi merupakan gabungan dari bunga dan investasi, kedua nilai tersebut diharapkan dapat berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

 

v   Investasi menggunakan term “Equities” ==> Rate of return yang lebih tinggi dari periode menengah sampai periode jangka panjang dibandingkan dengan “Fixed-Interest Invesment”

 

2.     Actual or Expected Rated of Return:

 

v   Pengembalian investasi akan berubah (volatile) jika mencakup pergerakan modal.

 

v   Jika lingkungan investasi stabil underwriter dapat mengasumsikan bahwa masa lampau akan mewakili masa depan, penilaian eksplisit dapat dilakukan terhadap tingkat yang diharapkan sepanjang umur kontrak

 

3.     Apportionment Methods

 

v   Pendapatan investasi non-life dialokasikan pada “techical  account” dengan basis “technical provisions” ==> masuk akal saat  menetapkan berapa milik bisnis dan berapa modal minimum yang disediakan.

 

v    Masalah yang muncul dari pendekatan ini untuk alokasi  hasil investasi antara produk atau kelas bisnis dalam penetapan harga adalah “historikal”.

 

4.     Allowance For All Cash Flows at Net Level:

 

Dengan menelusuri aliran dari cash dapat memaksimumkancash flow dan juga membentuk “small margins” terhadap  perbedaan antara sukses dan gagal.

 

5.      Cash Movement Versus Book Entries

 

v   Sangat umum digunakan untuk mengasumsikan bahwa input dalam dalam sistem komputer mewakili waktu dari pergerakan cash.

 

v    Estimasi yang dilakukan juga memperhitungkan delayantara hutang premi premi dan penerimaan cash.

 

LOADING

 

Asuransi harus menjaga untuk selalu “solvent” (mampu membayar hutang), dengan menjamin sepanjang waktu premi yang diterima lebih besar daripada klaim yang terjadi.

 

·       Volatility. Bisnis semakin volatile maka margin lebih tinggi dibandingkan  bisnis yang stabil.

 

·       Uncertainty:

 

o   Uncertainty (ketidakpastian) dari hasil harus diakui, tidak seperti volatility. Volatility akan naik jika frekuensi kecil, severity naik atau sebaliknya.

 

o   Uncertainty terjadi jika frekuensi dan severity dari kerugian tidak dapat ditentukan dengan pasti pada saat penentuan harga.

 

o   Terdapat berbagai cara untuk mengelola uncertainty (ketidakpastian); untuk yang besar, yaitu risiko-risiko perusahaan, membagi uncertainty (ketidakpastian) ke policyholder. contoh : menambah deductible, ko-asuransi atau mengenakan margin yang lebih besar serta menambah premi dan memotong klausula

 

o   Setelah menyadari bahwa terdapat ketidakpastian (uncertainty), setiap usaha dilakukan untuk  mengembangkan sistem informasi yang dapat meningkatkan pemahaman dan keyakinan akan penilaian risiko.

 

·       Credibilit.  Kredibilitas harus ditingkatkan agar analisa dapat dilakukan dengan baik

 

·       Profit :

 

NPV (Net Present Value) dari aliran kas harus positif.

 

v   Profit Target. Target dinyatakan dengan nilai, underwriter harus mempertimbangkan hal sbb :

 

Ø  Pada tingkat apa (setelah atau sebelum allowance untuk overheads, reasuransi, atau pendapatan investasi.

Ø  Hubungan antara volume dan margin ?

Ø  Bagaimana kontrol yang dilakukan?

 

Ø  Bagaimana ketergantungan dari kinerja untuk area bisnis lain?

Ø  Sumber-sumber yang tersedia untuk membangun sumber-sumber baru atau tipe bisnis baru.

Ø  Pengembangan produk dan dukungan sistem yang akan disediakan melalui biaya overhead.

 

v   Profit As a Margin of Premium.  Jika target adalah porsentase dari pendapatan premi maka harus dicapai minimum level dari pendapatan premi, ratio  pengeluaran maksimum yang diterima atau tingkat retensi       minimal.                         

 

v   Profit As a Percentage of Allocated Capital :

 

o      Pendekatan standar untuk alokasi modal adalah formula Risk-Based Capital (RBC) ==> alat untuk membandingkan kecukupan range dan asuransi.

 

o      Input utama statistik adalah volatility dari hasil tiap kelas.

 

o      Bisa menggunakan Capital Asset Pricing Model (Bab 4)

 

o      Jika terdapat uncertainty (ketidakpastian) atau risiko non-diversifiable risk maka modal akan berisiko

 

o      Masalah yang timbul ==> Jika alokasi biaya bervariasi dan underwrter tidak secara aktif mengenali dan mengelola non-diversifiable risk .

 

o      Jika non-diversifiable risk dapat dihargai dengan margin yang lebih besar, underwriter harus yakin bahwa ia akan memperoleh reward dalam penempatan modal pada risiko yang lebih besar.

 

·       Premium Taxes. Bentuknya bervariasi, berdasarkan kebijakan pemerintah atau peraturan.     

 

 

 

______

 

 

CHAPTER 6 MANAGING OF EXPOSURES

 

CYCLICAL

 

Secara siklis, usaha-usaha perusahaan asuransi dapat berada pada posisi higher profit, higher capacity,  lower prices, lower profit, capacity witharawn, higher prices dan kembali lagi ke posisi higher profits.

 

Cara Perusahaan asuransi mengatasi sifat usahanya yang naik turun  (cyclical) dapat dilakukan dengan :

 

1.     Mempergunakan computer modeling untuk menghitung dampak yang menurut kalkulasi penanggung akan terjadi di masa mendatang.

 

2.     Menjalankan kebijakan underwring yang selektif atau memberlakukan pembatasan-pembatasn terhadap luasnya jaminan polis seperti mengenakan deductible terhadap jumlah klaim, atau mengalihkan satu bagian dari risiko-risiko yang mereka tutup dengan cara reasuransi.

 

Penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya agregasi atas beberapa lini asuransi :

 

1.     Domestic and Cmmercial Mortgage Indemnity :

 

Collapse-nya pasar property dalam suatu periode resesi, keadaan mana dapat dibarengi dengan peningkatan dalam frekuensi klaim-klaim kebakaran dan klaim-klaim pencurian.

 

2.     Directors & Officer’s Liability :

 

Perubahan-perubahan dalam kehidupan social dan peraturan perundang-undangan yang berlaku surut.

 

3.     Product Warranty :

 

Kegagalan dalam pemakaian sejumlah besar barang-barang yang salah rancang.

 

4.     Product Guarantee :

 

Pergantian barang-barang yang bersangkutan.

 

Langkah yang dapat dilakukann perusahaan asuransi untuk menekan tingkat potensi terakumulasinya retensi sendiri dari portofolio asuransi kebakaran :

 

1.     Membatasi jumlah risiko byang diaksep di area yang rawan terhadap bencana alam

2.     Membeli catastrophe reinsurance terhadap single risk dan event.

 

 

AGREGAT TERHADAP KLAIM-KLAIM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR :

 

Sebuah perusahaan asuransi yang menutup bisnis asuransi kendaraan bermotor sangat perlu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya akumulasi dari kerugian-kerugian dalam suatu peristiwa yang sama terhadap sejumlah besar kendaraan bermotor yang ditutupnya.

 

Kerugian-kerugian itu dapat meliputi kerugian-kerugian pisik terhadap kendaraan-kendaraan yang bersangkutan itu sendiri dan / atau kerugian yang timbul dari adanya third party liability.

 

Dalam hal perusahaan asuransi menutup asuransi kendaraan bermotor (misalkan mobil) milik dari suatu perusahaan, mereka perlu mengantisipasi kemungkinan terjadinya total loss terhadap semua atau sejumlah besar mobil-mobil perusahaan tersebut (tertanggung) karena suatu bahaya (misalnya fire) yang terjadi di tempat-tempat perparkiran di lokasi usaha perusahaan tertanggung itu.

 

Antisipasi lainnya perlu juga diperhatikan oleh perusahaan asuransi yang bersangkutan bahwa akumulasi klaim-klaim dapat timbul sehubungan dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tabrakan beruntun di jalan raya yang melibatkan sejumlah mobil-mobil milik tertanggung.

 

Untuk mengendfalikan potensi agregat perusahaan asuransi terhadap klaim  asuransi kendaraan bermotor, perusahaan asuransi yang bersangkutan dapat melakukan hal-hal sbb :

 

1.     Menyesuaikan Net Retained Liability perusahaan asuransi yang bersangkutan dengan kemampuan keuangannya sendiri dengan cara atau teknik pengalihan risiko, seperti reinsurance.

 

2.     Dalam hal menutup asuransi kendaraan bermotor milik persuahaan tertentu maka perlu diketahui :

 

·       Nilai rata-rata per mobil yang diasuransikan itu.

·       Tempat-tempat perparkiran yang ada di lokasi usaha ertanggung tersebut.

 

Cara yang dapat ditempuh perusahaan asuransi untuk menjaga stabilitas ratio klaim suatu portofolio asuransi :

 

1.     Berhati-hati dan mengunakan skill (keahlian) dalam melakukan seleksi risiko dan dalam menetapkan harga/premi untuk risiko-risiko yang hendak ditutup.

 

2.     Berhati-hati dalam menentukan besarnya Gross Acceptance dan Net Acceptance.

 

3.     Dalam hal mempertimbangkan penutupan atau risiko-risiko yang mempunyai sifat katastropik, seleksi risiko dilakukan secara lebih berhati-hati.

 

 

ESTIMATED MAXIMUM LOSS (EML)

 

EML harus selalu dipantau dan dikendalikan  karena kegagalan dalam menentukan EML suatu portofolio bisnis yang ditutup oleh penanggung dapat membawa akibat yang serius terhadap loss ratio dari portofolio bisnis yang bersangkutan dan akhirnya dapat berpengaruh buruk terhadap solvency atau likuiditas dari penanggung ybs.

 

 

 

BEDA EML DENGAN PML

 

EML adalah suatu jumlah (seringkali dinyatakan dalam suatu prosentase dari Total Sum Insured atau dalam suatu jumlah absolute) yang menggambarkan dampak financial terburuk yang timbul dari suatu kerugian maksimm yang dapat diduga sebelumnya.

 

PML adalah jumlah kerugian yang setinggi-tingginya yang mungkin timbul apabila terjadi suatu kerugian yang dahsyat.

 

SOLVENCY MARGIN

 

Suatu jumlah selisih positip antara assets dengan liabilities dari sebuah perusahaan.

 

SOLVABILITAS

 

Merupakan kemampuan dari sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban kuangan yang sudah jatuh tempo, termasuk klaim-klaim yang kemungkinan harus dibayarkan dimasa mendatang.

 

Di Inggris, tingkat solvabilitas dari sebuah perusahaan asuransi ditetapkan berdasarkan pendapatan premi kotor yakni antara 16 hingga 18%.

 

Di Indonesia, batas tingkat solvabilitas bagi peruahaan asuransi ditetapkan berdasarkan besarnya risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.

 

ADMITTED ASSETS

 

Adalah assets yang ada dalam balance sheet yang diperkenankan oleh regulator untuk dimasukkan dalam menghitung tingkat solvabilitas. Assets ini harus likuid untuk membayar klaim-klaim secepat mungkin.

 

ADMITTED LIMITS

 

Adalah limit-limit tertentu yang dijadikan atau ditetapkan sebagai patokan dalam menentukan apakah assets yang bersangkutan dapat dimasukkan dalam menghitung tingkat solvabilitas.

 

 

VOLUATION PROCEDURE

 

Adalah prosedur yang digunakan dalam menetapkan nilai dari liabilities (kewajiban) perusahaan yang solvencynya (solvabilitasnya) dimonitor.

 

COMPUTER DATE RECOGNITION CLAUSE

 

·       Clausul ini umumnya dianut oleh perusahaan asuransi harta benda di Inggris.

 

·       Dalam praktek asuransi harta benda (property), computer date recognition clause diberlakukan dalam hal apabila pada harta benda yang diasurasnikan itu terdapat suatu sistem yang bekerja secara computerized, seperti Computerized Sprinkler System.

 

 

·       Dalam hal, misalnya sebuah saklar yang berfungsi untuk menghambat panas mengalami kerugian atau tidak berfungsi sehingga menimbulkan suatu kebakaran yang menjalar luas karena tidak berfungsinya computerized sprinkler system yang ada / terpasang pada property tersebut, maka berdasarkan computer date recognition clause, kerusakan pisik (material damage) pada property itu dan business intruption (jika risiko business intruption ikut dipertanggungkan) dijamin oleh polis, namun demikian jika kerusakan / kegagalan komputer telah menyebabkan mesin-mesin produksi berhenti berproduksi, tetapi tidak ada kebakaran yang terjadi maka penanggung tidak menjamin kerugian yang terjadi.

 

STABILITAS FINANCIAL

 

Konsep stabilitas financial yang dikembangkan oleh perusahaan asuransi terkait dengan risiko yang dihadapinya, bertumpu pada hal-hal sebagai berikut :

 

1.     Gross & Net Acceptance Limits

2.     Reinsurance

3.     Penggunaan sistem layer cover dan deductibles.

 

Kehati-hatian dalam melakukan seleksi risiko, termasuk menetapkan harga yang memadai untuk risiko yang akan diaksep serta penggunaan tingkat bgross acceptance dan net acceptance yang sesuai dengan kemampuan keuangan dari perusahaan asuransi yang bersangkutan  dan ketersediaan reinsurance support yang memadai terhadap risiko yang diaksepnya menjadi kunci utama dari keberhasilan dalam mengunderwrite setiap COB.

 

Cara yang umum untuk menjaga stabilitas claim ratio dan atau profit balance dalam kaitan dengan stabilitas financial sebuah perusahaan asuransi adalah :

 

1.     Gross and Net Acceptance Levels :

 

o   Dalam mengaksep suatu risiko, perusahaan asuransi memperhatikan nilai dari risiko yang ditawarkan kpadanya untuk diaksepnya, dengan memperhatikan juga factor keseimbangan portofolio bisnisnya serta factor tersedianya reinsurance support terhadap risiko yang bersangkutan.

 

o   Menentukan besarnya retensi yang sesuai untuk ditangungnya sendiri berkaitan dengan risiko tersebut, dan mereasuransikan jumlah diatas retention.

 

o   Jika risiko yang akan diaksepnya tidak terbanck-up oleh reinsurance treaties yang dipunyainya untuk COB yang bersangkutan, ia dapat mempergunakan mekanisme koasuransi untuk memperkecil bebannya dalam hal risiko yang bersangkutan mengalami kerugian.

 

 

2.     Reinsurance :

 

  • Reasuransi dipergunakan oleh perusahaan asuransi untuk membatasi maksimum ekposure yang potensial dari perusahaan asuransi yang bersangkutan.

 

  • Dalam hal bisnis property insurance, ia dapat memilih untuk mempergunakan proporsional treaties dan atau non-proporsional treaties untuk memungkinkannya menkaksep risiko-risiko dengan nilai-nilai yang lbih besar.

 

  • Perusahaan asuransi juga biasanya membeli katastrophe XL treaty untuk melindungi kondisi keuangan terhadap akumulasi kerugian-kerugian yang mungkin timbul dalam peristiwa-pristiwa besar seperti floods, strorm, eathquake dll.

 

  • Dalam menyusun rencana reinsurance treaty programme untuk portofolio bisnisnya, perusahaan asuransi biasanya memperhatikan cost effectiveness dari program tersebut.

 

3.     Layer Covers :

 

  • Dalam hal perusahaan asuransi berkeinginan untuk mengaksep suatu block of business yang mempunyai potensi liabilities yang jauh lebih besar dari maksimum ekposure perusahaan asuransi itu untuk setiap risiko, ia dapat membagi-bagi risiko tersebut dalam beberapa lapis (layers). Premi untuk masing-masing layers tersebut ditetapkan berbeda-beda . Semakin ke atas layernya, semakin murah preminya.

 

  • Dengan pengaturan cover seperti itu, perusahaan asuransi yang bersangkutan dapat memutsukan untuk mengaksep 100% dari risiko tersebut, sehingga kompetisi atau persaingan dapat dhindari.

 

Pengendalian dalam rangka menjamin stabilitas financial :

 

1.     Pengendalian Gross and Net Acceptance Limits, dilakukan dengan cara :

 

o   Pengendalian Gross Acceptance Limits dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan asuransi dengan cara, antara lain melakukan technical reserve untuk membayar klaim-klaim di masa datang, serta memiliki reasuransi support yang memadai.

 

o   Pengendalian Net Acceptance Limits dapat dilakukan oleh perusahaan asuransi dengan cara memiliki catastrophe reinsurance yang dapat melindungi terhadap risiko akumulasi kerugian yang menjadi net retention dalam suatu peristiwa / event dan menetapkan size of retention limits yang sesuai dengan tujuan financial dari perusahaan ybs.

 

2.     Pengendalian dengan cara reinsurance :

 

Perusahaan asuransi perlu menetapkan besarnya retensi yang secara benar dalam setiap risiko yang diaksepnya. Jumlah diatas retensinya harus diasuransikan. Jika dengan cara reeasuransi tidak dimungkinkan untuk risiko-risiko tertentu, misalnya karena risiko-risiko tersebut dikecualikan dari reinsurance treaty yang ada atau tidak ada reinsurance facultative yang bersedia memback-up risiko-risiko tersebut, maka perusahaan asuransi yang bersangkutan dapat menggunakan mekanisme pengalihan risiko yang lain, misalnya Co-Insurance.

 

3.     Layers Cover

 

Untuk suatu kelompok bisnis atau risiko-risiko yang harus ditutup oleh sebuah perusahaan asuransi sementara risiko-risiko tersebut berpotensi menimbulkan liabilities (tangung gugat) yang jauh lebih tinggi dari maksimum ekposure perusahaan asuransi itu untuk setiap risiko, maka perusahaan asuransi tersebut dapat mempergunakan teknik tertentu dalam menyebarkan risiko ybs. Contohnya, dengan membagi risikob tersebut dalam layers (beberapa lapis) dan mereasuransikannya berdasarkan layer per layer.

 

 

Alasan Underwriter membutuhkan reasuransi :

 

1.     Reasuransi memberikan proteksi bagi / kepada penanggung (direct underwriter) terhadap risiko akumulasi kerugian-kerugian dalam suatu peristiwa katastrophe seperti gempa bumi ataupun banjir besar.

 

2.     Reasuransi melindungi bisnis direct underwriter terhadap suatu risiko kerugian tunggal yang sangat besar terhadap suatu obyek pertanggungan, seperti oil refnery, pesawat terbang, satelit.

 

3.     Reasuransi melindungi kapital (modal) dari direct underwiter terhadap klaim-klaim yang dapat mengerogoti kapital tersebut dan mnelemahkan kmampuan dari direct underwriter dalam memperoleh profit.

 

4.     Reasuransi memberikan tambahan kapsitas kepada direct underwriter untuk mengaksep lebih banyak risiko.

 

5.     Reasuransi memberikan rasa tenang bagi direct underwiter dalam hal direct underwriter menutup risiko yang masih tergolong baru baginya.

 

6.     Reasuransi memungkinkan direct underwriter untuk memasuki suatu market baru.

 

Keadaan mengapa perusahaan reasuransi dapat gagal memenuhi kewajibanya untuk membayar klaim :

 

1.     Perusahaan reasuransi yang bersangkutan sudah berhenti beroperasi sedangkan perusahaan tersebut masih mempunyai kewajiban untuk membaar klaim yang mungkin timbul dikemudian hari dari risiko yang masih berjalan.

 

2.     Perusahaan reasuransi memandang bahwa perusahaan asuransi telah menyembunyikan informasi nyang material pada saat negosiasi atau perusahaan asuransi telah melakukan pelanggaran terhadap prinsip utmost good faith.

 

3.     Perusahaan reasuransi meretrosesikan risiko yang diaksepnya kepada reasuransi di luar negeri dan pihak reasuransi di luar negeri tersebut ingkar janji dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar klaim kepad perusahaan asuransi tersebut.

 

 

______

 

 

CHAPTER 7 IMPLEMENTATION OF OPERATIONAL CONTROLS

 

Unsur-unsur penting dari dari proses underwriting :

 

1.     Pengidentifikasian risiko yang akan ditutupnya.

2.     Penilaian / pengukuran risiko yang telah teridentifikasi dari sisi frekuensi dan severity.

3.     Penetapan term, condition & exclusion.

4.     Penetapan rate premi

5.     Pembuatan / penerbitan polis asuransi

6.     Penagihan premi

7.     Pembayaran biaya-biaya seperti komisi, brokerage kepada insurance broker yang bertindak sebagai intermeditery dalam transaksi

8.     Pembayaran klaim

9.     Pemenuhan aturan-aturan regulator

 

Underwriter manajer perlu mempekecil kecenderungan yang negative atas klaim-klaim stress di masa yang akan datang pada lini bisnis permanent health yang cenderung meningkat  dengan cara :

 

1.     Memperbesar standar waiting period sebelum benefit  (santunan) menjadi dapat dibayar berdasarkan polis permanent helath.

 

2.     Menolak atau melakukan rate premi untuk okupasi-okupasi yang potensial erhadap timbulnya stress.

 

3.     Membantu nasabahnya untuk memperkecil factor-faktor yang menyebabkan stress.

 

Prosedur pengendalian yang dapat digunakan untuk mengawasi pengendalian wewenang underwriting  :

 

1.     Mengetahui pengalaman dan pengetahuan dari masing-masing underwriter dalam bisnis atau risiko  yang diaksep.

 

2.     Secara periodic melakukan review atas penggunaan wewenang underwriter.

 

3.     Mengadakan pelatihan-pelatihan yang dipandang perlu dan tepat bagi para underwriter yang diberi wewenang underwriter.

 

4.     Pengukuran / penilaian risiko oleh internal audit team.

 

Perubahan dalam jaringan distribusi dari sebuah perusahaan asuransi yang dapat menyebabkan perusahaan tersebut mengkaji ulang kewenangan underwriting yang telah diberikan :

 

1.     Adanya kebutuhan bagi perusahaan asuransi tersebut untuk memindahkan tempat pengambilan keputusan underwriting ke suatu tempat yang lebih dekat ke pasar yang dilayaninya.

 

2.     pengurangan dalam jumlah layers (lapisan) dari para manajer yang diperkerjakan oleh perusahaan asuransi itu dibanyak wilayah operasinya.

 

 

 

3.     Para underwriter yang telah terlatih dengan baik sudah dapat diandalkan kemampuannya dalam menangani risiko-risiko yang diajukan keada perusahaan asuransi tersebut untuk ditutup asuransinya, sehingga dipandang tidak perlu bagi para underwriter tersebut merefer atau mengajukan hal yang berkaitan dengan askseptasi atas risiko itu kepada pejabat yang menjadi atasannya untuk mendapatkan keputusan.

 

Area atau aspek yang dapat dibatasi dalam kaitan dengan kewenangan underwriter :

 

1.     Premium Rate :

 

Pembatasan underwriter dari sisi premium rates dapat dilakukan oleh perusahaan asuransi yang  bersangkutan dengan cara misalnya membuat suatu rating  guide untuk keperluan internal.

 

2.     Aggregate premium :

 

Untuk keperluan keseimbangan dalam pendapatan pemi pada masing-masing lini asuransi atau masing-masing portofolio bisnis asuransi pada lini asuransi yang sama, perusahaan asuransi dapat membuat suatu kebijakan yang membatasi pendapatan premi dari suatu lini asuransi tertentu atau pendapatan premi dari suatu portofolio bisnis dalam satu lini asuransi tertentu. Namun demikian perlu dicatat bahwa unlimited premium authority (kewenangan untuk meraih pendapatan premi dalam jumlah yang tidak erbatas) bagi beberapa underwriter atau underwriter manager adalah suatu hal yang mungkin.

 

3.     Class of business :

 

Tergantung pada apa yang menjadi tujuan dari perusahaan asuransi yang bersangkutan dan dengan mengacu pada persetujuan yang diberikan oleh pihak regulator bahwa kepada perusahaan asuansi tersebut, perusahaan itu dapat membatasi dirinya untuk hanya meng-underwrite jenis-jenis asuransi tertentu saja.

 

4.     Type of business :

 

Sebuah perusahaan asuransi dapat membatasi dirinya untuk sementara waktu hanya menutup jenis bisnis atau risiko-risiko tertentu yang menurut hasil kajiannya akan profitable baginya dan tidak menutup jenis bisnis lainnya yang menurut pengalaman atau hasil kajiannya dapat merugikan.

 

Contoh :

o   Menutup bisnia asuransi marine cargo, tetapi tidak menutup asuransi marine hull

o   Menutup commercial property insurance, tetapi tidak melakukan atau mengurangi penutupan commercial liability insurance.

        

5.     Fronting Businss :

 

Sebuah perusahaan asuransi dapat membuat suatu kebijakan undwrriting yang melarang para underwriternya untuk mengaksep fronting business, yakni mengaksep suatu risiko atas nama sebuah perusahaan yang lain yang tidak mempunyai izin dari regulator untuk menutup asuransi itu secara langsung di Negara dimana perusahaan asuransi yang bertindak sebagai fronting company itu beroperasi atau atas nama perusahaan asuransi  lain yang masih meragukan kemampuannya dalam mengunderwrite risiko bersangkutan.

 

Dalam fronting business, fronting company tidak menanggung risiko atau klaim-klaim, tetapi hanya menerima fronting fee dari perusahaan asuransi lain yang memberikan fronting business itu kepadanya.

 

 

6.     Terms & Condition :

 

Sebuah perusahaan asuransi dapat menetapkan suatu kebijakan undwrriting untuk keperluan internalnya yang membatasi penutupan risiko tertentu hanya dengan terms & conditions yang sandar atau dengan perluasan jaminan tertentu saja.

 

 

Pertimbangan yang dipakai dalam menetapkan atas wewenang underwriter :

 

1.     Kepedulian perusahaan itu terhadap pentingnya pertumbuhan bisnis / premi serta profitabilitasnya.

2.     Jenis-jenis asuransi yang ingin ditutupnya.

3.     Proteksi reasuransi yang tersedia untuk memback-up risiko-risiko yang ditutupnya

4.     Pengetahuan dan pengalaman dari masing-masing underwriter

5.     Keahlian yang dimiliki oleh masing-masing underwriter

 

Pendekatan yang lazim digunakan oleh perusahaan asuransi dalam menentukan Risk Aggregate untuk memudahkan dalam melakukan pengendalian dalam rangka membatasi aggregate tersebut :

 

1.     Cara pendekatan dari sisi close proximity (kedekatannya) atas risiko yang diasuransikan. Contohnya, barang-barang milik beberapa perusahaan yang menjadi tetangganya pada beberapa polis marine cargo berada / disimpan dalam suatu gudang transit yang sama, atau sejumlah orang-orang yang dipertanggungkan pada perusahaan asuransi itu dibawah polis asuransi kecelakaan diri berada di sebuah pesawat terbang yang sama.

 

2.     Pendekatan dari sisi cara menjalarnya / meluasnya bahaya yang dijamin oleh polis atau polis-polis yang diterbitkannya kepada tertanggung tetangganya. Contohnya, kebakjaran dapat menghanguskan sebuah bangunan yang ditanggungnya pada polis asuransi kebakaran. Kebakaran itu menjalar atau meluas sehingga menghanguskan juga sebuah bangunan lain yang juga diasuransikan dibawah polis asuransi kebakaran yang terletak sangat berdekatan dengan bangunan tersebut.

 

3.     Cara pendekatan dengan memperhatikan risiko katastrop karena bencana alam seperti gempa bumi yang dapat merusak atau memusnahkan harta benda, kendaraan-kendaraan bermotor dan kapal-kapal yang diasuransikan pada perusahaan asuransi itu.

 

4.     Cara pendekatan dengan memperhatikan zona-zona regional yang dapat dihantam oleh satu peristiwa bencana alam (natural catastrophe) yang sama, seperti suatu badai yang dahsyat yang melanda sebuah zona-szona regional dan menghancurkan sejumlah besar obyek-obyek yang dipertanggungkan pada perusahaan asuransi itu.

 

5.     Cara pendekatan dengan memperhatikan kejadian-kejadian hebat lainnya, misalanya jatuhnya sebuah pesawat terbang di suatu area atau lokasi yang berpenduduk padat serta penuh dengan bangunan-bangunan.

 

Agregasi kerugian dapat meliputi kerugian-kerugian yang dijamin oleh polis-polis asuransi kecelakaan diri, polis-polis asuransi kendaraan bermotor dan polis-polis asuransi harta benda yang diterbitkan ole perusahaan asuransi  itu untuk para tertanggung-tertanggungnya yang menderita kerugian karena kejadian yang hebat itu.

 

6.     Cara pendekatan dengan memperhatikan lamanya periode berlangsungnya risiko yang bersangkutan, misalnya resesi ekonomi yang dapat memicu peningkatan besar dalam klaim-klaim pencurian atau perbuatan criminal lainnya dalam periode beberapa tahun.

 

Keuntungan dari kebijakan memperbesar delegated authority di bidang underwriting :

 

1.     Peningkatan dalam motivasi dan tantangan para staf

 

2.     Menurunnya waktu yang terbuang untuk proses pengambil keputusan underwriting

 

3.     Respon yang lebih cepat kepada pasar.

 

Kebutuhan untuk membuat perhitungan akumulasi dan tingkat retensi secara keilmuan berkaitan dengan risiko bencana alam adalah sangat penting. Langkah aktivitas yang umum dilakukan untuk memperhitungkan agregat akumulasi dan tingkat retensi adalah sebagai berikut :

 

1.     Mengklasifikasikan agregat menurut jenis polis, COB dan risk / perils.

 

2.     Menghitung agregasi secara zona menurut teritori geografis, radius atau band.

 

3.     Melakukan simulasi peristiwa (event) dengan menghubungkan peristiwa-peristiwa yanga berdasarkan dugaan atau hipotesa dengan ekposure yang diketahui, untuk mengukur efek atau dampaknya.

 

4.     Membuat ekstrapolasi (atau pengukuran) secara statistik berdasarkan peristiwa-peristiwa di masa lalu yang kemungkinan dapat berulang kembali, menilai konsekuensi-konsekuensi financialnya untuk kondisi sekarang dan kondisi di masa mendatang.

 

5.     Mengakui bahwa peristiwa-peristiwa tunggal dapat menimbulkan gabungan ekposure dalam bisnis yang tidak saling terkait dan menyiapkan sejumlah uang untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh berbagai ekposure tersebut dalam menekan tingkat retensi.

 

6.     Menjumlahkan dampak dari satu pristiwa tunggal pada agregasi-agregasi bisnis terpisah yang timbul dari peristiwa tunggal tersebut misalnya dampak dari suatu gempa bumi terhadap ekposure-ekposure pada bisnia asuransi kendaraan bermotor, property, marine, life dan bisnis asuransi uang. 

 

Berkaitan dengan pengukuran ekposure untuk setiap single fire risk dalam menutup asuransi property, dimensi yang perlu diperhatikan oleh perusahaan asuransi dalam mengukur komitmennya terhadap suatu risiko property adalah :

 

1.     The Sum Insured pada satu atau beberapa polis yang mengandung satu atau lebih kepentingan. Sebagai contoh, jika risiko tersebut adalah tempat penyimpanan barang berupa mebel atau sebuah gudang, perusahaan asuransi perlu mengagregasikan tanggung jawab pada semua polis-polis yang menanggung kepentingan yang berbeda di premisis yang sama.

 

2.     Sifat risiko tersebut dan tingkat kerawanannya terhadap berbagai bahaya yang berbeda, besarnya kerugian potensial maksimum yang erkait dengan keseluruhan value at risk atau sum insured yang ditentukan oleh faktor-faktor sebagai beikut :

 

o   Beban yang dipergunakan pada konstruksinya

o   Besar dan tinggi bangnan

o   Alat-alat untuk proteksi kebakaran dan sprinkler sistem yang terpasang pada bangunan

o   Penggunaan lokasi (memproses bahan-bahan kimia atau tidak)

o   Kerawanan isi bangunan terhadap asap, panas dan api

o   Bahan-bahan yang mudah berkarat atau hazards karena gas

o   Konsentrasi nilai-nilai di area yang kecil

o   Manajemen atas area itu

o   Fire load (sifat dari load tersebut), pendistribusian isi bangunan itu dan kerawanan isi bangunan itu terhadap risiko terbakar.

 

LAMBATNYA PENYELESAIAN PEKERJAAN (BACKLOGS)

 

Ada kalanya perusahaan menghadapi masalah lambatnya penyelesaian pekerjaan (backlogs).

 

Penyebab Backlogs :

 

1.     Tidak akuratnya prakiraan beban pekerjaan, misalnya suatu kampanye pemasaran ternyata membawa masuknya lebih banyak bisnis dari yang diperkirakan sebelumnya.

 

2.     Turnover para staff ternyata lebih tinggi dari yang diperkirakan semula sehingga waktu untuk penangannya ternyata lebih lama.

 

3.     Perencanaan yang kurang matang atas perubahan proses atau system sehingga terjadi pekerjaan-pekerjaan manual tambahan yang tidak diduga sebelumnya.

 

Cara pemecahan backlogs :

 

1.     Menugaskan para staff untuk bekerja lembur

 

2.     Penjadwlan ulang pekerjaan dengan cara :

 

o   Mengirimkan pekerjaan underwriting ke tim-tim yang lain

o   Mengidentifikasikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak rumit dan mempercayakan pekerjaan-pekerjaan seperti itu kepada para staf non-underwriting untuk dikerjakan.

 

3.     Mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan menurut tingkat kesulitannya dan membagi-bagi pekerjaan yang sudah dikelompokkan itu untuk ditangani oleh para staf yang sesuai.

 

4.     Mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan menurut tanggal penerimaannya, tingkat urgensinya dan tanggal yang dikehendaki oleh customer.

 

Kondisi backlogs (lambatnya penyelesaian pekerjaan) yang terkait dengan pekerjaan-pekerjaan underwriting di suatu perusahaan asuransi sangat berpotensi merusak bisnis jika kondisi tersebut berlangsung dalam waktu yang lama.

 

 

Hal-hal yang dapat ditempuh untuk mengeliminasi secepat mungkin backlog guna mengeliminasi terjadinya kerugian adalah :

 

1.     Membentuk dan menugaskan sebuah tim khusus untuk menangani masalah itu secara optimal.

2.     Menetapkan tim frame bagi tim khusus itu untuk menyelesaikan pekerjaan khusus itu dengan memperhatikan cost & benefit dan besarnya workload. Perubahan dalam time frame dimungkinkan jika sementara pekerjaan khusus itu sedang beralan dipandang perlu adanya suatu perubahan dalam time frame yang telah ditetapkan semula.

 

3.     Melengkapi tim khusus tersebut dengan orang-orang, perlengkapan dan sarana lainnya dalam jumlah yang cukup / sesuai untuk menangani pekerjaan khusus itu secara lancar dan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam pembuatan rencana kerja dari tim khusus tersebut.

 

Bila hasil sebuah perusahaan asuransi tidak memuaskan akibat rndahnya kualitas underwriting, permasalahan yang harus dipertimbangkan dalam menyusun dan melaksanakan progam perbaikan kebijakan underwriting adalah sbb :

 

1.     Standar pelayanan yang direncanakan dan standar sebenarnya yang dicapai.

 

2.     Kuantitas dan kualitas work output, per orang dan per tim yang direncanakan dan yang sebenarnya dicapai.

3.     Masukan-masukan dari para staf mengenai masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan yang terkait dengan kewenangan-kewenangan underwriting yang sudah  didelegasikan saat ini, pedoman underwriting yang ada dan pengelolaan bisnis pada umumnya.

 

4.     Tidak atau kurang dicapainya profitabilitas.

 

5.     Sumber-sumber eksternal seperti konsltan dan para perantara (agen dan broker).

 

Setelah mempertimbangkan hal-hal yang menjadi permasalahan ersebut, perlu dilakukan perubahan yang dipandang perlu dan tepat.

 

MARKETING

 

Analisa marketing yang berkaitan dengan calon pmbeli yang harus diperhitungkan ole perusahaan asuransi belum meluncurkan sebuah poduk baru :

 

1.     Membagi populasi pasar dalam segmen-segmen yang mempunyai karakteristik yang sama (segmentation) misalnya lifestyle dan kemudaian memutuskan :

 

o   Apakah para customer dalam suatu segmen tertentu sudah menapakan perhatian dari perusahaan asuransi tu terkait dengan produk baru tersebut.

 

o   Produk atau jasa seperti apa yang perlu dipasarkan kepada segmen-segmen yang telah dipilihnya tersebut.

 

2.     Memperhatikan produk atau jasa yang lbih disukai dan diharapkan oleh masing-masing segmen dan dimana atau kapan masing-masing segmen membutuhkan produk / jasa tersebut.

 

 

 

ELECTRONIC DATA INTERCHANGE (EDI)

 

Manfaat EDI dalam bisnis asuransi :

 

1.     EDI adalah suatu sistem pentransferan informasi atau data melalui sarana atau sistem komputer.

 

2.     Dalam praktek bisnis asuransi dewasa ini, EDI sudah banyak digunakan oleh broker terutama di negara-negara yang sudah maju untuk mentransfer kepada perusahaan-perusahaan asuransi informasi atau data yang terkait dengan permintaan penutupan asuransi untuk mendapatkan konfirmasi persetujuan penutupan asuransi. Konfirmasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada broker juga disampaikan melalui EDI.

 

 

_________

 

 

CHAPTER 8 BUDGETING & MONITORING UNDERWRITING PERFORMANCE

 

 

SISTEM BORDEREOAUX BASED

 

Merupakan sistem informasi yang bertumpu pada borderouax, yakni data-data tunggal yang meliputi sejumlah polis-polis dan klaim-klaim yang ditangani oleh broker atau underwriter agents yang beroperasi untuk penanggung.

 

Sechemes ini bermanfaat bagi perusahaan asuransi selaku penanggung untuk polis-polis yang tercantum dalam borderouax yang bersangkutan, dalam mengetahui underwriting performance-nya atas risiko-risiko yang  bersangkutan.

 

Solusi yang dapat dipertimbangkan untuk mencegah pesaing menanfaatkan sistem tersebut :

 

·       Memberikan kepada perantara (brokers atau underwriting agents) akses ke sistem informasi penanggung.

 

·       Membangun sustu hubungan elektronik antara sistem informasi perantara dengan sistem informasi penanggung.

 

·       Perantara membuat data statistik yang dibutuhkan berdasarkan data dari sistem informasi mereka sendiri.

 

·       Keluarkan borderouax dari analisa yang detail tetapi gunakan hasil analisa atas polis-polis individual yang utama dari sisi harga risiko-risiko yang ada dalam borderaoux.

 

 

IBNR CLAIMS

 

Klaim-klaim yang timbul berkenaan dengan kecelakaan yang terjadi, tetapi pihak tertanggung belum melaporkannya atau akan melaporkannya dalam waktu dekat kepada penanggung.

 

 

PIPELINE PREMIUM

 

Suatu jumlah premi yang merupakan selisih antara jumlah premi yang dibukukan saat ini untuk sekumpulan risiko-risiko dan jumlah premi yang akhirnya atau sebenarnya diterima.

 

MONITORING ATAS UNDERWRITING PERFORMANCE YANG UMUM DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN ASURANSI

 

Hal-hal pokok yang harus dilaporkan underwriting manager kepada direksi :

 

2.     Gross Premium dan Net Premium per class of business dan untuk seluruh COB

 

3.     Gross Claim dan Net Claim per COB dan untuk keseluruhan COB

 

4.     Underwriting margin

 

 

 

5.     Portofolio bisnis yang ditutup, dibagi menurut COB, jalur distribusi atau menurut geografis.

 

6.     Akumulasi ekposure.

 

7.     Persaingan pasar yang sedang dihadapi perusahaan.

 

8.     Tingkat profit yang dicapai.

 

9.     Solvabilitas.

 

HAL-HAL YANG POKOK YANG PERLU DILAPORKAN STAF BAGIAN UNDERWRITING KEPADA UNDERWRITING MANAGER :

 

1.     Pertumbuhan menurut jenis produk

2.     Retensi

3.     Analisas masuknya bisnis baru

4.     Analisa masuknya bisnis lama

5.     Loss Ratio

6.     Klaim-klaim menurut jenisnya

7.     Perubahan-perubahan dalam suku premi

8.     Besarnya komisi

9.     Ratio Biaya

10.  Akumulasi Ekposure

Market Share

Related Posts

602 MANAJEMEN UNDERWRITING PERUSAHAAN ASURANSI (INSURANCE UNDEWRWRITING MANAGEMENT) , MATERI UJIAN AAMAI, ir. sudarno hardjo saparto
4/ 5
Oleh