Tuesday 13 June 2017

Human error ternyata merupakan penyebab utama kegagalan satelit yang telah mengorbit Bumi.

Sejak awal industri asuransi telah menjadi bagian dari dunia satelit komersil, ketika risiko utama adalah total loss selama peluncuran. Kala itu kompleksitas teknologi satelit belum berkembang seperti sekarang dan pada umumnya perusahaan asuransi menikmati profit. 

Selama dekade 90-an terjadi pertumbuhan penyedia telekomunikasi yang sangat signifikan dan konsekuensinya adalah kenaikan jumlah satelit yang diluncurkan yang sebagian besar merupakan satelit berorbit rendah yang semata-mata untuk memenuhi tujuan operatornya. Pengalaman periode ini mulai mengindikasikan bahwa persepsi semula yang menganggap tahap peruncuran sebagai risiko utama tidak benar. Terbukti bahwa ada elemen risiko yang signifikan setelah satelit mencapai orbit. Kendaraan peluncur memperlihatkan konsistensi, tetapi dipertengahan dekade terdapat pergeseren nyata pada performa satelit yang terbukti dengan kenaikan yang besar pada kerugian in-orbit.

Analisis penyebab kegagalan satelit telah dilakukan oleh Marcello Tarabochia dari Generali Global. Menurut studinya, baik pembuat satelit maupun asuransi telah menganggap remeh in-orbit sebagai bagian dari risiko selama masa hidup sebuah satelit. Industri asuransi mestinya memberi perhatian lebih kepada risiko ini dan pembuat satelit perlu menguji kembali prosedur kendali mutu mereka dan mengidentifikasi penyebab terjadinya kegagalan dini.

Dalam analisisnya Tarabochia hanya mengamati satelit-satelit komersil, tidak termasuk satelit pertahanan dan penelitian. Dari 500 satelit yang telah diluncurkan, lebih dari sepertiganya mengalami kegagalan setelah diorbitkan. Yang lebih mengejutkan lagi, 52% terjadi pada bulan pertama.

Tidak hanya frekuensi kegagalan yang menakjubkan, tetapi juga penyebabnya. Banyak pengamat berpendapat bahwa kenaikan risiko timbul dari meningkatnya jumlah satelit di orbit Bumi dan banyaknya “sampah” yang berasal dari dekade sebelumnya, tetapi Tarabochia tidak mengidentifikasi faktor ini sebagai kontributor utama. Meteor dan benda-benda angkasa yang dihasilkan oleh badai matahari dan kejadian-kejadian terestrial juga merupakan topik yang menarik bagi media massa, namun sekali lagi survei menunjukkan bahwa hal ini sangat tidak signifikan.

Penyebab paling dominan ternyata adalah human error. Dalam konteks ini, pengertiannya berbeda dengan kesalahan pilot dalam istilah penerbangan. Ia lebih mengacu kepada kompleksitas teknologi yang berkonspirasi dengan tekanan komersial dalam menciptakan suatu situasi yang tidak sehat. Kompleksitas teknologi berhubungan pula dengan perkembangan yang demikian pesat sehingga terjadi perbedaan pengetahuan yang jauh antar teknisi berbeda generasi. Sementara itu, tekanan komersial berkaitan dengan ketatnya schedule dan kendala anggaran yang saat ini telah menjadi perhatian utama para underwriter.
Pengamat lainnya melihat perangkat lunak (software) merupakan faktor lainnya dan ini diakui oleh NASA bahwa program peluncuran memerlukan jutaan baris kode tetapi kemampuan menangani sistem ini masih lemah. Sementara itu Stephen Book dari El Segundo Aerospace Corporation menuding pembuat satelit sering underestimate terhadap banyaknya baris kode yang diperlukan dalam sebuah proyek dan waktu yang dibutuhkan untuk menulisnya. Ia juga menengarai bahwa pemotongan biaya biasanya berkonsekuensi pada penghilangan beberapa pengujian software.

Sesungguhnya kepedulian kepada faktor-faktor penyebab kegagalan satelit sangat membantu para underwriter dalam memahami risiko dengan lebih baik. Sayangnya banyak rintangan bagi industri asuransi untuk mendapatkan informasi ini. Bahkan Pemerintah Amerika Serikat melalui International Traffic in Arms Regulations (ITAR) melarang pertukaran data yang berhubungan dengan satelit, tak terkeculai laporan anlisis kegagalan.

Related Posts

Human error ternyata merupakan penyebab utama kegagalan satelit yang telah mengorbit Bumi.
4/ 5
Oleh